jpnn.com - JAKARTA - Kebutuhan daging sapi di Jakarta tergolong tinggi setiap harinya. Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Sarman Simanjorang menjelaskan sebagai kota jasa dan tujuan pariwisata, Jakarta membutuhkan daging sapi sekitar 60 ton setiap harinya.
Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan dunia usaha seperti hotel, restoran, catering, warung padang dan sebagainya.
BACA JUGA: Dua Ormas Bentrok, Ini Permintaan Ahok
"Kebutuhan daging 2015 diperkirakan sebanyak 640 ribu ton, naik sekitar 8,5 persen dari tahun lalu sebesar 590 ribu ton. Suplai bersumber dari daging lokal dan impor. Khusus untuk daging impor 40 persen daging beku dan 60 persen sapi hidup," ujar Sarman di Jakarta, Senin (10/8).
Pemerintah kata Sarman, seharusnya lebih jeli melihat pergerakkan pasar. Pasalnya, gejolak kenaikan harga daging sapi di pasar masih terlihat dua minggu setelah lebaran. Di mana harga daging sapi masih tinggi. Umumnya, setelah lebaran tren penurunan seharusnya sudah terlihat.
BACA JUGA: Perum PPD Tunda Peresmian Transjabodetabek
"Memasuki bulan puasa kita sudah merasakan pergerakan kenaikan harga daging sapi, dan hampir dua minggu setelah lebaran kita melihat harga daging sapi pada posisi stabil tinggi. Normalnya 10 hari setelah lebaran harga akan turun stabil," jelas dia.
Selama ini, sambung Sarman, pihaknya sudah mengingatkan kepada pemerintah agar benar-benar menghitung sejauh mana daging lokal mampu mensupply kebutuhan pasar dengan data yang akurat.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Ahok Anggap Kemacetan Hal Biasa
"Dengan data yang akurat, pemerintah bisa menghitung berapa yang mampu di supply daging lokal dan berapa kebutuhan impor. Jadi tidak seperti ini (harga daging sapi tinggi sehingga pedagang demo jualan-red)," tandas Wakil Ketua Umum Kadin ini.
Warga di wilayah Jakarta, Bandung, dan Banten harus siap-siap menahan diri tak bisa makan daging sapi selama empat hari. Ini menyusul mogok jualan para pedagang dari Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) di wilayah itu sejak Sabtu (9/8) hingga Rabu lusa (12/8).
Aksi yang sama disiapkan pedagang daging di Jawa Timur (Jatim) jika masalah kelangkaan pasokan tidak kunjung teratasi.
Ketua Umum APDI Asnawi mengatakan, aksi menolak berjualan tersebut disebabkan pedagang sudah tidak tahan dengan kenaikan harga daging di tempat pemotongan hewan atau jagal sebesar Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per kilogram (kg).
Sementara itu, harga jual selama ini tidak bisa naik lagi karena telah mencapai di atas Rp 120 ribu per kg. ”Sebagai pedagang, kami sah saja juga ikut menjual mahal sampai Rp 130 ribu per kilo, namun risikonya tidak akan laku. Sedangkan kalau menahan harga, untungnya sedikit sekali,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (9/8). (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Memalukan! 3 PNS DKI Doyan Potong Anggaran
Redaktur : Tim Redaksi