jpnn.com - RODER Nababan, seorang pengacara, kini harus membagi waktunya untuk persidangan dan urusan pertanian. Pria kelahiran 31 Juli 1970 itu harus mondar-mandir Jakarta-Tapanuli Utara.
Di kampungnya, Desa Paniaran, Siborong-borong, Taput, Sumut, dia membuka lahan pertanian seluas 40 hektar. Lahan itu tanah warisan yang sudah ratusan tahun dibiarkan begitu saja, tidak dikelola sebagai lahan produktif.
BACA JUGA: DP Rumah Turun, BTN Bakal Tingkatkan Upaya Mitigasi Risiko
Dari 40 hektar itu, 15 hektar diantaranya ditanami jagung. Sisanya, beragam jenis tanaman, seperti ubi jepang dan cabe.
Bukan untuk pamer, namun semata berbagi pengalaman, dia membeber keuntungan yang diraupnya. "Setiap satu hektar lahan itu bisa menghasilkan 15 juta, bersih, sudah kepotong untuk biaya pemeliharaan dan tenaga," ujar Roder memulai ceritanya kepada JPNN, kemarin.
BACA JUGA: Tawarkan Prospek Bisnis, Kota Shenzhen Ingin Gandeng Indonesia
Jadi, hitungan kasarnya, Rp 15 juta dikalikan 15, hasilnya Rp 225 juta. Karena masa tanam jagung hingga panen sekitar 4 bulan, maka rata-rata jika dihitung per bulan, keuntungan bersih Rp 56,25 juta.
"Saya juga membentuk komunitas petani jagung di sana, namanya Perhimpunan Tani Akal Sehat. Pakai kata "akal sehat" karena selama ini para warga di sana tidak menggunakan akal sehat dalam melihat lahan yang dibiarkan begitu saja. Saya selalu katakan kepada mereka, tidak ada yang namanya lahan tidur, yang ada kalian yang tidur, tidak mau mengubah lahan menjadi lahan produktif," bebernya.
BACA JUGA: Dekati Ramadan, Harga Telur Naik Terus
Dari mana ide nyambi jadi petani jagung? Dia cerita, suatu waktu bertanya ke temannya, Wakil Ketua DPRD Dairi Dahlan Sianturi. Iseng, kepada kawannya itu Roder bertanya, dapat proyek apa dari bupati. Pasalnya, selama ini sudah menjadi semacam kebiasaan, para anggota dewan nyari proyek dari bupati.
Nah, kepada Roder, Dahlan bilang bahwa dirinya tak mau cari proyek dari bupati karena itu bisa merusak fungsinya sebagai wakil rakyat, tidak bisa kritis. "Lantas saya diajak main ke kebunnya. Dengan bangga dia bilang ke saya, "ini proyek saya". Dia punya 12 hektar lahan yang ditanami jagung, jika dihitung per bulan dia untung Rp 45 juta. Kemudian saya ingin menirunya," ujar Roder, yang kerap menjadi pengacara kasus sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Selain masalah keuntungan berupa uang, Roder mengaku dirinya juga merasa tenang saat berada di kebun. "Bahkan saya terbiasa menyusun gugatan klien di kebun, bisa lebih cepat selesai, setengah hari selesai. Kalau saya kerjakan di Jakarta, sehari baru selesai," ucapnya, sembari mengatakan, dalam sebulan dia dua pekan di Jakarta, dua pekan pulang kampung mengurusi jagung. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Siti Siap Moratorium Izin Baru untuk Perusahaan Batubara
Redaktur : Tim Redaksi