Pemerintah Kota Macedon Ranges di negara bagian Victoria, Australia, memutuskan untuk menghilangkan tradisi pembacaan doa Kristiani sebelum memulai suatu kegiatan resmi.

Para pejabat Pemkot Macedon menyatakan mereka ingin menghormati keragaman agama yang ada di masyarakat setempat.

BACA JUGA: Australia Tambah Bantuan Lebih dari Rp 54 Miliar Untuk Korban Gempa Sulawesi

Perubahan yang diajukan Councillor Natasha Gayfer ini mengusulkan mengganti doa dengan kata-kata afirmasi.

"Saya menghendaki pertemuan Pemkot dibuka dengan cara yang lebih mencakup berbagai agama di wilayah kami," kata Gayfer.

BACA JUGA: Analisa Pakar Australia, Tsunami Palu Disebabkan Longsor Bawah Laut

Bentuk kata-kata afirmasi yang akan digunakan sebagai pengganti doa Kristiani sejauh ini belum ditentukan.

Beberapa Pemkot di Victoria memulai rapat-rapatnya dengan Pengakuan Atas Tanah Pribumi yang disusul dengan doa-doa Kristiani.

BACA JUGA: Turis Backpacker Kembali Ungkap Pengalaman Buruk Bekerja Sambil Berwisata Di Australia

Waliko Macedon Ranges, Jennifer Anderson, mengatakan doa-doa tersebut tidak lagi relevan dalam masyarakat yang menganut berbagai agama.

"Saya rasa bagi seseorang yang tidak percara Tuhan, tentunya merasa tidak nyaman mengucapkan doa meminta petunjuk Tuhan," ujar Walikota Anderson.

Pihaknya, katanya, akan memutuskan apakah mengganti hal itu dengan kata-kata afirmasi atau cukup dengan pengakuan atas tanah pribumi.

Langkah pemkot Macedon ini membuat setengah Pemkot di wilayah Central Victoria tidak lagi menggunakan doa pembuka dalam kegiatan resmi mereka.

Sebelumnya Pemkot Gannawarra telah melakukannya pada 2016 dan Pemkot Mount Alexander pada 2003.

Ini juga mencerminkan kecenderungan yang terjadi di masyarakat luas.

Menurut Biro Statistik Australia (ABS), penganut agama di Australia mengalami pergeseran selama 10 tahun terakhir.

Penduduk yang mengaku "tidak beragama" dalam sensus terakhir meningkat tajam dari 19 persen pada 2006 menjadi 30 persen pada tahun 2016. Artinya hampir sepertiga penduduk negara ini mengaku "tidak beragama".

Selain itu, agama-agama seperti Islam dan Budha semakin populer terutama di Victoria.

ABS mencatat bahwa di penduduk Victoria yang mengaku beragama selain Kristen pada tahun 2016 mencapai 10,6 persen.

Menurut Walikota Anderson, data ini mencerminkan perlunya pemerintah beradaptasi dengan masyarakat modern yang sekuler.

Hal senada disampaikan oleh Asosiasi Pemerintahan Lokal Australia.

Menurut ketuanya, David O'Loughlin, pemkot selalu menyesuaikan citra mereka untuk mewakili latar belakang budaya, etnis dan bahasa yang berbeda.

"Pemkot cenderung mewakili masyarakat mereka dalam kebijakan dan program. Mereka berusaha ramah dan inklusif bagi konstituen mereka," kata O'Loughlin.

Pemerintah lokal, katanya, berperan penting dalam mendorong partisipasi semua warga.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gambar Satelit Menunjukkan Dampak Tsunami di Palu

Berita Terkait