Penemuan 7 Mayat di Kali Bekasi, Begini Analisis Reza Indragiri

Kamis, 26 September 2024 – 14:33 WIB
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, BEKASI - Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti peristiwa yang menewaskan 7 remaja dalam pengamanan tawuran di Bekasi, Jawa Barat.

Dia menilai, dari peristiwa tersebut muncul dua permasalahan, yakni penanganan pidana dan mitigasi bencana.

BACA JUGA: Kasus 7 Mayat di Kali Bekasi, Kombes Dani Akui Ada Tembakan

"Persoalan pertama perlu dicermati dengan mengecek apakah simpulan tim patroli bahwa di hadapan mereka ada sekumpulan orang yang terindikasi kuat akan melakukan pidana benar-benar merupakan penilaian objektif atau justru merupakan false objective alias mengada-ada atau pun berlebihan," kata Reza Indragiri dalam keterangannya yang diterima JPNN.com, Kamis (26/9).

Pria berusia 49 tahun itu berpendapat, apabila penilaian tim patroli memang objektif, perlu ditakar seberapa prosedural, proporsional, dan profesional kerja tim patroli saat itu.

BACA JUGA: Soal 7 Mayat di Kali Bekasi, Habib Aboe: Korban Menceburkan Diri Atau Diceburkan?

Persoalan kedua ditelaah dengan menggali apakah tim patroli saat itu sadar atau tidak, sengaja atau tidak, telah mendorong target (kerumunan orang) ke dalam situasi kritis.

Selain itu, Reza Indragiri juga menjelaskan perlu ditelaah saat itu apakah tim patroli mengetahui bahwa target berada dalam situasi kritis, misalnya terjun ke sungai yang dalam dan berbatu.

BACA JUGA: Komisi III Tinjau Lokasi Penemuan 7 Mayat di Kali Bekasi, Ngeri!

"Apa gerangan langkah mitigasi yang tim patroli untuk mengeluarkan target dari situasi berbahaya tersebut," jelasnya.

Pria yang juga berprofesi sebagai dosen itu mengingatkan, terlepas target sesungguhnya berencana atau pun tidak berencana melakukan tindak pidana, polisi tetap harus melakukan mitigasi terhadap situasi kritis yang muncul.

"Termasuk berupaya menyelamatkan target dari risiko kematian. Itulah tahap-tahap investigasi yang menurut saya perlu dilakukan terhadap tim patroli," tuturnya.

Reza Indragiri menilai perlu juga dilakukan assessment terhadap masing-masing personel dalam tim patroli tersebut.

Terkait itu, dalam police encounter yang berujung maut, satu hal yang sering didalami adalah kemungkinan individu (personel) polisi mengalami implisit bias.

"Negara dalam situasi amat membutuhkan keamanan dan ketertiban. Bekasi acap diidentikkan sebagai wilayah rawan. Tim patroli by default dibentuk sebagai respon terhadap situasi kaos. Ketiga hal tersebut menjadi preteks bagi kewaspadaan sangat tinggi personel tim patroli sejak mereka berangkat dari markas," lanjutnya.

Selanjutnya Reza Indragiri juga menjelaskan implisit bias di TKP terpantik ketika personel bertemu sejumlah orang pada jam segitu di lokasi seperti itu.

"Serta-merta personel melompat ke simpulan bahwa sejumlah orang pada jam segitu di lokasi seperti itu pasti akan melakukan tindak pidana," tegasnya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan bias, tidak berdasarkan pada data yang memadai, maka tindakan eksesif oleh personel tim patroli sangat mungkin terjadi.

"Apa akibatnya ketima mereka mengambil tindakan eksesif?. Jelas, alih-alih membuat situasi aman terkendali, tindak-tanduk personel polisi justru membahayakan," tutup Reza Indragiri. (mcr8/jpnn)


Redaktur : Dedi Yondra
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler