Peneliti LDII Yakin Kearifan Lokal Mampu Hadapi Krisis Pangan Dunia

Selasa, 31 Mei 2022 – 17:10 WIB
Ketahanan pangan merupakan salah satu dari delapan program kerja utama LDII sejak 2018. Foto: Dok LDII

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso mengatakan efek perang antara Rusia dan Ukraina perlahan akan mulai terasa di berbagai belahan dunia.

Hal itu terlihat dari harga makanan berbahan gandum yang menunjukkan kenaikkan di Eropa dan Timur Tengah. Kenaikan harga minyak bumi juga turut memicu inflasi di berbagai negara.

BACA JUGA: Krisis Pangan Mengancam, Pemerintah Minta Masyarakat Menerima

“Krisis pangan ini belum terlalu terasa efeknya secara signifikan di tanah air, tetapi kita harus bersiap menghadapinya,” ujar KH. Chriswanto Santoso.

Ia mengingatkan perang kali ini menjadi alarm pentingnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan.

BACA JUGA: Pulang Mabuk dan Berbuat Tak Terpuji terhadap Ibu Kandung, MJ Tewas Dibacok Sang Kakak

Walhasil, swasembada pangan bukan lagi jargon atau hanya cita-cita, tetapi jadi tujuan bangsa Indonesia.

Menurutnya, dukungan sumber daya alam dan iklim Indonesia, memungkinkan sepanjang musim untuk bercocok tanam merupakan modal yang tidak dimiliki sebagian besar negara di dunia.

BACA JUGA: Kementan Perkuat Sinergi dengan Instansi untuk Jaga Pangan Nasional

KH Chriswanto juga mengatakan pangan yang menyentuh kelangsungan hidup rakyat Indonesia, saat ini terus diimpor.

Ia mencontohkan gula, beras, jagung, hingga kedelai yang merupakan komoditas asli Indonesia, bahkan dibudidayakan jauh sebelum Indonesia ada.

“Namun kenyataannya, hari ini masih diimpor karena produksi dan konsumsi tak imbang. Tempe yang jadi lauk sehari-hari kedelainya masih impor,” tegasnya.

Menurutnya, sejak 2018, ketahanan pangan dijadikan salah satu dari delapan program kerja utama LDII.

Ia mengingatkan, persoalan pangan menjadi sangat politis karena pangan bisa jadi alat penekan bangsa lain.

"Misalnya, negara produsen menolak ekspor dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Dan itu bisa menyebabkan harga pangan global naik,” pungkasnya.

Komoditas seperti jagung dan kedelai, kerap pula diubah menjadi biodiesel. Isu bahan bakar tersebut, juga menyebabkan harga pangan dunia melambung.

BACA JUGA: Dodi Sahputra Sudah Ditangkap, Bravo, Pak Polisi

“Kami mendorong ketahanan pangan dimulai dari unit paling kecil, yakni keluarga,” ujar KH Chriswanto Santoso.(dkk/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler