jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin menilai PKB telah berhasil menekan Joko Widodo (Jokowi). Buktinya, mantan wali kota Surakarta itu secara terbuka mengakui bahwa Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar merupakan satu dari lima kandidat cawapres yang tengah dipertimbangkannya.
Said mengistilahkan pola yang dimainkan PKB dan Cak Imin sebagai taktik penetrasi. Yaitu, mencoba menekan dengan cara menembus lingkaran 'oposisi', demi menaikkan posisi tawar PKB di hadapan Jokowi.
BACA JUGA: Harapan Bamsoet untuk Kesuksesan Jokowi Kikis Kemiskinan
"Jadi, ketika proses negosiasi dengan kubu petahana sedang berjalan, pada saat yang sama Muhaimin dan elite PKB juga melakukan pembicaraan dengan kubu SBY untuk menjajaki peluang poros ketiga, termasuk dengan kubu Prabowo Subianto," ujar Said di Jakarta, Selasa (17/7).
Dalam memainkan perannya, kata Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) itu, Cak Imin bahkan tak ragu untuk sering menyebut nama Prabowo dengan melontarkan jargon, 'Prabowo hanya bisa menang jika Muhaimin yang jadi cawapresnya'.
BACA JUGA: Ruhut Sitompul Ikut Nyaleg dari PDIP?
"Ini tentu langkah politik yang luar biasa. Karena sepertinya, bagi Jokowi jargon semacam itu menunjukan PKB tidak main-main dengan ancaman bergabung ke kubu 'oposisi', jika syarat cawapres yang diminta tidak dipenuhi," ucapnya.
Said meyakini Jokowi menangkap kesan siasat yang dimainkan Cak Imin dan PKB bukan sekadar gertak sambal semata. Apalagi pada saat bersamaan, PKB juga mengumandangkan jargon "Jokowi hanya bisa menang jika cawapresnya Cak Imin".
BACA JUGA: KH Najib Ajak Nahdiyin Perjuangkan Cak Imin Jadi Next Wapres
"Jadi, jargon itu sepertinya berhasil membuat Jokowi berpikir keras dan membuat semacam kalkulasi. Dulu, pada Pilpres 2014, Jokowi menang sekitar delapan juta suara atas Prabowo. Dalam angka delapan juta itu ada suara PKB yang meraih 11 jutaan suara di Pileg 2014," kata Said.
Artinya, lanjut dia, jika PKB keluar dari koalisi, maka suara kaum Nahdliyin yang menjadi basis suara PKB, dikhawatirkan memperkecil peluang Jokowi memimpin di periode kedua.
"Selain itu, jika syarat cawapres yang diminta PKB tidak diakomodir, maka peta koalisi Jokowi juga kemungkinan minim dukungan umat Islam. Praktis hanya akan ada PPP di sana. Itu jelas tidak menguntungkan bagi Jokowi," pungkas Said.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS: Masih Banyak yang Lebih Baik dari Jokowi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang