jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan kondisi perekonomian terkini.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014 rata-rata berada di bawah potensinya.
BACA JUGA: Ini Alasan Sri Mulyani Menaikkan Batas Bawah Pertumbuhan Ekonomi
“Selama ini sasaran pertumbuhan ekonomi jangka menengah sulit tercapai karena ekonomi Indonesia tumbuh di bawah pertumbuhan potensialnya,” kata Kepala Bappenas Suharso saat Bincang Santai dengan Media di Jakarta, Kamis (2/9).
Suharso mengatakan rata-rata pertumbuhan ekonomi setelah krisis finansial Asia lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
BACA JUGA: Pengakuan Sri Mulyani soal Pertumbuhan Ekonomi 2022, Ngeri-ngeri Sedap
"Dalam beberapa tahun terakhir cenderung stagnan pada kisaran lima persen per tahun," kata dia.
Suharso dalam paparannya membeberkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebelum krisis 1998 sebesar 7,1 persen per tahun.
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Bukti Kualitas Kinerja Menko Airlangga
Kemudian pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJMN) 2005-2009, rata-rata pertumbuhan sebesar 5,7 persen per tahun.
Lalu pada RPJMN 2010-2014 sebanyak 5,8 persen per tahun dan pada RPJMN 2015-2019 turun menjadi 5,0 persen per tahun.
Suharso pun memperkirakan pasca-Covid-19 pertumbuhan ekonomi potensial berada di bawah 5 persen jika tidak ada upaya ekstra.
"Selain itu, kesenjangan pendapatan per kapita juga semakin melebar jika ekonomi tidak tumbuh tinggi," ungkap Suharso.
Dia menuturkan pendapatan per kapita Indonesia juga berpotensi disalip FIlipina pada 2037 dan oleh Vietnam pada 2043.
Begitu juga dengan tingkat produktivitas yang akan terus menurun dan terendah di kawasan Asia.
Oleh karena itu, pada 2022 perlu dilakukan intervensi kebijakan melalui upaya ekstra.
Kebijakan dibidik agar pada 2045 Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi atau high income country.
Oleh karena itu, menurut dia, 2022 merupakan tahun penting untuk pemulihan ekonomi dan perlu memberikan optimisme yang realistis pada publik.
“Pemulihan perekonomian belum optimal karena masih fokus pada penanganan pandemi, sehingga masih terdapat recovery gap yang lebar,” ujarnya.
Bappenas memperkirakan dengan intervensi kebijakan yang tepat, pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia sepanjang 2022-2045 diperkirakan sebesar 6,3 persen.
Pada Rencana Kerja Pemerintah 2022, Bappenas juga telah merencanakan pelaksanaan berbagai major project yang diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan lainnya. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui India, Korsel dan Jepang
Redaktur & Reporter : Elvi Robia