Pemerintah Terjunkan Penembak Jitu, 22 Tewas

Jumat, 21 Februari 2014 – 08:06 WIB

jpnn.com - KIEV – Darah kembali tertumpah di ibu kota Ukraina, Kiev. Setelah bentrokan berdarah Selasa lalu (18/2), oposisi dan aparat kembali terlibat aksi saling serang di tengah gencatan senjata. Kemarin (20/2)  media melaporkan bahwa bentrokan paling anyar dua kubu yang saling berseteru itu merenggut sedikitnya 22 nyawa.

Beberapa jam sebelum bentrokan yang melibatkan penembak jitu itu pecah, Presiden Viktor Yanukovych dan tokoh-tokoh oposisi baru saja mendeklarasikan gencatan senjata.

BACA JUGA: Bom Sepatu Mengancam, AS Ingatkan Maskapai Penerbangan

Namun, kesepakatan damai itu tidak berlangsung lama. Oposisi dan aparat yang bersitegang sejak Selasa kembali saling serang. ”Sebanyak 22 orang tewas dalam bentrokan. Seorang di antaranya adalah polisi,” tutur Serhiy Burlakov.
    
Burlakov yang menjabat sebagai juru bicara kementerian dalam negeri itu menambahkan bahwa mayat 21 korban tergeletak di salah satu sudut Lapangan Merdeka (Independence Square) alias Maidan. Selain menewaskan 22 orang, bentrokan terbaru yang menodai gencatan senjata tersebut juga mengakibatkan sedikitnya 28 orang terluka.
    
Juru kamera Associated Press dan seorang demonstran mengatakan bahwa pemerintah menerjunkan regu penembak jitu di Maidan kemarin. Dua saksi mata itu mengaku melihat para penembak jitu tersebut mengarahkan senjata mereka ke arah kerumunan massa oposisi. Seperti yang lalu, para penembak jitu itu tersebar di beberapa titik, terutama gedung-gedung tinggi, sekitar Maidan.

Sejak konflik oposisi dengan pemerintah meruncing sepekan terakhir, tidak kurang dari 50 nyawa telah melayang. Bentrokan  dua kubu juga membuat sedikitnya 100 orang terluka. Itu belum termasuk kerugian materi yang tidak sedikit.

BACA JUGA: Ditangkap FBI, Ketut Segera Diadili

Gedung-gedung pemerintah dan properti lain milik warga rusak. Sebab, setiap pecah bentrokan, oposisi merusak apa pun yang ada di sekitar lokasi kekerasan.

Bersamaan dengan itu, tiga menteri luar negeri dari Jerman, Polandia, dan Prancis menemui Yanukovych. Sebelumnya, mereka bertemu dengan wakil oposisi. Menurut tiga Menlu itu, dua kubu yang berseteru sama-sama ngotot bertahan pada pendiriannya.  Oposisi menuntut presiden 63 tahun itu segera mundur.  Sebaliknya, Yanukovych bersumpah untuk mempertahankan jabatannya sampai akhir.

BACA JUGA: Amerika Serikat Waspadai Teror Bom Sepatu

Saat senjata berbicara di Kiev kemarin, 28 Menlu negara-negara anggota Uni Eropa (UE) berkumpul di Kota Brussels, Belgia. Mereka sengaja mengadakan  rapat darurat dengan topik tunggal krisis Ukraina.

UE berencana merumuskan sanksi untuk negara berpenduduk sekitar 41 juta jiwa tersebut. UE juga mengimbau pemerintah Ukraina untuk memproses para pelanggar aturan secara hukum.
    
Kemarin Amerika Serikat (AS) mengecam pecahnya bentrokan baru di Ukraina. Departemen Luar Negeri AS juga langsung memberlakukan larangan visa bagi sekitar 20 pejabat senior Ukraina.

”Semua itu terkait dengan dugaan keterlibatan mereka dalam pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Ukraina.” Demikian pernyataan Deplu AS. Larangan itu, menurut Deplu AS, akan berlaku sementara sampai ada keterangan lebih lanjut. (AP/AFP/c1/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FBI Bekuk Ketut karena Perkosa Penumpang Kapal Pesiar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler