Pengakuan Muncikari dan PSK Dolly yang Nekat Masih Beroperasi

Rabu, 26 Agustus 2015 – 07:19 WIB
Tiga PSK dan satu muncikari yang nekat bekerja di Dolly. FOTO: Radar Surabaya

jpnn.com - SALAH satu muncikari di Dolly, Surabaya yang masih beroperasi dan dibekuk Polrestabes Surabaya Sugianto pada Senin (24/8) mengaku bahwa pekerjaan sebagai muncikari dilakoninya sejak enam bulan lalu. 

Menurut dia, menjadi muncikari sangat menguntungkan karena dia dapat memperoleh separo dari harga yang disepakati pelanggan untuk jasa prostitusi yang akan diberikan. 

BACA JUGA: Punya Tiga Kamar Kos, Uang Sewa Rp 45 Juta, Eh...Masih Maling Mobil

”Saya biasanya pasang tarif untuk anak buah (PSK, Red) Rp 200–300 ribu. Nah, keuntungan tersebut kami bagi dua. Masing-masing mendapat 50 persen,” jelasnya. 

Contohnya, jika pembeli sepakat dengan harga Rp 300 ribu sekali servis, Sugianto mendapat bagian Rp 150 ribu. Sisanya yang Rp 150 ribu adalah milik PSK-nya. 

BACA JUGA: Tinggal Pilih PSK Dolly yang Montok, Kecil, Langsing, Hitam atau Putih

Namun, kata dia, uang bagiannya tersebut masih dipotong Rp 50 ribu lagi untuk bayar sewa kamar. Meski demikian, tak jarang biaya sewa kamar sudah dibayar oleh pelanggan. 

”Kalau (sewa kamar) sudah dibayar oleh pelanggan, harganya bisa turun. Kalau harga wanitanya biasanya Rp 300 ribu, pelanggan cukup bayar Rp 250. Sebab, kamarnya nanti dibayar sendiri oleh pelanggan,” jelasnya. 

BACA JUGA: Satu Eks Wisma di Dolly Masih Sediakan Tiga PSK, Lihat Seperti Ini Bodinya!

Sugianto menuturkan kini ”membina” lima PSK. Mereka bukan warga asli Surabaya, melainkan dari luar kota, seperti Madiun, Pekalongan, dan Blitar. 

Jam operasinya beragam, mulai sore hingga malam. 

”Setiap hari pasti saya dapat pelanggan meski tidak sebanyak dulu. Sekarang tiap hari minimal saya dapat satu orang. Tapi, kadang juga sepi karena pelanggan takut kena razia,” katanya.

Sugianto mengungkapkan bahwa di eks-lokalisasi Dolly masih banyak orang yang berprofesi seperti dirinya. Termasuk PSK. Hanya, mereka biasanya menyamar. 

Karena itu, jika ada razia petugas, mereka biasanya berpura-pura jalan kaki atau duduk-duduk saja di warung kopi seperti warga setempat. 

Sementara itu, menurut Anggi, PSK asal Madiun, selain melayani tamu di Surabaya, dirinya bekerja di salon kecantikan. Namun, penghasilan di salon tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan anaknya di desa. 

Meski demikian, dia tidak sering dihubungi oleh Sugianto kalau ada pelanggan. Sebab, pesanan para pelanggan bervariasi. 

”Salon sepi, panggilan kadang hanya sepekan sekali. Itu pun tidak pasti ada. Dulu hampir setiap hari. Saya melayani tamu empat sampai lima orang,” jelasnya. 

Kini tiga PSK dan tiga mucikari tersebut diamankan di Polrestabes Surabaya bersama barang bukti uang Rp 150 ribu hasil transaksi dengan pelanggan. (yua/c1/jay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dor! Karir Dua Bersaudara Berakhir (Semoga untuk Selamanya)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler