Andika Mongilala tak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat melihat hasil pemilu Australia yang menempatkan banyak wajah baru yang "mirip" dengan wajahnya di parlemen federal.
"Saya sangat senang sekali melihat wajah-wajah imigran yang duduk di parlemen," ujar pria asal Manado yang pindah ke Australia sejak 2015.
BACA JUGA: Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi akan Kunjungi Delapan Negara Pasifik Termasuk Timor Leste
"Hal ini menandakan bahwa, bukan tidak mungkin kami atau anak-anak kita ke depan bisa juga menjadi orang politik di negara ini," kata Andika kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.
"Pemilu kali ini menjadi pengalaman pertama saya ikut memilih sebagai warga negara. Saya memilih di Dapil Fenner," jelas akuntan yang telah menikah dengan orang Australia keturunan Inggris ini.
BACA JUGA: Penembakan di Texas Menewaskan Setidaknya 18 Murid SD, Pelakunya Seorang Remaja
Hasil Pemilu, menurut Andika, menandakan bahwa para imigran yang berasal dari latar belakang keluarga non-English speaking semakin mendapatkan tempat dalam percaturan politik.
"Ini menandakan Australia adalah negara multikultur. Ini memang sudah saatnya dan ke depan mungkin akan semakin banyak politisi dengan latar belakang imigran," katanya.
BACA JUGA: Investasi Tesla di Indonesia Berpotensi Mengancam Hak Warga Menghirup Udara Bersih
Andika berharap Partai Buruh yang kini mengambilalih pemerintahan federal Australia dapat segera merealisasikan program seperti penanganan perubahan iklim, kesetaraan gender, tunjangan disabilitas, serta biaya hidup dan kenaikan gaji.
Daerah Pemilihan (Dapil) Fenner terletak di wilayah khusus ibukota Canberra (ACT), yang selama ini kursinya di DPR Australia dipegang oleh politisi Partai Buruh Andrew Leigh.
"Di Australia, para pemilih mudah mengetahui mana yang akan didukung karena ideologi partainya jelas. Kalau di Indonesia semua partai punya ideologi dan program yang hampir sama," ujar Andika.
"Saya memilih Andrew Leigh, bukan hanya karena dia hebat, seorang PhD, tapi karena dia dekat dgn pemilih di sini. Dia juga lancar berbahasa Indonesia," katanya.
Senang dengan kekalahan Partai Liberal
Pemilih asal Indonesia lainnya, Santi Bucknell, sekarang tinggal di Burpengary, sekitar 45 kilometer dari Brisbane.
"Reaksi saya adalah sangat senang bahwa Partai Liberal tidak lagi berkuasa karena menurut saya mereka tidak pro rakyat kebanyakan," ujarnya kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.
"Kami sangat berharap dengan masuknya Pantai Hijau di DPR dan di Senat akan membawa angin segar di pemerintah federal yang baru," kata Santi yang sudah menjadi warga negara Australia sejak sembilan tahun terakhir.
Santi sendiri menjadi relawan bagi Partai Hijau selama pemilu karena merasa bahwa masalah lingkungan seperti perubahan iklim ini adalah masalah yang paling mendesak untuk ditangani di Australia saat ini.
"Persoalan seperti kebakaran hutan beberapa tahun lalu, juga misalnya pemutihan terumbu karang di Queensland adalah persoalan nyata yang ada di depan kita," katanya.
"Masalah lingkungan ini oleh pemerintah sebelumnya seperti tidak dianggap dan ditepis sebagai bukan masalah besar," ujarnya.
"Saya khawatir dengan kehidupan anak-anak saya di masa depan. Persoalan yang ada di halaman kita saja tidak diurus. Kalau bukan kita siapa lagi," tambahnya. Siklus berganti, warga ingin perubahan
Pria asal Malang (Jawa Timur) Lugas Aprijanto sudah menjadi warga negara Australia sejak tahun 2000 dan sekarang tinggal di Roxburg Park, Melbourne, yang anggota parlemennya berasal dari Partai Buruh.
Menurutnya kemenangan Partai Buruh secara keseluruhan di parlemen sepertinya sudah mengikuti siklus politik perpindahan kekuasaan, karena warga Australia ingin adanya suasana dan perubahan baru.
Dengan kemenangan Partai Buruh, Lugas Aprijanto yang bekerja di bidang telekomunikasi jaringan mengatakan bahwa dari namanya Partai Buruh akan lebih memperhatikan kelompok pekerja.
"Karena saat ini masalah utama di Australia adalah ekonomi terutama karena naiknya harga kebutuhan pokok selama beberapa bulan terakhir," ujarnya.
"Harapan kita tentunya harga-harga kebutuhan pokok bisa menurun. Kalau kita lihat kenaikan harga bagi warga kebanyakan saat ini bisa mencapai 20-30% walau tingkat inflasi resmi tidak setinggi itu," kata Lugas.
"Juga kenaikan upah itu tidak sebanding dengan laju inflasi. Banyak teman-teman yang biasanya tidak pernah mengeluh soal harga, sekarang mengeluh," katanya.
"Dari namanya, Partai Buruh 'kan lebih dekat dengan pekerja. Namun masih harus kita lihat, harapannya begitu, walau sebenarnya kebijakan ekonomi Partai Koalisi sebelumnya juga banyak yang bagus," kata Lugas. Kecewa dengan kekalahan Partai Liberal
Sementara itu, perawat asal Adelaide, Ivonne Callow mengatakan "sedikit kecewa" mendengar kekalahan Partai Koalisi Liberal/Nasional yang sudah didukungnya sejak menjadi warga negara Australia di tahun 2012.
"Tapi tidak apa-apa, kita lihat saja bagaimana Partai Buruh memimpin, kita beri kesempatan," kata Ivonne kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Selama ini memang benar Partai Liberal melakukan pekerjaannya dengan baik dan beberapa orang yakin Partai Buruh akan berhenti berkuasa setelah ini, tapi untuk saya, berikan saja kesempatan, semua punya kesempatan," ujarnya.
Ivonne yang dibantu suaminya dalam memahami politik mengatakan menyukai cara kerja Partai Liberal yang menurut mereka "bagus secara struktural".
Namun, dengan menangnya Partai Buruh, Ivonne yang juga bekerja di panti jompo berharap akan diuntungkan dengan kebijakan partai tersebut.
"Partai Buruh mendukung kenaikan gaji untuk carer dan perawat, semoga akan terjadi," ujarnya.
Salah satu kebijakan Partai Buruh adalah untuk menempatkan perawat di panti jompo, di mana staf harus mendampingi lansia setidaknya tiga jam 35 menit dalam sehari.
Dengan demikian, juga menjadi perhatian Partai Buruh bahwa sektor tersebut akan memasok lebih banyak perawat, dan gaji mereka pun akan naik. Tingkatkan hubungan dengan Indonesia
Kemenangan Partai Buruh agaknya menjadi hal di luar perkiraan Ellie Merret yang tinggal di Adelaide.
Meski mendukung Partai Buruh yang nilai-nilainya sejalan dengan Ellie, ia merasa bahwa kampanye mantan Perdana Menteri Australia sebelumnya, Scott Morrison "lebih gencar dan terencana".
Ellie yang sudah menjadi warganegara Australia sejak tahun 1999 memberikan dukungannya kepada Partai Buruh terutama karena kebijakan partai tersebut terhadap kesejahteraan tenaga kerja atau buruh.
"Menurut saya Partai Buruh lebih cenderung memperhatikan pekerja daripada Partai Liberal, misalnya soal gaji," kata Ellie yang bekerja di perusahaan infrastruktur gas.
"Pendekatan Partai Buruh ke pekerja itu jauh lebih bagus dari pada Partai Liberal. Menurut saya, Partai Liberal pendekatannya ke employer [pemberi kerja] dari pada ke pekerja," katanya.
Sebagai pendukung Partai Buruh yang terus berusaha kritis atas kebijakannya, Ellie berharap pemerintahan yang baru ini bisa mengedepankan beberapa isu, terutama yang berkaitan dengan Indonesia.
"Indonesia itu bagi Australia sangat penting. Indonesia adalah jembatan antara Australia ke tempat lain, jadi hubungan Indonesia dari bidang pertahanan, ekonomi, kebudayaan harus selalu dipelihara," katanya.
"Ke depan juga semoga mereka membuka lagi kesempatan untuk orang Australia belajar Bahasa Indonesia karena selama pemerintahan Liberal ini pendidikan Bahasa Indonesia itu sangat minimal di sekolah-sekolah Australia," tambahnya.
Salah satu kebijakan Partai Buruh adalah untuk menghilangkan visa pertanian dan menciptakan skema baru yang mengutamakan pekerja asal Pasifik, melalui program 'Pacific Australia Labour Mobility' (PALM).
Namun menurut Ellie, mereka tetap perlu memberikan kesempatan bagi warga Indonesia untuk bisa bekerja di bidang-bidang yang memerlukan, termasuk perkebunan, perikanan, dan lain sebagainya.
"Orang Indonesia, terutama generasi muda Indonesia perlu diberi kesempatan untuk bekerja di sini, di perkebunan, kilang anggur, perikanan, di mana pun yang membuat mereka bisa bekerja dan belajar," katanya.
"Dan nanti bisa kembali ke Indonesia dan menerapkannya di situ," tambahnya. Anggota parlemen baru
Pada umumnya warga asal Indonesia di Australia yang sudah memberikan suara ini memberikan dukungan bagi munculnya anggota parlemen baru dari latar belakang yang berbeda-beda dan juga dari generasi yang lebih muda.
"Ini bagus munculnya para cendekiawan muda, juga dari berbagai latar belakang etnis berbeda," kata Santi.
"Kita harus mau mendengarkan dari generasi muda, karena masa depan kan milik mereka nantinya. Mereka bisa menyumbangkan pemikiran mereka sejak sekarang," katanya.
Munculnya para anggota parlemen dari berbagai latar belakang etnis, menurut Lugas Aprijanto, juga bisa mendorong diaspora Indonesia di Australia untuk melakukan hal yang sama terjun ke dunia politik.
"Semua masalah politik itu akan dibicarakan di parlemen. Jadi kalau ada wakil dari kalangan Indonesia kepentingan kita juga bisa diperjuangkan di sana," katanya.
Lugas mengutip pidato PM Anthony Albanese saat menyatakan kemenangan hari Sabtu malam sebagai hal yang penting dan bagus untuk diingat.
"Dia mengatakan dari mana pun kamu berasal, apa pun agama kamu, apa pun namamu, kita satu Australia. Harusnya itu menjadi tonggak yang bersejarah dalam artian beliau ingin mengajak kita semua sebagai warga negara Australia untuk saling bahu membahu," paparnya.
Simak artikel lainnya dari ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Thor Pedersen Menuju Selandia Baru untuk Merampungkan Tur Keliling Dunianya