Pencinta Mecin Wajib Tahu, MSG Ternyata Aman Dikonsumsi

Kamis, 02 Desember 2021 – 22:07 WIB
Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) yang beranggotakan Ajinomoto, Miwon, dan Sasa menggelar acara webinar yang bertemakan Tren Pangan 2022. Foto: Dok. P2MI

jpnn.com, JAKARTA - Pakar pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Purwiyatno Hariyadi, PhD mengatakan MSG pada makanan aman dikonsumsi, asalkan penggunaannya tidak berlebihan.

“MSG aman atau tidak, sih? Sebetulnya dari sisi kajian itu sudah lama dikaji. Sejak tahun 1988, melalui peratutan Nomor 23 MSG dinyatakan aman dikonsumsi sebagai bahan penguat rasa, dengan penggunaan secukupnya dan tidak berlebihan,” kata Prof Purwiyatno di acara webinar Tren Pangan 2022 Bersama MNG, Kamis (2/12).

BACA JUGA: Ibu, MSG Aman Dikonsumsi Asal Tidak Berlebihan

Webinar ini diselenggarakan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) yang beranggotakan Ajinomoto, Miwon, dan Sasa.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tahun 1988 telah diperbaharui menjadi Permenkes Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dengan isi yang sama yaitu menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi sebagai bahan penguat rasa Umami.

BACA JUGA: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Belum Terungkap, Fakta Nomor 5 jadi Tanda Tanya

Tidak heran, kata dia, dengan penggunaan MSG di masa pandemi seperti sekarang ini banyak orang berinovasi membuat makanan sendiri di rumah maupun untuk berwirausaha. Hal itu karena MSG dapat memberi cita rasa kenikmatan Umami yg lezat.

“Cita rasa atau kenikmatan dalam pangan itu penting membangun rasa happy atau senang dan juga mood booster saat mengonsumsi sesuatu. Ini juga penting berkenaan dengan kesehatan mental,” ujar Prof Purwiyatno.

BACA JUGA: Iptu JM Ditabrak-Dilindas Bandar Narkoba, Kombes Hengki: Tim Khusus Sudah Bergerak

Dia menyatakan asupan makanan tentu menjadi hal yang penting bagi masyarakat saat ini, khususnya ditengah pandemi COVID-19. Hal ini juga tak lepas dari kebiasaan generasi milenial yang hobi dan mencoba mengkonsumsi berbagai makanan baru.

Menurutnya, diperlukan inovasi terkait asupan makanan diantaranya yang memberikan jaminan keamanan, memaksimumkan unsur yang diinginkan, serta meminimalkan unsur yang tidak diinginkan.

"Karena pada dasarnya, nilai pangan itu dilihat dari sejauh mana keamanan pangan tersebut aman terhadap kita yang mengkonsumsinya baik secara jasmani dan rohani. Oleh karenanya diperlu inovasi untuk Flavor Tekstur, Sensori, Cita-Rasa, Kenampakan, Lokalitas, Gizi, Home Cooking, Lingkungan atau unsur yang diinginkan. Serta meminimalkan unsur yang tak diinginkan diantanya fungsionalitas, waktu persiapan, dan kompleksitas Harga," kata Prof Purwiyatno.

Dia juga menjelaskan betapa pentingnya berinovasi ingredien pangan yakni pada bahan (bahan baku, bahan tambahan, zat gizi, bahan fungsional) yang digunakan dalam kegiatan produksi pangan dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah bumbu pembangun rasa dasar yaitu manis, asam, asin, pahit, umami.

"Salah satunya adalah MSG (MNG) dan bumbu/bahan Umami lainnya yang mampu memberikan cita rasa dan turut memberikan kecukupan asupan pada orang yang memakannya. Melalui penelitian yang sahih asupan natrium/Sodium dari garam dapur dapat dikurangi sebesar sekitar 30% dengan penambahan sedikit MSG, di mana hal itu sama sekali tidak mempengaruhi tingkat kesukaan," jelasnya.

Lebih lanjut Prof Purwiyatno menegaskan asupan gizi (dari pangan) yang baik dan cukup sangat penting untuk kesehatan. Hal ini dapat dipenuhi melalui kecukupan asupan ditambah cita rasa pangan pangan itu sendiri.

"Terutama pada saat sistem kekebalan tubuh diperlukan untuk melawan COVID-19," ucapnya.

Ketua Bidang Komunikasi P2MI (Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia) Satria Gentur Pinandita menjelaskan kehadiran asosiasinya adalah untuk memberikan informasi yang benar dan faktual tentang MSG dan turunannya kepada masyarakat dan instansi terkait.

"Hingga saat ini pemberitaan atau artikel terkait MSG yang berintonasi negatif masih kerap muncul. Surat tanggapan dari tahun ke tahun makin menurun publikasinya. Per tahun 2021, efektivitasnya hanya 6 persen. Performa yang bagus di tahun 2018, karena memang nama asosiasi baru muncul dan media banyak yang memberitakan. Oleh karenannya, ke depan P2MI akan lebih proaktif menyebarkan informasi melalui asset sendiri. Kami akan lebih sering bersosialisasi dan mengedukasi," ujarnya.

Lebih lanjut Satria mengatakan masih banyak pula berita yang salah terkait MNG yang mana seluruhnya adalah hoaks. Sebut saja kaldu-kaldu jamur yang saat ini banyak beredar, faktanya hanya sebuah manipulasi bahan dan kampanye.

"Faktanya bumbu tersebut menggunakan MNG/MSG dalam komposisinya, bahkan menjadi ingredients terbesar kedua setelah garam. Ditambah lagi bumbu dengan klaim tersebut lebih mahal berkali lipat dimana 400g bumbu harganya Rp 46,900 dan harga untuk MNG/MSG 120g hanya Rp 4,800," ujar Satria.

Dijelaskannya, MNG merupakan nutrisi yang aman dikonsumsi.

"Dalam hal ini untuk ibu-ibu yang suka memasak menggunakan garam kini dapat menggantikan penggunaan garam berlebih dengan melakukan subsitusi menggunakan MNG. Misalnya, biasa satu sendok teh garam, bisa kita substitusi setengahnya dengan MNG. Nah, ini membantu kita untuk mengurangi konsumsi garam yang cukup signifikan," katanya.

MSG merupakan bagian dari pangan untuk menciptakan makan gizi seimbang. Namun, penggunaan MSG juga harus disertai dengan mengonsumsi makanan beraneka ragam agar asupan yang ada bisa saling melengkapi.

“Makanan memiliki komposisi zat gizi yang berbeda-beda dan satu sama lain saling melengkapi untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Dr Hera Nurlita, Sub Koordinasi Subtansi Mutu Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan. (dkk/jpnn)


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Mecin   MSG   PT Ajinomoto   Sasa  

Terpopuler