jpnn.com, KEDAH - Pilihan Raya Umum (PRU) Ke-14 alias General Election 14 (GE14) Malaysia tinggal hitungan hari. Majunya Mahathir Mohamad menjadikan ajang pemilihan itu semakin menarik.
Lelaki yang pernah 20 tahun menjabat perdana menteri tersebut masih memiliki pengaruh besar. Namun, di tempat asalnya, Negara Bagian Kedah, sebagian masyarakat pesimistis dia bakal menang.
BACA JUGA: Pemilu Malaysia: Najib Hajar Mahathir dengan UU Antihoaks
Media Malaysia menyebut Mahathir punya dukungan kuat di tiga negara bagian. Yakni, Kedah, Perak, dan Johor.
Dari tiga daerah itu, para pengamat di luar Malaysia yakin tokoh 92 tahun tersebut bakal mendulang suara paling besar di Kedah. Alasannya, Mahathir lahir di Alor Setar, Kedah. Namun, keyakinan itu juga tidak bisa menjadi jaminan.
BACA JUGA: Mahathir: Najib Pengkhianat dan Pencuri
Sebab, dukungan terhadap Mahathir di Kedah terlihat kurang bergelora. Hampir seluruh sudut dipenuhi bendera warna biru tua. Yakni, bendera milik koalisi Barisan Nasional (BN).
Foto rival Mahathir, Najib Razak, menyebar di seluruh sudut Kedah. Termasuk di Jalan Kampung Perak, Alor Setar, Kedah.
BACA JUGA: Najib Razak Umbar Janji Manis di Hari Buruh
Selain bendera, posko kemenangan BN juga menyebar di setiap ruas jalan. Memang, tidak semua pos ramai. Tapi, keberadaan pos menjadi simbol bahwa di titik tersebut ada basis pendukung mereka.
Saking kuatnya, salah satu posko BN dibangun di area kantor Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) alias KPU-nya Malaysia.
Ahmeed Fadhil, 54, warga Alor Setar yang ditemui di sekitar Masjid Zahir, mengatakan bahwa pemilu kali ini lebih sepi bila dibandingkan dengan 2013. Dia mendengar pergerakan setiap kandidat melalui media.
Tidak banyak pergerakan massa di lapangan. ”Yang kami pahami, mantan perdana menteri itu maju lagi,’’ katanya.
Roseni, 23, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Utara Malaysia, mengaku belum tahu sendiri pola kepemimpinan Mahathir Mohamad. Selama ini, dia mengerti keberhasilan Mahathir melalui internet. ”Saya tahu dari Facebook dan WhatsApp,’’ katanya.
Liew Mei Yee sepakat dengan pernyataan itu. Mahathir memiliki cara untuk menyosialisasikan dirinya. Mahasiswi fakultas hubungan internasional di universitas yang sama itu mengetahui seluruh perjalanan kepemimpinan Mahathir. ”Memory collective Mahathir sangat bagus,’’ katanya.
Karena itu, masyarakat yang belum lahir di era kepemimpinannya tahu keberhasilan Mahathir. Baik dari segi pembangunan fisik maupun dalam menjaga perekonomian tetap stabil.
Meski begitu, Liew tetap berusaha objektif. Mahathir tidak fair dalam menampilkan memori tersebut. Sejarah kepemimpinan itu tidak menceritakan masa kelam. Di antaranya, pola memimpin yang diktator dan kasus korupsi yang pernah terjadi di eranya. ”Itu salah satu yang tidak disampaikan,’’ katanya.
Termasuk sikap Mahathir yang tidak terbuka dalam mendeklarasikan harta kekayaannya. Liew juga ragu, oposisi bisa menang dalam persaingan kali ini.
Memang, Mahathir punya pengaruh kuat. Tapi, rivalnya lebih kuat. ”Sebab, mereka kompak,’’ ucap dia. (*/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Serang Mahathir, Najib Ungkit Kasus Sodomi Anwar Ibrahim
Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Fathan Sinaga