jpnn.com, JAKARTA - Sektor kelapa sawit menunjukkan ketangguhannya selama pandemi Covid-19, dari aspek kontribusi terhadap perekonomian dan pembangunan nasional. Di daerah sentra kelapa sawit, aktivitas perekonomian terus berjalan tanpa hambatan.
Besarnya kontribusi kelapa sawit harus dibarengi keberpihakan pemerintah untuk melindungi komoditas ini dari kampanye hitam NGO (Non Government Organization) asing.
BACA JUGA: Joss! Harga Kelapa Sawit Sedang Bertengger di Atas Awan, Jadi Sebegini...
“Dari survei di 11 provinsi dan 31 kabupaten, pandemi Covid-19 tidak mengganggu ekonomi petani sawit. Kami sangat mensyukuri harga CPO dan TBS petani sangat tinggi,” kata Sekjen DPP APKASINDO Rino Afrino dalam siaran persnya, Senin (23/8).
Berkaitan pengentasan kemiskinan dan pembangunan, diakui Rino Afrino, banyak desa di wilayah terpencil yang dulunya tidak ada kehidupan. Faktanya kini berubah drastis setelah kelapa sawit masuk ke wilayah tersebut.
BACA JUGA: Kampanye Hitam Berpotensi Mengganjal Ekspor Kelapa Sawit Jangka Panjang
”Terjadi perputaran ekonomi yang luar biasa. Kehidupan desa seperti kecamatan di mana indikatornya adalah kehadiran bank milik negara dan swasta,” kata Rino.
Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mengakui bahwa kelapa sawit telah mampu mengurangi kemiskinan karena terdapat peranan rakyat di dalam rantai bisnisnya.
BACA JUGA: Wamen LHK Akui Masih Evaluasi Moratorium Penerbitan Izin Kebun Kelapa Sawit
Kelapa sawit memiliki kemampuan untuk membangun ekonomi sebuah areal terpencil menjadi lebih cepat.
Ada banyak kabupaten baru yang lahir di wilayah remote area seiring dinamisasi dan akselerasi perkembangan sawit. Kehadiran perkebunan kelapa sawit telah tersebar di 190 kabupaten yang berdampak positif bagi perekonomian daerah.
“Saat ini, kelapa sawit adalah komoditas terbesar bagi Indonesia yang kontribusinya lebih baik daripada minyak bumi. Di sinilah perlunya memperkuat kemitraan perusahaan dan rakyat dengan dukungan kebijakan bersahabat dari pemerintah,” ujar Bungaran.
Sahat Sinaga selaku Plt. Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengeluhkan kontribusi kelapa sawit bagi Indonesia masih terus mendapatkan hadangan dari kampanye hitam yang dihembuskan jejaring NGO internasional seperti Greenpeace, Mighty Earth, Rainforest Action Network, AidEnvironment, dan lainnya.
Padahal, dibandingkan minyak nabati lain, kelapa sawit jelas mempunyai keunggulan sulit tersaingi dari aspek produktivitas dan harga lebih kompetitif.
“Untuk menekan daya saing sawit, dibuatlah hambatan non tarif dan berbagai standar sustainability supaya menambah beban biaya produksinya. Serangan terhadap kelapa sawit dipastikan tidak akan pernah turun,” ungkapnya. (cuy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Elfany Kurniawan