Pemerintah Berencana Menaikkan Harga Pertalite dan Solar, Tepat kah?

Jumat, 15 April 2022 – 23:09 WIB
Ilustrasi - Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak jenis pertalite dan solar, tepat kah? Foto: JPNN.com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat BUMN Herry Gunawan menyoroti rencana pemerintah menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar.

Dia menilai rencana tersebut kurang tepat, mengingat kondisi masyarakat menghadapi lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok jelang Idulfitri 1443 Hijriah.

BACA JUGA: Pergeseran Konsumsi dari Pertamax Mengkhawatirkan, Bakal Ada Pembatasan Pertalite?

"Saya kira momennya tidak tepat. Beban masyarakat sedang tinggi-tingginya. Pendapatan masyarakat juga tidak mengalami kenaikan, apalagi ini masyarakat baru selesai melewati masa Covid-19," ujar Herry di Jakarta, Jumat (15/4).

Herry mengakui, di satu sisi bisa dipahami rencana pemerintah untuk menaikkan pertalite dan solar.

BACA JUGA: Berawal dari Menahan Truk di SPBU, Polisi Bongkar Penimbunan Solar Bersubsidi

Pasalnya, beban yang harus ditanggung pemerintah untuk subsidi dua jenis BBM tersebut cukup besar.

Harga minyak dunia belakangan ini melonjak akibat konflik Rusia-Ukrania.

BACA JUGA: Harga Pertamax Naik, Pengguna Pertalite Perlu Dibatasi

“Memang harga jual pertalite saat ini masih terlalu jauh dibandingkan harga keekonomian, tetapi ini persoalan momentum,” ucapnya.

Seperti diketahui pertalite dan biosolar merupakan produk subsidi.

Karena itu, kewenangan penentuan harga ada pada pemerintah, bukan Pertamina.

"Jadi, bukan hanya persoalan rasionalitas, karena jika berpikir persoalan rasionalitas tentang kenaikan harga, makanya bisa dilakukan melalui pertamax nonsubsidi dan kenaikan tersebut sudah dilakukan," katanya.

Belum lagi, menurut dia, kondisi saat ini masih ditambah dengan kenaikan harga komoditas sandang dan pangan menjelang lebaran. Akibatnya, masyarakat harus mengeluarkan biaya lebih besar.

Dengan demikian, tambahnya, pemerintah memang seharusnya meredam rencana kenaikan pertalite dan solar.

“Kontribusi pengeluaran dari konsumsi rumah tangga sekitar 58 persen."

"Kalau konsumsi rumah tangganya ditekan dengan berbagai kenaikan, ini bisa berdampak terhadap daya beli masyarakat,” pungkas Herry.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler