jpnn.com - JOHANNESBURG - Upacara penghormatan jenazah mantan Presiden Afsel Nelson Mandela menyisakan cerita unik. Ya, di saat beberapa pemimpin dunia memberikan testimoni di podium Soccer City stadium Selasa (10/12) lalu, di sebelahnya ada seorang pria yang bertugas menerjemahkan pidato dengan bahasa isyarat. Ternyata baru terungkap bahwa penerjemah bernama Thamasanqa Jantjie itu adalah orang yang mengalami gangguan jiwa.
Dia disebut-sebut mengalami skizofrenia. Karenanya saat menjermahkan dia hanya menggerak-gerakkan tangan dan badannya dengan ngawur, alias tak ada artinya.
BACA JUGA: Pemimpin Korut Eksekusi Paman Sendiri Karena Makar
Saat diwawancarai beberapa media, Jantjie mengakui dirinya memang pernah mengalami gangguan kejiwaan dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa lebih dari satu tahun. Nah, dalam acara upacara penghormatan Mandela, dirinya melihat malaikat besar yang turun di acara tersebut. Selain itu dia juga mendengar suara-suara aneh nan keras di atas kepalanya. Itu semua membuatnya kebingungan.
"Apa yang terjadi hari itu, saya melihat malaikat datang ke stadion. Saya mulai menyadari bahwa masalahnya adalah di sini (kedatangan malaikat). Kadang-kadang saya bereaksi dengan kekerasan di tempat-tempat tertentu. Bahkan, kadang-kadang saya akan melihat hal-hal yang mengejar saya, "kata Jantjie saat ditemui di rumahnya di kawasan Johannesburg.
BACA JUGA: Pendingin Rusak, Beberapa Sistem ISS Dimatikan
Kata dia, halusinasi itu datang saat dirinya mulai menerjemahkan pidato ke bahasa isyarat di atas panggung. "Tapi bagaimanapun juga saya harus tetap tenang dan tidak panik, karena banyak polisi bersenjata lengkap di sekitar saya," kata dia seperti dikutip dailymail Jumat (13/12). Belum lagi, sekitar 95 ribu lebih pasang mata pengunjung tertuju ke arah tokoh-tokoh dunia yang sedang berpidato.
Dari rekaman yang beredar, saat Presiden Amerika Barack Obama berbicara di depan podium, Jantjie yang bediri di sebelahnya tanpa batasan apapun itu hanya menggerak-gerakkan tangan dan tubunya dengan monoton dan itu-itu saja. Tentu saja itu membuat banyak orang curiga. "Saya sudah lupa apa yang telah saya lakukan," kata dia.
BACA JUGA: Seumur Hidup untuk Spion Tiongkok
Pria yang menempuh pendidikan bahasa isyarat selama satu tahun di Cape Town, Afsel itu mengatakan, hari upacara penghormatan Mandela sebenarnya adalah hari jatuh tempo dimana Jantjie harus memeriksakan kondisi kesehatannya mentalnya pada enam bulan sekali. Pemeriksaan itu untuk menentukan tentang apakah dia boleh bekerja, apakah dirinya masih membutuhkan obat dan lainnya.
Jantjie pun meminta maaf kepada semua orang atas apa yang dilakukannya kala itu. "Saya ingin memberitahu semua orang bahwa jika saya telah menyinggung siapapun, maafkan saya," kata Jantjie.
Pria yang tinggal di kawasan pemukiman orang berpenghasilan rendah di Johannesburg itu adalah karyawan di perusahaan SA Interpreters. Dimana dalam upacara Mandela, dia disewa oleh African National Congress (ANC). Di even itu, dia mengaku mendapat bayaran sekitar USD 85 atau sekitar Rp 1 juta.
Kata dia, perusahaan tempat bekerjanya tak pernah meminta dirinya untuk menyerahkan dokumen riwayat kesehatan. Tapi, sebenarnya perusahaan itu tahu bagaimana kondisi kesehatan Jantjie yang sebenarnya. Setelah kasus ini mencuat, pemilik SA Interpreters dikabarkan menghilang.
Sementara itu, Wakil Menteri Afrika Selatan urusan defabel Hendrietta Bogopane-Zulu, membantah Jantjie telah mengancam keamanan dan akan menimbulkan insiden itu memalukan bagi pemerintah. Namun dia mengakui Jantjie bukan penerjemah profesional. (dailymail/mas/esy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Abbot Bujuk Toyota Bertahan di Australia
Redaktur : Tim Redaksi