Pengabdian Mbah Simen 12 Tahun Jaga Perlintasan KA

Kamis, 05 Oktober 2017 – 00:56 WIB
Mbah Simen menjadi orang pertama yang menjaga perlintasan KA di Jalan Raya Wonoasri. Foto: R.Bagus Rahadi/Radar Madiun/JPNN.com

jpnn.com - MBAH Simen tak peduli sengatan sinar matahari, kepulan asap motor, dan debu jalanan. Dia terus semangat menjaga perlintasan kereta api (KA) di Jalan Raya Wonoasri, Madiun, Jatim.

Seluruh pengendara yang lewat perlintasan KA tak berpalang di jalan alternatif menuju Mejayan itu berutang jasa kepadanya.

BACA JUGA: Pengungsi Gunung Agung Seberangi Selat Lombok Gunakan Perahu

DANAR CRISTANTO, Madiun

SEMULA, Mbah Simen mengisi hari-harinya dengan bekerja serabutan di sawah atau ladang. Dia mulai tergerak bersuka rela menjaga perlintasan KA setelah menyaksikan kecelakaan hebat.

BACA JUGA: Pak Wali Kota Cerita soal Perceraian

Kecelakaan antara mobil dengan KA itu sampai menewaskan satu keluarga. ‘’Ini bentuk simpati saya,’’ tutur kakek 69 tahun itu.

Kiprah Mbah Simen menjaga jalur transportasi itu sudah berlangsung 12 tahun lamanya.

BACA JUGA: Habib Rizieq: Ada yang Mau Menghabisi Saya

Semula dia berjaga sendirian. Lambat laun muncul beberapa warga yang tergerak mengikuti jejaknya. ‘’Sama sekali tidak ada yang menyuruh,’’ ungkapnya.

Saat masih sendirian, Mbah Simen mengaku kerap kewalahan. Sampai dua rekannya, Sumali dan Sukadi, kerap membantu. Ketiganya lantas membagi tugas secara bergiliran dalam tiga sif.

Perlintasan KA tak berpalang itu paling malam dijaga sampai pukul 23.00. ‘’Saya sudah semakin tua, enggak kuat kalau harus berjaga seharian penuh,’’ sedihnya.

Dalam mengemban tugas mulia itu, Mbah Simen kerap dipandang sebelah mata. Padahal, pekerjaan itu dilakoninya semata menjaga keselamatan pengendara yang melintas.

‘’Tapi saya terus jalan karena ini sangat penting. Libur sehari saja selalu kepikiran bagaimana kalau sampai terjadi kecelakaan,’’ aku warga RT 8 RW 5, Desa Banyukambang, Kecamatan Wonoasri, itu.

Tidak banyak apresiasi yang didapatkannya. Jika sepi, paling banter hanya mendapat penghasilan sekitar Rp 50 ribu. Sementara dari PT KAI hanya memberikan rompi, atribut bendera, dan peluit.

‘’Kalau pas mau Lebaran saja dapet THR dari kecamatan,’’ pungkasnya. **(fin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Rafli Mursalim Merasa Hidupnya Terasa Sangat Hampa


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler