Pemerintah Kucurkan Rp 1 Triliun untuk Industri Kelapa

Jumat, 23 Februari 2018 – 02:30 WIB
Kelapa. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Keinginan para kepala daerah penghasil kelapa untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia mendapat apresiasi dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Apalagi kelapa merupakan salah satu komoditas yang dapat diekspor.

“Saya sangat mengapreasiasi hal itu karena kelapa memiliki berbagai khasiat, hal ini perlu didorong. Kami berikan bibit gratis, pupuk gratis untuk perkebunan dan hortikultura yang kita programkan tahun ini melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP),” ujar Amran, Kamis (22/2).

BACA JUGA: Moeldoko dan Beberapa Menteri Cek Sarana Kesehatan di Asmat

Amran mengatakan, pemberian bantuan bibit kelapa kepada masyarakat dan petani Gorontalo tersebut merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo.

“Kami mendorong produksi komoditas strategis, dan ini adalah perintah presiden dan wakil presiden pada rapat kabinet,” ujarnya.

BACA JUGA: Moeldoko: Hubungan Militer Indonesia dan AS Membaik

Amran menjelaskan, pemerintah pusat berusaha mendorong peningkatan produksi beberapa komoditas yang dapat diekspor seperti kelapa, pala, dan cengkih.

Saat ini, kelapa Indonesia menduduki peringkat ketiga perkebunan setelah minyak sawit dan karet dan dipastikan mampu membawa Indonesia untuk menduduki peringkat ekspor nomor satu di dunia.

BACA JUGA: Pemuka Agama Diserang, Moeldoko Terjunkan Tim Investigasi

Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan penyumbang devisa. Berdasarkan data BPS, periode Januari hingga Agustus 2017 sumbangan devisa dari ekspor kelapa mencapai USD 899,47 juta, sementara nilai impor hanya USD 8,65 juta.

Berarti ada surplus neraca perdagangan kelapa USD 890,82 juta. Surplus tersebut naik sebesar 20,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yakni sekitar USD 738,20 juta.

Tak hanya itu, berdasarkan Data International Trade Center (ITC) dalam peta perdagangan (Trademap) dunia 2012 hingga 2016, Indonesia merupakan eksportir kelapa terbesar kedua setelah Filipina dalam bentuk minyak kelapa dan kelapa dikeringkan.

Sementara untuk kelapa di dalam kulit atau endocarp, Indonesia merupakan eksportir terbesar pertama dunia dengan kontribusi mencapai 59 persen dari total ekspor kelapa wujud tersebut dunia.

Pada 2017 periode Januari hingga Agustus, ekspor kelapa Indonesia didominasi berupa minyak kelapa, wujud kelapa dikeringkan, dan kelapa dalam kulit. Ekspor minyak kelapa mencapai 63 persen dan wujud kelapa dikeringkan dan kelapa dalam kulit 19,87 persen.

“Sementara wujud kelapa yang diimpor Indonesia pada periode yang sama sebagian besar berupa minyak kelapa,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengungkapkan, pada 2018 ini pemerintah Indonesia berencana membangun kembali industri kelapa dengan mengucurkan dana sebesar Rp 1 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk 3.000 hektare lahan kelapa.

Menurutnya, naiknya anggaran untuk membangun kembali industri kelapa tak lepas dari usaha dan kerja keras dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Koalisi Kabupaten Pemerhati Kelapa (KKPK) dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI).

Moeldoko mengatakan, naiknya anggaran untuk membangun kembali industri kelapa dengan tujuan menggeser posisi India dari penghasil kelapa terbesar di Indonesia. Mulai sekarang, para petani kelapa di Indonesia harus optimistis untuk membangun kembali industri kelapa ini.

“Kita mempuntai potensi alam luar biasa untuk bisa kembali sebagai penghasil kelapa terbesar. Garis Khatulistiwa yang mempunyai banyak sinar matahari, panjang pantai mencapai 82 ribu kilometer dan lainnya. Tidak ada yang tidak bisa,” kata Moeldoko.

Moeldoko juga menyatakan, HKTI mempunyai peran dalam membangun kembali industri kelapa di Indonesia melalui beberapa kegiatan produktif seperti mengadakan mapping industri kelapa, menjembatani pemerintah dengan para petani kelapa, dan melakukan partnership dengan para peneliti serta petani dalam mengembangkan teknologi kelapa.

“Saya pernah diskusi dengan profesor kelapa selama delapan jam hanya membicarakan kelapa. Saat ini tidak mau anak muda manjat kelapa jadi dipikirkan kelapa yang rendah dan cepat panen yakni kelapa genjah. Waktu panennya tidak perlu delapan tahun, sekarang tiga tahun sudah panen,” ungkapnya.

Menurut Moeldoko, ada dua cara untuk memperbaiki industri kelapa di Indonesia dengan on farm dan off farm. 

Dalam konteks on farm sudah ada upaya antara pemerintah daerah, masyarakat perkelapaan, pemerhati dan pengusaha dalam meningkatkan pertumbuhan kelapa.

Selanjutnya, kata dia, dalam konteks off farm masih ada permasalah di mana industri kelapa di Indonesia hanya menjual kelapa kopra dan minyaknya saja. Padahal banyak produk-produk yang bisa dihasilkan dari kelapa yang belum dikelola secara maksimal.

“Kelapa bisa diperbaiki produksi dan produknya, kita bisa bicara arang kelapa Indonesia, sabut kelapa Indonesia, kita berbicara mengenai produk kelapa Indonesia yang belum digarap maksimal,” jelasnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Ajak Masyarakat Pantau Peredaran Beras


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler