Pendukung Ahok Diminta Tak Perpanjang Drama

Jumat, 06 Januari 2017 – 22:46 WIB
Calon Petahana Pada Pilkada DKI Basuki T Purnama alias Ahok. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JPNN.com - Tulisan Tsamara Amany di situs jakartaasoy.com berjudul "Pak Anies, Saya Menyesal" terus menuai polemik.

Kini, giliran Andrian Setiyono mengkritisi opini tersebut melalui medium.com dengan tajuk "Make it Simple..., Jangan Perpanjang Drama."

BACA JUGA: Pemprov DKI Kalah Lagi, Bang Taufik Sindir Ahok...Pedas

Dalam tulisan yang dipulikasikan Jumat (6/1), beberapa saat lalu, Andrian menilai ada dua poin dari tulisan Tsamara.

Anies tidak bisa kerja dan hanya beretorika gagasan serta eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu dianggap menjilat ludahnya dengan merobek "tenun kebangsaan" yang digagasnya.

BACA JUGA: 10 Ribu Kader Gerindra Siap Menangkan Anies-Sandi

Kata Tsamara, menurut Andrian, Anies disebut tidak bisa kerja dan hanya beretorika gagasan saat memberikan sambutan di acara Universitas Paramadina dan Hari Film Nasional 2016. Keanehan yg fatal adalah, Tsamara menilai kinerja Anies dari dua sambutan. Sebuah cara menilai yang amat aneh.

Untuk membantah tudingan tersebut, Andrian pun menyarankan pendukung petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu membaca buku kilasan Kemendikbud 2015 dan 2016.

BACA JUGA: Bacalah, Testimoni Mengharukan Relawan Agus-Sylvi

Kemudian, meneliti laporan resmi birokrasi pemerintahan. Misalnya, audit BPK, Lakip, Rapor Akuntabilitas Kinerja Kementerian/Lembaga (K/L) dan Provinsi, serta Realisasi Rencana Kerja.

Lalu, mencari survei kinerja kabinet atau K/L saat Anies menjabat Mendikbud, seperti yang dikeluarkan Setara Institute, Poltracking Indonesia, Litbang CNN, atau LKP pada 2015.

"Mungkin @TsamaraDKI bisa lebih paham atas kinerja Anies kalau berkenan merujuk pada sumber yang jelas. Untungnya, @TsamaraDKI tidak perlu absen kuliah atau menunda kerja magang di Balaikota," demikian tulisan Andrian.

Dia juga "mematahkan" opini Tsamara, bila Anies menjilat ludahnya dengan merobek "tenun kebangsaan" yang digagasnya, lantaran menyambangi Sekretariat DPP Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta, Ahad (1/1) lalu.

Namun sebelumnya, Andrian menyarankan, Tsamara yang mempersoalkan tindakan FPI yang melakukan pelanggaran hukum ke aparat, agar ranah hukum yang bekerja.
"Dan urusan selesai tanpa banyak drama," tulisnya.

"Kalau yang @TsmaraDKI persoalkan itu pemikiran FPI, @TsamaraDKI tinggal counter dengan pemikiran alternatif. Semua orang bebas berfikir," sambungnya.

Andrian pun mengingatkan, ketika menjabat Mendikbud, Anies berani menentang sweeping karya tulis yang dianggap provokatif atau memuat info hoax. Sebab, menurut Anies, negara tidak berhak mengatur pikiran orang.

"Budayakan bangsa untuk baca aja sulit, bagaimana buku mau disweeping," tulis Andrian mengutip pernyataan Anies beberapa waktu lalu.

Bagi Andrian, bergabungnya Anies bersama Gerindra-PKS pada Pilkada DKI 2017 maupun bertemu FPI memang agenda politik. Namun, tak bisa disimpulkan Anies merusak gagasannya tentang "tenun kebangsaan".

Justru, Andrian menganggap tudingan tersebut terlalu emosional. "Penghakiman bahwa berkunjung dan dialog memiliki arti "sepakat atas semua pemikiran dan tindakan" itu emosi yang terlalu dipaksakan," tulisnya.

Andrian lantas menerangkan, bila tiga murid Tjokroaminoto, Soekarno, Semaoen, dan Kartosoewirjo, berbeda dalam landasan ideologis politik. Namun, mereka adalah kawan saat berdialog, sekalipun tidak ada kata sepakat tentang dasar bernegara.

Dia juga menyebut, jika tangisan Ahok di depan majelis hakim saat sidang perdana kasus dugaan penistaan agama hingga "Lebaran Kuda" Poros Cikeas untuk Agus, atau sambutan Presiden Jokowi dalam aksi 212, juga sarat politik.

Karenanya, Andrian mengungkapkan, bila tidak ada yang ideal dalam berpolitik. "Compromise and find the best option for your battlefield (Kompromi dan temukan pilihan terbaik untuk medan perang anda). Itu realitas dalam politik," sambungnya.

Dalam penutupnya, Andrian menganggap, kecewa atas tindakan politik adalah hak dan kewajaran. Namun, jangan berdrama bila jujur ingin melihat rekam jejak kinerja dan tindakan politik.

"Kalau tidak tahu, cari info. Tidak ngerti, bertanya. Bingung, klarifikasi". Make it simple… jangan perpanjang drama. Kecuali memang ada niatan lain," sarannya. (prs/rmol)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Kuliah, Ahok Manja, Ke Mana-mana Pakai Payung


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Pilkada DKI   Anies - Sandi   Ahok   FPI  

Terpopuler