Pengadopsian Kendaraan Listrik di Indonesia Dinilai Masih Lambat Ketimbang Pasar Global

Rabu, 18 Oktober 2023 – 21:41 WIB
Ilustrasi pengisian daya untuk kendaraan listrik. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga riset PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia melaporkan perihal pengadopsian kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

PwC dalam survei bertema Indonesia Electric Vehicle Consumer Survey 2023, menyebut pengadopsian kendaraan listrik di Indonesia masih lambat dibandingkan di pasar global.

BACA JUGA: Ingin Kendaraan Listrik Tanpa Beli, Pakai Aplikasi EMove

Lambatnya pengadopsian kendaraan listrik itu terjadi karena beberapa sebab, seperti masih adanya kekhawatiran mengenai ketersediaan stasiun pengisian daya, hingga pemeliharaan yang mahal dalam jangka panjang.

Dari hasil survei PwC, responden merasa khawatir terhadap ketersediaan stasiun pengisian untuk kendaraan listrik, baik untuk mobil (63 persen) maupun sepeda motor (52 persen).

BACA JUGA: Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik, Bukopin Salurkan Kredit Hijau ke INVI 

Kekhawatiran responden lainnya ialah ketersediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik di daerah terpencil, di mana untuk mobil 54 persen dan sepeda motor 47 persen.

Hal itu menunjukkan perlunya infrastruktur pengisian daya yang merata untuk memenuhi kekhawatiran konsumen.

BACA JUGA: Korlantas Polri Turunkan Kendaraan Listrik untuk Mengamankan KTT AIS 2023

"Oleh karena itu, para pemimpin industri dan pembuat kebijakan sedang mempersiapkan masa depan di mana kendaraan ramah lingkungan dapat memainkan peran utama di pasar," kata PwC Indonesia Automotive Leader Hendra Lie, dalam keterangannya, Rabu.

Walaupun daya tarik EV makin besar, menurut PwC, kekhawatiran konsumen dapat memengaruhi tingkat adopsi EV secara signifikan.

Kekhawatiran itu termasuk soal biaya pemeliharaan yang mungkin menjadi mahal dalam jangka panjang.

Sebanyak 87 persen responden paling khawatir terhadap biaya penggantian baterai, 83 persen mengkhawatirkan harga suku cadang, 66 persen khawatir terhadap pengeluaran tak terduga, dan 59 persen mengkhawatirkan biaya perawatan rutin.

PwC juga menggarisbawahi bahwa kesadaran konsumen Indonesia terhadap kendaraan listrik juga makin baik, sehingga diprediksi akan terjadi peningkatan permintaan kendaraan listrik ke depan.

Sebagian besar responden berpendapat bahwa EV adalah kendaraan masa depan.

Mesin yang lebih senyap (85 persen), teknologi inovatif (76 persen), dan aspek menarik yang belum pernah ada sebelumnya (82 persen), adalah tiga fitur utama EV yang tidak dapat ditiru di kendaraan berbahan bakar fosil.

Baterai solid-state sedang dikembangkan untuk memberi konsumen jangkauan berkendara yang lebih jauh, waktu pengisian ulang yang lebih cepat, dan peningkatan keselamatan, serta inovasi dalam pengisian daya nirkabel untuk meningkatkan fleksibilitas dan berkendara otonom.

Kemajuan mutakhir itu terutama dalam teknologi baterai dan efisiensi secara keseluruhan, dapat mengurangi biaya perawatan dan memperpanjang umur kendaraan. (rdo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Permudah Izin Mendirikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum


Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler