jpnn.com, TEMANGGUNG - Raut muka Direktur Jendral (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi, tampak berseri-seri saat melihat beberapa petani sedang mengerjakan lahannya.
Sigap dia turun dari mobil dan menghampiri. Ada tiga petani yang sedang bekerja, seorang di antaranya perempuan.
BACA JUGA: Prof Kong Su Ping: Indonesia Potensial Bawang Putih
Mereka berdiri di tengah-tengah lahan yang di atasnya sedang ditanam salah satu komoditas penting di Indonesia yaitu bawang putih.
Perbincangan dengan petani ini menghantar pada cerita kerja keras petani dan pemerintah dalam mendorong swasembada bawang putih.
BACA JUGA: Amran Sulaiman Seret Importir untuk Beternak
Mengapa musti swasembada? Seperti sudah diketahui, bawang putih merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia. Namun, ketergantungan Indonesia pada impor masih begitu tinggi.
Ketidakcukupan produksi lokal menjadikan alasan utama untuk impor. Semenjak tahun 1995, setiap tahun impor meningkat dan kini tercatat 95 persen disuplai dari luar terutama dari China.
BACA JUGA: Pecahkan Rekor! Warga Bakar 35 Ribu Tusuk Sate
Menteri Pertanian Amran Sulaiman bertekad membalik kondisi ini. "Kami tidak boleh terus bergantung dengan impor. Harus swasembada, bahkan ekspor," tegasnya dalam beberapa kali kunjungan kerja.
Progam swasembada bawang putih dicanangkan pada pertengahan 2017. Salah satu strategi yang dilakukan Kementan adalah dengan memperbanyak luas tanam bawang putih di daerah-daerah yang bisa ditumbuhi tanaman ini, yakni di dataran tinggi yang beriklim dingin.
Beberapa Kabupaten yang sudah mengembangkan bawang putih adalah Sembalun Lombok Timur, Kledung Temanggung, Magelang, Banyuwangi dan Pujon Malang.
Di Temanggung, saat Dirjen Hortikultura Suwandi berkunjung dan menemui petani, tersirat semangat dan harapan untuk mempercepat upaya swasembada tersebut.
Suwandi mengatakan dimulai tahun 2017 tanam bawang putih 2.000 hektare dominan untuk dijadikan benih. Selanjutnya tahun 2018 ditargetkan 15.000 hektar dan tahun depan lebih tinggi lagi.
Dalam upaya ini, petanilah yang menjadi tulang punggung upaya tersebut, termasuk tiga orang yang ditemui di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.
Semula mereka tampak agak bingung, saat rombongan datang menghampiri. Namun suasana mencair saat Dirjen Suwandi mengajak berbincang santai mereka seputar bibit, masa tanam, rencana panen dan harga.
Petani perempuan yang hadir, Muniati, yang berusia hampir 40 tahun itu mengakui sudah lama menggeluti bawang putih.
"Harganya bisa memadai dan bisa menopang hidup. Jika harga baik, bawang putih kering bisa mencapai harga Rp 35 ribu per kg. Untuk kadar air tinggi harga berkisar Rp 25 ribu," ungkapnya.
Namun, kata Muniati,harga bawamg putih tidak menentu. Terkadang harga bisa turun drastis sampai di bawah Rp 20 ribu. "Kalau harga jatuh, keuntungan tidak seberapa," tuturnya lirih.
Bawang putih yang ditanam Muniati di lahan seluas 200 m2 adalah jenis lumbu kuning. Varietas ini memerlukan waktu 93 hari hingga bisa dipanen. Menurut Muniati, sebenarnya ada jenis lain yang berkualitas lebih tinggi, yakni lumbu hijau. Namun menanam varietas ini lebih berisiko karena masa tumbuh sampai panen lebih lama.
"Karena cuaca sekarang tidak menentu, terutama hujan, petani tidak bisa tanam terlalu lama. Bawang putih tidak bisa sering terkena hujan karena bisa membuat bawang retak dan tidak laku dijual," jelas perempuan ini sambil mengangkat bawang putih yang baru selesai dipanennya.
Namun saat ditanya apakah tetap bersemangat menanam bawang putih, Muniati mengangguk bersemangat.
"Keluarga saya utamanya hidup dari bawang putih. Jadi saya ya bersemangat," lanjutnya tersipu.
Mengakhiri pembicaraan, Muniati berharap pemerintah bisa membantu menyediakan benih unggul yang tahan hujan dan harga benih lebih murah.
“Kami pun berharap pemerintah bisa membantu menjaga kestabilan harga serta penasaran bawang putih. Harapan mewakili harapan petani bawang putih lainnya,” harapnya.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota DPR Sebut Amran Sulaiman sebagai Menteri Antiimpor
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh