Pendidikan Kesetaraan Punya Arti Penting untuk Masa Depan

Jumat, 16 Agustus 2019 – 18:07 WIB
Pembelajaran pendidikan kesetaraan di PKBM Pioneer, Karanganyar Jawa Tengah. Foto: Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan Ditjen PAUD dan  Dikmas Kemendikbud Samto mengatakan, pembelajaran pendidikan kesetaraan pada era Revolusi Industri 4.0 ialah dengan pembelajaran kesetaraan dalam jaringan (daring). 

Oleh karena itu, Direktorat sudah mengembangkan Learning Manajemen System (LMS) dengan tajuk seTARA daring. 

BACA JUGA: Peserta Pemilihan Guru Berprestasi Berbagi Inovasi Pembelajaran di SLB Santi Rama

“Dengan metode itu, satuan pendidikan bisa membuka kelas-kelas daring yang memungkinkan peserta didik belajar secara daring kapan saja dan di mana saja,” ujar Samto, Kamis (15/8).

Dia menambahkan, satuan pendidikan yang bisa menyelenggarakan pembelajaran daring adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) atau sanggar kegiatan belajar (SKB) yang sudah terakeditasi A atau B.

BACA JUGA: Siswa Disabilitas juga Diajarkan untuk Peduli Lingkungan

Kemendikbud pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pendidikan kesetaraan sangat penting untuk masa depan.

Samto menjelaskan, pihaknya mengajak orang tua dan anak usia sekolah yang tidak sekolah untuk ikut pendidikan kesetaraan melalui berbagai cara.

BACA JUGA: Cara Pemerintah Genjot Kualitas Guru

Misalnya, dengan memberikan bantuan operasional pendidikan kesetaraan mulai Paket A, paket B sampai Paket C kepada satuan pendidikan PKBM dan SKB.

“Dengan demikian, satuan pendidikanlah yang melakukan promosi dan motivasi kepada calon peserta didik dan orang tua,” imbuh Samto.

Samto menjelaskan, Perluasan akses pendidikan kesetaraan melibatkan banyak pihak dan berbagai komunitas.

“Misalnya melalui komunitas sekolah rumah (home schooling), forum PKBM, lembaga swadaya masyarakat, komunitas cyber school, dan lain sebagainya,” kata Samto.

Kurikulum pendidikan kesetaraan memungkinkan untuk disesuaikan dengan konteks peserta didik. 

Dengan demikian, sangat memungkinkan untuk disesuaikan dengan potensi daerah masing. 

Namun, standar kompetensi lulusan (SKL) tetap menjadi quality control-nya. Dengan kata lain proses pembelajaran dirancang fleksibel dan bisa dengan cara yang berbeda-beda.

“Waktu dan tempat belajar menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. Akan tetapi, ukuran keberhasilannya tetap pada pencapaian standar kompetensi lulusan,” ujar Samto. (jos/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 908 Guru Berlomba Menunjukkan Kreativitas Mengajar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler