Hari itu merupakan hari biasa bagi Ayu Nuraida yang sedang berjalan kaki menuju parkiran di Tasmania, Australia.
Dengan percaya diri ia menyeberang jalan, karena Ayu paham aturan di Australia adalah pejalan kaki bisa langsung berjalan setelah lampu penyeberangan menyala hijau.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Presiden Prancis Turun Langsung Redam Kerusuhan di Kaledonia Baru
Tapi, tanpa disadarinya, mobil yang berada di sebelah kirinya ternyata terus melaju hingga menabraknya.
"Waktu ditabrak, saya ingat sekali mobil itu menyundul pelipis kepala saya dan bahu sebelah kiri, lalu saya terpental dua meter," katanya.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Penumpang Singapore Airlines Pulang ke Rumah Setelah Turbulensi Maut
"Saya mendarat di lutut sebelah kanan, baru lutut kiri."
Seling beberapa detik kemudian, Ayu terbaring kaku di atas aspal, tapi ia bisa mendengar orang-orang menghampirnya dan menanyakan "kamu kenapa?", "kamu baik-baik saja?'"
BACA JUGA: Indy Barends Ungkap Cara Selalu Tampil 100 Persen Setiap Hari dengan Omne
Ambulans datang untuk membawanya ke rumah sakit, di mana Ayu menjalani operasi lutut dan dirawat selama empat hari.
Ayu dinyatakan 'disabled' sementara dan tidak bisa bekerja selama tiga bulan.
Satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul dibenaknya adalah siapa yang akan membayar biaya rumah sakit, karena asuransi kesehatan yang ia miliki tidak menanggungnya.
Namun ia ingat kalau di negara bagian Tasmania, para pengguna jalan dilindungi oleh asuransi jalan bernama 'Motor Accidents Insurance Board' atau MAIB.
Berkat asuransi tersebut, Ayu yang juga memiliki kendaraan, tidak mengeluarkan sepeser pun biaya perawatan di rumah sakit.
Semua biaya fisioterapi, obat-obatan, sampai biaya layanan bersih-bersih rumah serta belanja ditanggung. Bahkan Ayu mendapat uang saku sebagai pengganti gaji, karena untuk sementara ia tidak bisa bekerja.
MAIB adalah sebuah perusahaan asuransi milik pemerintah Tasmania.
Situs MAIB mengatakan pemilik kendaraan yang terdaftar di Tasmania memiliki kewajiban untuk membayar premi asuransi sebagai bagian dari perpanjangan STNK.
Di Australia, MAIB yang termasuk dalam skema Asuransi Pihak Ketiga Wajib (CTP), wajib dibayarkan untuk melindungi orang yang terluka atau meninggal dunia akibat kecelakaan di jalan raya.Tapi tak semua ongkos ditanggung CTP
Tahun lalu, KJRI Sydney mencatat empat kecelakaan yang melibatkan pemegang Working Holiday Visa (WHV) asal Indonesia di Australia Selatan dan New South Wales.
Sejumlah organisasi dan kelompok diaspora Indonesia melakukan penggalangan dana bagi korban kecelakaan, termasuk yang dilakukan organisasi nirlaba IndoPeduliAdelaide.
Penggalangan dana dilakukan karena para korban yang dirawat di rumah sakit tidak memiliki asuransi, sehingga biaya rawat inap tidak tertanggung.
Dari catatan ABC Indonesia, biaya rawat inap bagi seorang korban kecelakaan tanggal 20 Oktober 2023 mencapai sekitar $4,000 hingga $6,000 per hari, atau lebih dari Rp41 juta hingga Rp61 juta.
Arya Putubaya, staf protokol konsuler Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney ikut mengurus semua kasus kecelakaan ini.
Ia mengatakan CTP turut dibayar ketika mendaftarkan rego atau sejenis STNK di Australia, meski beberapa melanggar hukum dengan tidak membayarnya.
Namun tidak dapat dipungkiri, setiap negara bagian di Australia memiliki aturan yang berbeda-beda dan tidak semua pengeluaran akan ditanggung oleh CTP ini.
Dari pengalaman Arya mengurus kasus korban kecelakaan, uang hasil penggalangan dana masih diperlukan untuk menambal beberapa pengeluaran.
"Kalau yang di NSW, mau membawa jenazah kembali [ke Indonesia] atau mengundang keluarga datang [ke Australia] itu enggak di-cover CPT insurance," katanya.
"Penggalangan dana itu bisa untuk memberi bantuan kepada teman-teman WHV yang jadi volunteer menunggu [temannya yang jadi korban kecelakaan] di rumah sakit, makanan dan transportasi mereka."
Arya juga mengatakan beberapa korban akhirnya harus mengandalkan uang hasil penggalangan dana sebagai pengganti gaji karena tidak bisa bekerja.
Kepemilikan asuransi memang tidak diwajibkan bagi pemegang WHV, meski sudah sempat disuarakan oleh Pemerintah Indonesia.
"WHV kalau menurut Australia lebih dititikberatkan pada holiday bukan kerja, jadi kalau orang liburan ya enggak bisa diwajibkan untuk punya asuransi, sama kayak visa turis," katanya.
"Visa working holiday itu niat awalnya untuk people to people contact dan juga untuk holiday, tapi dari Indonesia mungkin lebih banyak working nya ya."
Melihat banyaknya negara dalam skema WHV, Arya mengatakan Pemerintah Australia tidak dapat hanya mewajibkan aturan asuransi bagi pemegang WHV dari Indonesia saja.
"Makanya kalau menurut delegasi Pemerintah Australia kita harus meningkatkan kesadaran untuk mendaftarkan asuransi kesehatan pribadi," katanya.'Bisa bangkrut'
Arya menekankan pentingnya memiliki asuransi saat tinggal dan bekerja di Australia, karena "kita tidak pernah tahu kapan musibah, kecelakaan, atau pun penyakit terjadi."
Ia mengatakan seandainya sakit dan harus dirawat di rumah sakit, pasien harus mengeluarkan minimal puluhan juta rupiah.
"Karena di sini, di Australia, biaya medical-nya [perawatan] mahal," katanya.
"Sayang kan kalau teman-teman WHV sudah kerja keras, capek, dan karena enggak punya asuransi, amit-amit semalam $3.000 langsung habis begitu saja."
Adhi Sappareng, salah satu admin grup Facebook Working Holiday Visa yang beranggotakan lebih dari 38 ribu orang, rajin mengingatkan anggotanya soal asuransi.
"Karena bisa saja kita sudah berusaha hidup yang sesuai jalannya tetapi orang lain [tidak]," katanya.
Adhi yang pernah memegang WHV pada tahun 2015 mengerti pola pikir sebagian orang, yang masih berpikir dua kali untuk membayar asuransi yang cukup mahal.
"Pendapat pribadi saya, karena kalau kita datang ke sini apa-apa masih dikonversi ke Rupiah," katanya.
"'Wah $50-$60 nih satu bulan, 'ah saya masih punya asuransi di Indonesia', mungkin orang-orang berpikir seperti itu.
Menurutnya, lebih baik pemegang WHV menyisihkan setidaknya $15 per minggu untuk membayar asuransi.
"Asuransi cuma $15 satu minggu, that's it. Cuma jajan satu kali. Hilangkan jajanmu satu kali untuk asuransi."
Meski sudah tidak lagi memegang WHV, Adhi pernah mengadakan webinar mengenai asuransi, aturan mengemudi di Australia, dan sebagainya.
Webinar gratis yang diadakannya diikuti ratusan orang, yang kebanyakan berada di Indonesia.
"Mungkin kedengarannya kasar, tapi kalau kamu meninggal ... kita mungkin perlu mengurus biaya pemakaman, pemulangan jenazah, dan lain sebagainya," kata Adhi.
"Tapi kalau kamu kecelakaan, kamu injured, kamu menjadi difabel, pemulihannya bukan satu atau dua bulan ... tapi bisa seumur hidup."
Hingga saat ini, Ayu yang ada di Tasmania masih berada dalam masa pemulihan.
Meski merasa beruntung karena keseluruhan biaya ditanggung asuransi pengguna jalan, ia masih menekankan pentingnya berlangganan asuransi.
"Menurut saya ... menyimpan uang sedikit untuk enggak mau bayar asuransi, tapi celaka di akhir terus akhirnya dibangkrutkan sistem karena enggak punya asuransi, is not worth it," katanya.
"Karena mencari uang sebanyak apapun kalau sudah celaka di Australia itu bisa bangkrut."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas