jpnn.com, SAGULUNG - Aktivitas tambang pasir darat di bibir dam Tembesi semakin marak. Kegiatan ilegal ini bahkan kian melebar hingga ke pinggiran jalan Trans Barelang.
Maraknya aktifitas tambang pasir ini karena nilai jual pasir darat cukup menggiurkan yakni hingga Rp 800 ribu pertruk.
BACA JUGA: Mayat Pria Diikat ke Koper Ditemukan di Waduk Seiladi
Satu hari satu lokasi tambang pasir bisa menghasilkan lebih dari 10 truk. Selain itu minimnya pengawasan dan penertiban dari instansi pemerintah terkait menjadi penyebab utama maraknya kegiatan ilegal itu.
Pantauan Batam Pos (Jawa Pos Group) di lapangan, Jumat (6/7), aktivitas tambang pasir darat yang yang merusak dam dan lingkungan sekitar itu mulai meluas hingga perbukitan dekat jalan Trans Barelang.
BACA JUGA: PPDB Online Sepi, Orang Tua Siswa Pilih Mengantre di Sekolah
Satu titik lokasi tambang baru berada di persis di pinggir jalan menuju Vihara, yang berjarak hanya sekitar 200 meter dari jalan Trans Barelang. Dua mesin penyedot air dan dua alat berat siaga di lokasi tambang pasir baru tersebut.
Saat Batam Pos mendatangi lokasi tambang itu, Jumat (6/7) memang tidak terlihat aktivitas, namun tumpukan pasir
hasil tambang terlihat menumpuk di sekitar lokasi tambang tersebut.
BACA JUGA: Tim Saber Pungli Bergerak Cegah Siswa Titipan Oknum Pejabat
Bukit di lokasi tambang pasir separuhnya sudah dikeruk. Tanah dan lumpur limbah dari aktifitas tambang itu dibiarkan mengalir ke arah dam. Tidak ada pekerja yang bisa dimintai keterangan di lokasi tambang pasir yang baru itu.
Sebuah mobil minibus yang bertuliskan salah satu ormas terlihat parkir di dekat lokasi tambang namun kondisinya sama tak ada seorangpun yang dijumpai di sana.
Sementara di lokasi tambang pasir yang sudah lama ada dekat bibir dam masih beraktivitas seperti biasa. Suara mesin penyedot pasir menggema hingga ke perbukitan dekat lokasi
vihara.
Sejumlah pekerja terlihat sibuk memuat pasir ke dalam truk. Pekerja juga tak gubris dengan kedatangan awak media. Mereka terus melakukan aktifitas mereka seperti biasa.
Seorang pekerja yang tak mau namanya disebutkan mengaku tak gentar sedikitpun dengan kegiatan ilegalnya itu. Itu karena dia hanya sebagai pekerja yang digaji oleh pemilik lokasi tambang.
Lagipula menurutnya aktivitas tambang itu aman selama ini. Tidak ada instansi pemerintah atau aparat penegak hukum yang datang menghentikan kegiatan mereka itu.
"Aman-aman saja selama ini. Kalaupun bermasalah ya kami hanya pekerja yang digaji," ujarnya.
Pasir-pasir hasil tambang tersebut diakui pekerja tadi dibawa ke berbagao toko material yang ada di Batam. Harga jual pertruk sekitar Rp 800 ribu. Dalam sehari bisa sampai 20-an truk jika tidak ada kendala seperti hari hujan ataupun mesin penyedot rusak.
Sementara akibat dari kegiatan ilegal itu terlihat dengan jelas mulai dari pinggir jalan Trans Barelang. Lahan perbukitan sudah banyak yang dikeruk dan terlihat tandus serta curam.
Saluran air berupa sungai-sungai kecil yang mengarah ke lokasi dam dipenuhi dengan lumpur dan tanah. Tanah limbah dari aktifitas tambang pasir darat tersebut sudah menutupi separuh dam yang berada dekat lokasi tambang.
Sutikno seorang petani yang berkebun dekat lokasi tambang pasir itu menuturkan, aktifitas tambang pasir itu berdampak besar bagi lingkungan sekitar. Dahulu sebelum ada aktifitas tambang pasir, lokasi bibir dam merupakan lokasi hutan yang hijau nan asri.
Namun semenjak ada aktifitas tambang pasir itu, lingkungan bibir dam berubah jadi lokasi endapan lumpur yang mengalir dari lokasi tambang pasir. "Sudah lama rusak lingkungan dam ini. Tapi tak ada tindakan dari instansi pemerintah terkait," ujarnya. (eja)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Partai Ini Masih Kekurangan Bacaleg DPRD Kota Batam
Redaktur & Reporter : Budi