jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pernah sangat kesal saat ada penolakan warga terhadap pemakaman jenazah perawat yang positif COVID-19.
Namun di lain waktu, ayah Zinedine Alam itu bisa dengan santainya menghadapi beberapa pemuda desa yang mengadangnya di tengah jalan dan menginterogasinya.
BACA JUGA: Begini Reaksi MUI Saat Mendengar Kabar soal Nasi Anjing
Penolakan pemakaman jenazah perawat di Ungaran jadi salah peristiwa tak terlupakan di tengah pandemi Corona ini. Bahkan bagi seorang Ganjar, hal itu sangat menyakitkan.
Dia langsung menelusuri dalang di balik penolakan jenazah tersebut. Ganjar langsung menghubungi beberapa pihak, sekitar lima pejabat di tingkat desa dia telpon.
BACA JUGA: Ada Pembagian Nasi Anjing untuk Warga, Begini Reaksi Wali Kota Jakarta Utara
"Di mana kemanusiaan yang kita punya? Mereka itu pejuang kemanusiaan, yang berjuang agar yang sakit bisa hidup sehat. Bukannya berterima kasih (kepada perawat) malah (jenazahnya) ditolak. Astaghfirullah," kata Ganjar saat menelepon salah satu perangkat desa Sewakul, Kabupaten Semarang.
Namun raut galak dan intonasi garang itu luluh saat melihat inovasi dan semangat kerja dari pemuda-pemuda desa.
BACA JUGA: Akun YouTube Ganjar Pranowo Diserbu Komentar Warganet, Ada yang Iri dan Terharu
Bahkan saat pemuda desa Trisobo Kendal mengadangnya di tengah jalan untuk melakukan pendataan orang asing, Ganjar yang saat itu memakai helm, berkaca mata dan bermasker tidak menunjukkan diri sebagai orang nomor satu di Jawa Tengah.
Ketika ditanya nama, Ganjar pun menjawab apa adanya, yang sontak membuat pemuda itu kaget.
"Lho ternyata Pak Ganjar. Silakan Pak."
Namun, yang dipersilakan justru ingin mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan di desa tersebut. Dia menolak diistimewakan.
Seolah memberi isyarat, silakan terapkan peraturan pada siapapun, apapun jabatan dan pangkatnya.
Bagi Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Neil Semuel Rupidara, cara yang Ganjar perlihatkan memberi energi positif di tengah kepanikan masyarakat menghadapi COVID-19.
"Ini sifatnya sangat menguatkan, bagi kami ini peran pemimpin yang diperlukan di tengah situasi sulit bagi semua orang," katanya.
Ada dua cara yang diterapkan Ganjar dalam mengampanyekan pencegahan penularan COVID-19 ini. Dia bisa sangat galak dan garang pada pihak-pihak yang sengaja jadi kerikil atau benalu. Ada kalanya pula Ganjar bisa jadi ramah dan sangat melankolis.
Bahkan cara Ganjar yang membumi dan berani hadir di tengah-tengah masyarakat tersebut menurut ahli matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Sutanto Sastroredja memiliki efektivitas yang tinggi untuk memberi pemahaman pada masyarakat.
"Saya melihat Pak Ganjar ini keras bekerja, mau ngopeni untuk memahamkan bahwa risiko ini adalah bukan resiko pribadi orang-orang, risiko ini adalah risiko keluarga, ini adalah risiko kota, bahkan risikonya negara. Nah, kehadiran beliau itu untuk memahamkan sampai di level ini," katanya.
Garang dan ramahnya cara yang digunakan Ganjar tersebut, membuat Sutanto tidak heran jika saat ini desa-desa di Jawa Tengah ramai-ramai mengikuti langkah Ganjar mengampanyekan pencegahan penularan COVID-19. Dari penggunaan masker, cuci tangan, jaga jarak, gerakan di rumah saja sampai pembangunan tempat karantina.
"Karena setelah melakukan itu Ganjar langsung menyebarkan di media sosial sehingga pembelajarannya bisa dinikmati masyarakat luas, bukan hanya Jawa Tengah tapi Indonesia, bahwa Corona ini bukan hanya membahayakan diri secara personal tapi seluruh masyarakat secara nasional bahkan global," katanya.
Langkah terbaru dari suami Siti Atikoh yang diapresiasi Sutanto adalah gerakan Jogo Tonggo. Karena bukan hanya bicara persoalan penanganan, gerakan yang berbasis di tingkat RW tersebut jadi langkah pertama pasca Corona.
Artinya, segala imbas yang diakibatkan pagebluk ini, telah ada langkah antisipasinya. Dari sektor sosial dan ekonomi khususnya.
"Ada langkah pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan pangan sampai penerapan struktur sosial yang semuanya berbasis kearifan lokal. Saya kira mengoptimalkan kekayaan lokal yang selama ini ada untuk mengatasi sebuah bencana baru dilakukan oleh Ganjar, sementara yang lain masih gagap meniru permodelan dari negara lain," katanya.
Berkat cara tersebut, pencegahan penularan COVID-19 di Jawa Tengah berhasil ditekan. Sampai Sabtu (25/4) berdasar data Gugus Tugas yang dilansir covid19.go.id jumlah COVID-19 terkonfirmasi di Jawa Tengah per Sabtu (25/4/2020) sebanyak 621 kasus. 54 di antaranya meninggal dunia dan 58 kasus terkonfirmasi sembuh.
"PR Ganjar saat ini adalah melakukan tracing (melacak) pasien positif COVID-19 yang berasal dari daerah episentrum di luar Jawa Tengah, dari Ijtima’ Ulama Gowa salah satunya," katanya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia