Pendapat Din Syamsuddin Mirip Gatot Nurmantyo, Silakan Disimak

Kamis, 24 September 2020 – 12:41 WIB
Din Syamsuddin menyatakan melihat ada kebangkitan PKI. Ilustrasi Foto: Fathra/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Mirip pendapat Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin juga mengungkapkan kekhawatirannya soal kebangkitan kembali PKI.

Bahkan, dari pengamatannya, kebangkitan komunis di Indonesia sudah sangat terasa dan bukan hanya gejala. 

BACA JUGA: Ruhut Sitompul Mengingatkan Gatot Nurmantyo tentang Peristiwa 29 September 2017

Fakta kebangkitan itu menurut Din Syamsuddin, dengan mengadudomba dan melakukan upaya penyusupan kekerasan di kalangan Islam. 

"Saya kira kasus percobaan pembunuhan atau penikaman atas Syekh Ali Jaber di Lampung bukan masalah sederhana. Dan itu sudah terjadi sebelumnya," kata Din dalam kanal Hersubeno Arief di YouTube.

BACA JUGA: Pesan Serius Keponakan Jenderal M Panggabean untuk Gatot Nurmantyo

Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini mengaku, sudah mengamati sejak 2014, sepertinya ada situasi politik psikologis yang dianggap kondusif oleh kelompok berpaham komunis untuk bangkit. 

"Ini pengamatan saya beberapa tahun. Apakah ini karena ketidaktahuan rezim yang berkuasa akan sejarah komunisme sehingga memiliki pandangannya sendiri," ujarnya. 

BACA JUGA: Gatot Nurmantyo: Saya Tak Bisa Membayangkan Bagaimana Pertumpahan Darah akan Terjadi

Din Syamsuddin menyebutkan, ada jejak digital berupa pertemuan, foto-foto, tetapi tidak pernah ditindak.

Kondisi ini membuat kelompok tersebut, lanjut Din, merasa ada momentum untuk bangkit. 

Din Syamsuddin mengatakan, upaya kebangkitan ini mencapai puncak ketika berani mengajukan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP).

Namun, dia pastikan kalangan Islam dan TNI tidak akan membiarkan itu.

"Sayangnya, beberapa kali rapat di Baleg tidak mencabut RUU itu. Saya mendengar kalangan Islam diprakarsai MUI dan ormas-ormas Islam akan menunggu kalau sampai RUU tidak dicabut itu adalah satu bukti bahwa ada sebuah pemaksaan," tegasnya.

Pemaksaan ini, lanjut Din Syamsuddin, tidak lain karena ada sebuah perasaan dominan baik di eksekutif maupun legislatif.

"Ini mengulangi sejarah. Sejarah mengulangi dirinya sendiri," sergahnya.

Dia mengimbau seluruh rakyat untuk sadar, jangan sekali-kali mengulangi sejarah 1948, 1965 yang sangat kelam bahkan hitam.

Janganlah mencoba-coba lagi. Kalau tidak didengar, kelompok yang cinta Pancasila tidak akan membiarkan.

"Kalau ini terjadi, Indonesia yang besar dan majemuk akan berada pada situasi penuh perselisihan, persengketaan dan itu tidak baik karena akan mengulangi sejarah lagi," ucapnya. 

Din Syamsuddin mengatakan, masih ada waktu mengingat sejarah kelam pemberontakan PKI.

Kalau sampai TVRI sebagai televisi pemerintah tidak mau memutar kembali film sejarah pemberontakan G30S/PKI dan tidak ada upaya pemerintah mengenang sejarah kelam itu, jadi pertanda nyata kebangkitan komunis. Dan ini akan menimbulkan reaksi cukup besar. 

"Marilah kita kenang kembal sejarah kelam itu, katakanlan dengan dialog, sebuah kesadaran. Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan eksekutif maupun legislatif kemudian bandel. Nah, ini yang tidak harus terjadi," tandasnya. (esy/jpnn)

 

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler