Penduduk Miskin DKI Meningkat Pesat

Pengeluaran Terbesar untuk Makanan

Sabtu, 02 Juli 2011 – 01:20 WIB

SURVEY Badan Pusat Statistik (BPS) DKI mencatat, pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Jakarta meningkat hingga 51.240 jiwa atau 0,27 poin bila dibandingkan dengan jumlah pada Maret 2010Pada Maret 2011 tercatat penduduk miskin sebanyak 363.420 jiwa atau 3,75 persen dari total penduduk ibu kota

BACA JUGA: Lebih Hemat, Jumlah Kereta Minim



Padahal di bulan yang sama tahun lalu sebanyak 312.180 orang atau 3,48 persen
Jumlah tersebut dipicu peningkatan kapita per bulan garis kemiskinan pada 2011, serta pola hidup masyarakat yang mengalami perubahan

BACA JUGA: Busway Malam Hari Diperluas



Kepala BPS DKI Jakarta Agus Suherman mengatakan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar untuk mengukur kemiskinan
Dengan pendekatan itu, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran

BACA JUGA: Banyak Tempat Hiburan Malam di Bekasi Tidak Berizin

“Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk,” ujar Agus, Jumat (1/7).

Metode yang digunakan dengan menghitung garis kemiskinan, kata dia, terdiri dari dua komponenYaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makananPenghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaanKecuali di Jakarta yang seluruh wilayahnya daerah perkotaan“Jadi yang disurvey penduduk miskin yang merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,” ungkap Agus.

Berdasarkan survey di enam wilayah DKI Jakarta, beber dia, garis kemiskinan pada 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulanJumlah ini lebih tinggi dari garis kemiskinan pada 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan

Kenaikan garis kemiskinan ini disebabkan faktor kenaikan laju inflasi dari tahun sebelumnyaInflasi pada Maret 2010 mencapai 3,49 persenSedangkan Maret 2011 mencapai 5,95 persen“Laju inflasi tinggi di tahun ini karena kenaikan harga-harga makanan dan minumanItu yang memacu kenaikan garis kemiskinan,” tandas Agus.

Akibatnya jumlah pengeluaran penduduk meningkat hingga Rp 355.480 per kapita per bulan atau harus mengeluarkan uang sekitar Rp 11.000 per hariDengan komposisi garis kemiskinan, yaitu garis kemiskinan makanan sebesar Rp 229.147 atau 64,46 persen dan garis kemiskinan non makanan sebesar Rp 117.682 atau 35,54 persen
“Ternyata, dari 9,6 juta penduduk DKI Jakarta, ada 3,75 persen atau 363.420 orang yang pengeluarannya di bawah garis kemiskinanOrang miskin di Jakarta lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan makanan, daripada kebutuhan non makanan seperti tempat tinggal dan lainnya,” tutur Agus.

Menurutnya komoditi makanan yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan garis kemiskinan, yaitu beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam rasSedangkan komoditi non makanan yang mempengaruhi peningkatan garis kemiskinan yakni biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan dan pendidikan

“Jadi, perokok merupakan salah satu faktor penyebab rumah tangga menjadi miskinBegitu juga menyebabkan kesehatan menurun sehingga harus mengeluarkan pengeluaran lebih gara-gara dampak rokok,” tukas Agus(rul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkot Mandul Tindak THM, Polisi Curiga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler