Penanganan Covid-19: Surplus Perdagangan dari AS, Tetapi Defisit dengan China

Senin, 24 Mei 2021 – 19:07 WIB
Aktivitas petani di masa pandemi Covid-19. Sepanjang periode Januari-April 2021, ekspor terbesar Indonesia adalah ke Tiongkok dengan nilai USD 3,93 miliar. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menilai pemulihan ekonomi Indonesia makin jelas terlihat di tengah pandemi Covid-19 ini, terutama dari catatan surplus perdagangan yang mencapai USD 2,19 miliar per April 2021.

Jika melihat dari mitra dagang, Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Amerika Serikat hingga USD 1,2 miliar.

BACA JUGA: Neraca Perdagangan Surplus, Namun Industri Belum Optimal

"Pemerintah optimistis kondisi perekonomian Indonesia akan terus mengalami perbaikan yang signifikan," kata Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan Sulendrakusuma dalam siaran pers yang diterima, Senin (24/5).

Selain surplus perdagangan dengan Amerika, Indonesia juga menikmati surplus perdagangan dari Filipina (USD 554 juta) dan India (USD 439,9 juta).

BACA JUGA: Surplus Neraca Perdagangan Perlu Ditangani Hati-Hati, Berikut 9 Alasannya

Namun, dengan beberapa negara lain mengalami defisit. Seperti dengan Tiongkok (USD 652,1 juta), Australia (USD 418,3 juta), dan Thailand (USD 248,1 juta).

Panutan memerinci, surplus perdagangan Indonesia tidak lepas dari kinerja ekspor yang terus membaik.

BACA JUGA: Satgas Covid-19 Beri Peringatan untuk 7 Kepala Daerah Ini, Mohon Diperhatikan

Pada April 2021, total ekspor Indonesia mencapai USD 18,48 miliar atau naik sebesar 0,69 persen dari posisi Maret 2021.

Sementara jika dibandingkan dengan April 2020, total ekspor pada April 2021 meningkat 51,94 persen dengan rincian ekspor nonmigas meningkat 51,08 persen sedangkan ekspor migas meningkat 69,60 persen.

Berdasarkan kelompok komoditi, ekspor nonmigas April 2021 mencapai USD 17,52 miliar, meningkat 0,44 persen dibandingkan Maret 2021. Sedangkan ekspor migas mencapai USD 960 juta, meningkat 5,34 persen dari Maret 2021.

"Ini membuktikan konsistensi langkah pemerintah untuk memulihkan ekonomi di tengah ketidakpastian dan dinamika pemulihan ekonomi global," tambah Panutan.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas April 2021 terhadap Maret 2021 terjadi pada komoditas besi dan baja sebesar USD 246,2 juta atau naik 17,50 persen.

Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) sebesar USD 398,3 juta atau turun 13,81 persen.

Sepanjang periode Januari-April 2021, ekspor terbesar adalah ke Tiongkok dengan nilai USD 3,93 miliar, ke Amerika Serikat (USD 2,03 miliar) dan Jepang (USD 1,32 miliar).

Kontribusi ekspor ke tiga negara tersebut mencapai 41,56 persen terhadap total nilai ekspor.

Sementara itu, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa berturut-turut sebesar USD 3,59 miliar dan USD 1,39 miliar.

Panutan juga menyampaikan, sinyal pemulihan ekonomi terus menguat dari kenaikan impor bahan baku/penolong dan barang modal.

Pada April 2021 impor barang bahan baku/penolong naik 33,24 persen dan impor barang modal meningkat 11,55 persen dibandingkan dengan April 2020.

"Peningkatan impor yang tinggi pada kelompok bahan baku/penolong dan barang modal menunjukkan pemulihan ekonomi yang cukup buat pada triwulan II/2021 ini," katanya.

Sebagai catatan, pada April 2021, total impor mencapai USD 16,29 miliar.

Jika dibandingkan dengan April 2020, total impor meningkat 29,93 persen dengan rincian impor nonmigas meningkat 22,10 persen sedangkan impor migas meningkat 136,86 persen. (tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler