jpnn.com - JAKARTA - Pendidikan alternatif bukanlah hal yang baru di Indonesia. Saat ini, sudah banya masyarakat melirik beragam model pendidikan alternatif yang semakin tumbuh berkembang.
Beragam model pendidikan alternatif ini mengusung ciri pendidikan yang memerdekakan, yang pada prinsipnya juga telah diperkenalkan oleh tokoh pendidikan di Indonesia seperti Ki Hajar Dewantoro, Henry Alexis Rudolf Tilaar dan Winarno Surakhmad.
BACA JUGA: Tunjangan Profesi Guru Non PNS jadi Fokus Anggaran Pendidikan 2017
Pendidikan alternatif sebagai teori dan praktik pendidikan yang memerdekakan muncul sebagai topik perbincangan hangat dan seru dalam Seminar Pendidikan Alternatif yang diselenggarakan pada hari pertama Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif, Yogyakarta. Seminar berlangsung di Sanggar Anak Alam, Nitiprayan, Yogyakarta, pekan kemarin.
Sebanyak 53 lembaga yang berasal dari 31 kota di antaranya Langkat, Lampung, Medan, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Ternate dan Papua, turut hadir dalam Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif yang berlangsung hingga Minggu, 23 Oktober.
BACA JUGA: Ternyata, 80 Persen Fakultas Kedokteran Belum Memuaskan
Susilo Adinegoro mewakili Jaringan Pendidikan Alternatif, menyampaikan dasar dan tujuan diselenggarakannya Pertemuan Nasional Pendidikan Alternatif ini. Menurutnya, pertemuan ini digagas atas kebutuhan mengkonsolidasikan sekaligus memetakan penyelenggara pendidikan alternatif di berbagai daerah.
Tujuannya untuk mencari solusi sekaligus sebagai ajang refleksi bagi seluruh penyelenggara pendidikan alternatif yang hadir di sini, apakah kita sebagai pendidik telah merdeka? Apakah pendidikan kita sudah benar mendidik? Agar tidak menciptakan penjara baru bagi anak.”(fri/jpnn)
BACA JUGA: Sepakat, Siswa Dilarang Bawa Motor ke Sekolah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunjangan Profesi Guru SMA/SMK Dipotong 15 Persen, Ancam Lapor KPK
Redaktur : Tim Redaksi