Penerapan Rumah Reflektif Surya Ramah Lingkungan dan Hemat Sumber Daya

Selasa, 05 Maret 2024 – 08:30 WIB
Penerapan Rumah Reflektif Surya Ramah Lingkungan dan Hemat Sumber Daya. Foto: Tatalogam

jpnn.com, BANDUNG - Program Studi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersama BeCool Indonesia dan didukung Tatalogam Group menggelar simposium dan lokakarya internasional tentang 'Bangunan Berkelanjutan, Kota dan Komunitas (Sustainable Buildings, Cities and Communities/SBCC) 2024'.

Acara yang digelar di Hotel Pullman Bandung Grand Central pada 27-28 Februari 2024, menyediakan wadah atau platform untuk berbagi ide, penelitian dan studi tentang cara melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan dan perubahan iklim global.

BACA JUGA: Kementerian PUPR Apresiasi Inovasi Domus Fasttrack Milik Tatalogam Group

Peserta dan narasumber mancanegara yang hadir diajak melihat langsung proyek percontohan lingkungan binaan yang dibangun dengan mengedepankan prinsip bangunan, area, dan komunitas berkelanjutan di Kampung BeCool, Desa Tipar, Padalarang, Kabupaten Bandung.

Kampung BeCool merupakan lingkungan binaan yang dibangun berbasis CSR yang digagas oleh BeCool Indonesia dan Tatalogam Group. Di lokasi ini, 20 rumah gentingnya telah dicat dengan cairan BeCool yang dapat berfungsi secara signifikan untuk memperbaiki iklim mikro.

BACA JUGA: Kemenperin Apresiasi Prinsip-prinsip Industri Hijau yang Diterapkan Tatalogam

Selain itu, di lokasi yang sama, ada 3 rumah contoh yang mengaplikasikan reflektif surya. Rumah reflektif surya (Raflesia) berbasis disain pasif yang mendemonstrasikan penggunaan material bangunan rendah karbon guna mengurangi dampak urban heat island.

Hunian ini merupakan pengembangan dari produk Rumah Domus produksi PT Tatalogam Group yang bagian genting metal dan penutup dindingnya telah dilapisi cairan BeCool, sehingga mampu meredam panas dan memiliki reflektansi sinar matahari yang cukup tinggi.

BACA JUGA: Baja Ringan Inovatif dengan Bahan Berkualitas Tinggi untuk Konstruksi Lebih Baik

Material rendah karbon pada rumah ini diketahui memiliki emitansi 0,90, reflektansi surya hingga 72,1 %, serapan surya hingga 27,9 %, dan Indeks Reflektan Surya (Solar Reflectance Index/ SRI) yang sudah mencapai 88.0.

Vice President Operations Tatalogam Group Stephanus Koeswandi menerangkan, rumah ini sejak tahap desain hingga menjadi material dan bahan pendukungnya diproduksi di pabrik dengan mesin agar presisi.

"Dengan proses fabrikasi, rumah ini jadi lebih cepat dibangun dan yang terpenting lagi adalah tidak menyisakan limbah di lokasi konstruksi," ujar Stephanus, dalam keterangannya, Selasa (5/2).

Dengan pelapisan cairan BeCool pada permukaan atap dan dinding, selain dapat menyejukkan bagian dalam rumah, dampak urban heat islands akibat pantulan sinar matahari di sekitar lokasi juga bisa diminimalisir.

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, diharapkan ada standar produk baja lapis warna dengan kriteria Solar Reflector Index (SRI) yang optimum dan prototipe rumah reflektif surya yang dapat mendemonstrasikan urban heat islands sebagai salah satu wujud dari bangunan hijau dan cerdas.

"Jika dilakukan massal dan luas dapat membantu pemerintah dalam mengurangi gas rumah kaca (GRK) sebagai adaptive approach atau pendekatan adaptif dari hilir,” terang Stephanus.

Sementara itu, Founder BeCool Indonesia sekaligus peneliti dari UPI Dr. Eng. Beta Paramita mengatakan, dalam penggunaan baja ringan tantangannya adalah proses produksi yang harus menganut kepada industri berkelanjutan dengan tujuan menghasilkan baja rendah karbon.

Selain itu, baja ringan merupakan konduktor panas yang baik. Pada bangunan prefabrikasi baja ringan, radiasi matahari secara langsung tertransfer masuk ke dalam ruangan.

"Kolaborasi antara BeCool Indonesia dan Tatalogam Group pada Raflesia ini bisa menjawab tantangan tersebut,” terang Beta.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler