jpnn.com - BEIRUT - Komandan Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) Letnan Jenderal Aroldo Lazaro Saenz terluka pada Jumat (14/2). Penyebabnya ialah serangan simpatisan Hezbollah kepada tentara asal Spanyol itu.
Serangan terhadap Letjen Aroldo terjadi ketika dia berkonvoi bersama pasukannya menuju Bandara Internasional Rafik Hariri di Beirut. Pada saat bersamaan, para pendukung Hizbullah mengadakan unjuk rasa.
BACA JUGA: Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
Menurut stasiun televisi Al Manar milik Hezbollah, para pengunjuk rasa itu berupaya mengamankan kembalinya warga negara Lebanon yang sempat terdampar di Iran.
Sebelumnya, Pemerintah Lebanon mengeblok pesawat penumpang Iran mendarat di Beirut menyusul adanya ancaman dari Pasukan Pertahanan Israel atau IDF.
BACA JUGA: Drone dari Lebanon Menghantam Kediaman PM Israel Benjamin Netanyahu
Saat Letjen Aroldo dan pasukannya melintas, para pedemo langsung melempari seluruh mobil berlogo PBB. Para pedemo juga memukuli para penumpang yang berada di dalam mobil tersebut.
Lebanese Broadcasting Corporation International (LBCI) mengabarkan para penyerang menggunakan besi batangan, membakar kendaraan, dan meneriakkan "Syiah, Syiah" selama melakukan serangan itu.
BACA JUGA: Menlu Retno Tegaskan RI tak Gentar Hadapi Teror Israel di Markas UNIFIL Lebanon
Foto dan video yang beredar di media sosial memperlihatkan para pengunjuk rasa itu juga memblokir jalan dan mengibarkan bendera Hizbullah.
Ada empat orang yang menjadi sasaran serangan itu. Tiga orang berhasil kabur ke Bandara Rafik Hariri, sedangkan satu orang lagi terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
UNIFIL pun menuntut adanya pengusutan atas tindak kekerasan itu. Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam juga mengutuk serangan itu dan menyatakan dukungannya terhadap UNIFIL.
Angkatan Bersenjata Lebanon pun memperingatkan warga negeri sarat konflik itu tidak berpartisipasi dalam kerusuhan tersebut. Korps bernama Al-Jaish al-Lubnani itu menyatakan bahwa kerusuhan tersebut menimbulkan ketegangan internal yang berbahaya selama masa kritis. (jpost/jpnn)
Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Tim Redaksi