Penembakan Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo Bukan soal Senior Junior, tetapi

Minggu, 17 Juli 2022 – 00:13 WIB
Rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, tempat kejadian baku tembak polisi yang menyebabkan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas. Foto: Mercurius Thomos Mone/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel berpendapat baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) lalu, bukan soal senioratau junior.

Dalam insiden mengerikan itu, Brigadir J yang bertugas sebagai sopir pribadi istri Irjen Ferdy Sambo, tewas ditembak Bharada E.

BACA JUGA: Analisis Reza soal Polisi Larang Keluarga Melihat Jenazah Brigadir J, Ada Kata Serbamengerikan

Reza pun menyoroti adanya pihak yang berpendapat bahwa "Personel berpangkat rendah tidak akan berani melawan personel berpangkat tinggi".

Asumsi itu kemungkinan muncul lantaran Bharada E merupakan juniornya Brigadir J secara kepangkatan di Polri.

BACA JUGA: Sindikat Joki SBMPTN di Surabaya Terbongkar, Omzetnya, Wow!

Reza dalam analisisnya menyebut kalimat itu mengindikasikan adanya kesadaran yang memungkinkan bekerjanya rasionalitas yang memungkinkan satu pihak menilai pihak lain dan situasi yang dia hadapi.

"Agar dapat berpikir rasional, individu membutuhkan waktu yang cukup sehingga pertimbangan (kalkulasi) berjalan dengan normal," kata Reza kepada JPNN.com, Sabtu (16/7).

BACA JUGA: Tim Khusus Batal Gelar Rapat Bahas Penembakan di Rumah Ferdy Sambo, Ada Apa?

Pria yang pernah menjadi pengajar di STIK/PTIK itu mengatakan personel polisi dilatih untuk terbiasa berpikir secara rasional.

Dengan rasionalitas yang baik, personel akan tahu persis pihak yang tengah dihadapi dan bagaimana dia secara tepat mesti bertindak-tanduk di hadapan pihak tersebut.

Menurut Reza, personel yang rasional akan tampak, misalnya, ketika dia memberikan hormat kepada personel lain yang berpangkat lebih tinggi. Berpikir secara cermat dan hati-hati itu merupakan system 2 thinking.

Persoalannya, situasi yang personel polisi hadapi tidak selalu ideal, bahkan, sesuai tuntutan situasi, tempo-tempo personel harus berhadapan dengan situasi kritis, genting, ditandai oleh pertaruhan hidup atau mati, terbunuh atau membunuh, ditembak atau menembak.

"Dalam kondisi semaut itu, rasionalitas tidak mungkin dikerahkan, bahkan justru sangat tidak tepat apabila personel yang saat itu tengah bergelut dengan bahaya ekstrem, tetap berpikir rasional," tutur Reza.

Dia mengatakan dalam kondisi seperti itu, berpikir rasional justru akan berakibat fatal bahkan mematikan.

BACA JUGA: Kematian Brigadir J Diusut Sesuai Arahan Kapolri, Fakta Akan Diungkap

Dari situ, lanjut Reza, bisa dipahami bahwa perhatian terhadap pangkat dan jabatan tidak akan berfungsi, manakala seorang personel sedang berada dalam kegentingan yang memaksanya untuk mendahulukan keselamatan dirinya di atas hal-hal lain.

"Proses berpikir instan bahkan intuitif itu diistilahkan sebagai system 1 thinking," lanjut penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia itu.

Pria asal Indragiri Hulu, Riau itu menyebut dalam situasi tembak-menembak, apalagi dengan jarak dekat, terlebih jika situasi itu sama sekali tidak diduga oleh si personel, sangat kecil kemungkinan personel tersebut akan hirau pada pangkat dan jabatan personel lain yang tengah mengarahkan senjatanya.

BACA JUGA: Soroti Darah, CCTV, dan Penembakan di Rumah Irjen Ferdy Sambo, Trimedya: Kita Semua Buta

Ketika berhadap-hadapan dengan risiko maut sedemikian rupa, katanya, by intuition personel pertama -betapa pun pangkatnya lebih rendah, akan semata-mata berfokus pada keselamatan dirinya sendiri.

Pada situasi demikian, personel itu tidak bakal hirau pada risiko disiplin organisasi, benturan antarangkatan, hukuman pidana, sanksi sosial, bahkan ancaman pemberhentian tidak dengan hormat, dan hal-hal rasional lainnya.

Jadi, ucap Reza, seorang personel berpangkat rendah dalam situasi tertentu bisa saja menunjukkan "pembangkangan" dan berani berkonfrontasi dengan anggota lain yang berpangkat lebih tinggi atau senior daripada dirinya.

BACA JUGA: Samuel Hutabarat Ungkap Kejadian 5 Januari saat Brigadir J Mau Balik ke Jakarta

"Situasi tertentu dimaksud adalah situasi yang mengharuskan si personel berpangkat lebih rendah itu untuk secara otomatis berperilaku atas dasar system 1 thinking," kata Reza Indragiri Amriel. (fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler