jpnn.com - SURABAYA - Polda Jatim mendukung upaya Pemkot Surabaya dalam mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Pahlawan ini. Termasuk rencana pemkot yang akan meremajakan angkutan kota dan menggaji sopir sehingga tidak ada kejar setoran. Kebijakan itu oleh pemkot dinamakan buy the service angkot.
Rencana tersebut diketahui korps Bhayangkara di Jalan A. Yani itu setelah beraudiensi dengan Pemkot Surabaya belum lama ini. "Semoga ini bisa ditiru daerah lain," kata Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Kombespol Rahmat Hidayat Jumat (11/10).
BACA JUGA: Provinsi Tapanuli dan Simalungun Hataran Disahkan Sebelum Pemilu
Menurut dia, Pemkot Surabaya sudah berkoordinasi dengan Polda Jatim terkait rencana peremajaan kendaraan. Angkutan kota yang ada saat ini, lanjut dia, perlu diremajakan agar lebih bagus. Sebab, sebagian besar angkutan masal itu sudah usang.
Pemkot Surabaya, lanjut Rahmat, juga memiliki rencana besar. Yaitu, menggaji sopir angkot dari dana APBD. Pria yang pernah menjabat Kapolres Kuningan itu menyatakan sangat setuju dengan gagasan tersebut. Dengan begitu, sopir tidak mengejar setoran karena sudah dibayar pemerintah.
BACA JUGA: Dicurigai Sudah Lama Cincai-cincai dengan Golkar
Selama ini salah satu penyebab keruwetan di jalan raya adalah sopir yang mengejar setoran. Agar bisa memenuhi target pendapatan, sopir bisa seenaknya menerabas rambu-rambu lalu lintas. "Di tempat yang seharusnya tidak boleh berhenti, mereka malah menunggu penumpang. Itu kan bikin macet," ujarnya.
Saat ditanya lebih teknis, Rahmat enggan membeberkan karena itu adalah rencana pemkot. Polda Jatim hanya diminta urun rembuk sebelum rencana tersebut dilaksanakan. "Intinya, kami sangat mendukung," imbuhnya.
BACA JUGA: Nasib Hononer K1 Diputuskan 25 Oktober
Dengan menggaji sopir, lalu lintas menjadi lebih tertib. Dia membayangkan, kendaraan umum datang di tempat pemberhentian pada waktu yang sudah ditentukan. Dengan begitu, tidak ada lagi angkutan yang mangkal dan menumpuk di tempat tertentu.
Selama ini masih banyak angkutan yang berebut menunggu penumpang di tempat mangkal. Akibatnya, ruas jalan menjadi lebih sempit dan mengakibatkan kemacetan. Misalnya, di Jalan Jetis Kulon dekat RSI Jalan A. Yani. "Saya harap bisa diterapkan di daerah lain juga," ucapnya.
Sementara itu, Kabid Rekayasa Lalu Lintas Dishub Surabaya Irvan Wahyudrajad menjelaskan, upaya penerapan buy the service angkot tersebut sedang dimatangkan. Sebenarnya, ada berbagai tahap yang harus dilalui. Salah satunya perubahan rute angkot. "Perlu dimatangkan," ujarnya.
Sekretaris Kota (Sekkota) Pemkot Surabaya Hendro Gunawan menjelaskan, perubahan trayek tersebut disesuaikan dengan jalur angkutan masal cepat (AMC) monorel dan trem. Itu dibutuhkan karena program buy the service angkot tersebut merupakan salah satu feeder atau angkutan pembantu monorel dan trem.
Soal kapan diterapkan, dia menyatakan secepatnya menerapkan program tersebut. "Kapan tepatnya masih perlu pembahasan lebih lanjut," tegasnya. (eko/idr/c6/end/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Persuasif Mentaskan PSK Dolly
Redaktur : Tim Redaksi