Pemerintah Kembali Datangkan 1,5 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca

Jumat, 11 Juni 2021 – 10:56 WIB
Pemerintah kembali mendatangkan vaksin AstraZeneca melalui skema multilateral yang tiba di Indonesia pada Kamis (10/6) malam. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah kembali mendatangkan vaksin AstraZeneca melalui skema multilateral yang tiba di Indonesia pada Kamis (10/6) malam.

Ini menjadi kedatangan vaksin ke-15 dari keseluruhan yang telah didatangkan pemerintah.

BACA JUGA: Petugas Geledah Muatan Truk di Pelabuhan Merak, Lihat Isinya, Tak Disangka

"Alhamdulillah pada malam hari ini Indonesia kembali menerima vaksin AstraZeneca melalui jalur multilateral Covax Facility sebanyak 1.504.800 dosis," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang memberikan keterangan secara virtual terkait kedatangan vaksin tersebut.

Retno menjelaskan, sebelumnya, pada pekan lalu Indonesia juga telah menerima 313.100 dosis vaksin AstraZeneca dari Covax Facility.

BACA JUGA: Kronologi 26 Warga dalam Satu RT di Bekasi Terpapar Covid-19, Ya Ampun

Dengan demikian, jumlah keseluruhan vaksin AstraZeneca yang berasal dari Covax Facility secara gratis hingga saat ini ialah sebanyak 8.228.400 dosis vaksin siap pakai.

Apabila ditambahkan vaksin-vaksin lainnya, maka pemerintah Indonesia hingga saat ini telah mendatangkan sebanyak 93.728.400 dosis vaksin.

BACA JUGA: TNI-Polri Tangkap Ketua KNPB-OPM Merauke, Ternyata Ini Orangnya, Bikin Resah

Perinciannya ialah vaksin CoronaVac dari Sinovac sebanyak 84,5 juta dosis, AstraZeneca sebanyak 8.228.400 dosis, dan Sinopharm sebanyak sejuta dosis.

"Insyaallah, besok siang akan tiba juga sejuta dosis vaksin Sinopharm yang akan digunakan untuk program Vaksin Gotong Royong," imbuh Retno.

Hingga saat ini, pemerintah telah menggunakan tiga jenis vaksin dalam program vaksinasi massal yang ditargetkan untuk menyasar 181,5 juta populasi.

Ketiganya ialah Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm yang semuanya telah masuk ke dalam emergency use listing Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Untuk diketahui, selain ketiga vaksin tersebut, WHO juga memasukkan Pfizer, Johnson and Johnson, dan Moderna dalam EUL mereka.

Dengan masuknya ketiga jenis vaksin yang digunakan pemerintah Indonesia dalam EUL WHO tersebut menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan di tanah air telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal kualitas, keamanan, dan efektivitasnya untuk digunakan pada masa darurat kesehatan.

Selain itu, pemerintah juga akan terus berupaya untuk mendatangkan pasokan vaksin guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Upaya tersebut tentunya bukan merupakan hal mudah mengingat keterbatasan pasokan vaksin dengan permintaan yang tinggi dari negara-negara lain.

"Pemerintah terus berikhtiar dan bekerja keras mengamankan pasokan vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ikhtiar ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan di masa pandemi di mana pasokan vaksin masih sangat terbatas, sementara kebutuhan dunia akan vaksin sedemikian besarnya," kata Retno.

Retno menyatakan, beberapa negara yang telah melakukan vaksinasi secara luas terbukti berhasil menurunkan angka penyebaran virus secara signifikan.

Inggris, misalnya, telah mampu menurunkan kasus harian hingga di angka lima ribuan dari sebelumnya 60 ribu kasus per hari setelah dosis vaksin yang diberikan mencapai 101,51 persen populasi.

Adapun Amerika Serikat mampu menurunkan kasus per harinya dari sekitar 300 ribu menjadi 12 ribu per hari setelah dosis vaksin yang diberikan mencapai 91,57 persen populasi.

"Artinya, vaksinasi adalah salah satu cara untuk menekan jumlah kasus dan melawan pandemi. Sebelum mencapai angka prosentase vaksinasi yang besar, upaya untuk menekan laju penularan virus masih harus dibarengi dengan pelaksanaan protokol kesehatan secara ketat," kata Retno Marsudi. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler