Pengakuan Para Pemeran Gigolo di Film Cowboys in Paradise

Kami Bukan Ayam, Kami Hanya Anak Pantai

Jumat, 30 April 2010 – 08:22 WIB
HEBOH- salah satu skuel film dokumenter berjudul Cowboys in Paradise.
FILM  Cowboys in Paradise menghebohkan dunia pariwisata BaliKebanyakan mengecam keras film yang seolah-olah mempromosikan para gigolo di Pantai Kuta itu

BACA JUGA: Kami Bukan Ayam, Kami Hanya Anak Pantai

"Para bintang"-nya pun bermaksud menggugat si pembuat film pendek tersebut

 
CANDRA GUPTA, Kuta
 
HEBOH itu terjadi begitu film Cowboys in Paradise tersebut muncul di YouTube dan bisa diunduh para pengguna internet di seluruh dunia

BACA JUGA: Jadi Caleg Kalah, Terbelit Utang, Paksa Istri Melacur

Tak pelak, dalam sekejap, film berdurasi 2 menit 33 detik itu langsung ramai jadi gunjingan dan pemberitaan media massa
Para pejabat terkait, tak terkecuali Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, seperti kebakaran jenggot ketika menyikapi beredarnya film bikinan Amit Virmani, pelancong asal Singapura, itu

BACA JUGA: RPA di Tangerang, Penampung Bayi Hasil Hubungan Gelap TKI



Polisi pun siap mengusut kasus tersebut dan akan memidanakan orang-orang yang terlibat di dalamnyaPembuatan film itu dinilai melanggar aturan karena tidak mengantongi izin dari instansi terkait di BaliSelain itu, pembuatnya juga dianggap telah menyalahi visa kunjungan yang dimilikinya.

"Bila melakukan kegiatan pembuatan film di Bali, tentu dia  harus punya visa untuk ituSedangkan dia hanya memiliki visa kunjunganItu jelas melanggar," kata Kabidhumas Polda Bali Kombespol Gede Sugianyar (Jawa Pos, 29/4).

Bukan hanya gubernur dan aparat kepolisian Bali, yang gusar terhadap beredarnya film gigolo tersebutPara beach boy yang terekam dalam film itu dan kemudian dicap sebagai "gigolo" juga merasa ditipu oleh si AmitMereka shock dan tidak mengira film itu akan "mengerjai" mereka

"Kalau tahu begini jadinya, dulu saya tidak mau diambil gambarnya oleh si Amit," ujar Warno alias Arnold, anak pantai Kuta yang wajah lugunya nampang di film tersebut.

Kepada para pemeran, Amit mengatakan bahwa film yang dibuatnya sebatas film dokumenter pribadiKarena itulah, para anak pantai yang pekerjaannya sebagai pengajar surfing dan menyewakan papan selancar itu tidak keberatan ketika Amit mengambil gambar mereka di pinggir Pantai KutaApalagi mereka sudah mengenal Amit

"Sebenarnya, saya sudah tidak mau diambil gambarnyaTapi, Amit bilang film itu hanya untuk koleksi pribadiBiasa, wisatawan kalau di Kuta kan sering foto-foto atau ngrekam pakai kamera," papar anak pantai asal Banyuwangi itu kepada Radar Bali (Jawa Pos Group) Rabu sore (28/4).

Layaknya wisatawan asing pada umumnya, Amit sering nongkrong di warung belakang lokasi penyewaan papan surfing tempat  Arnold bekerjaDi mata para beach boy, Amit termasuk turis yang ramahMereka pun cepat akrab.  Apalagi Amit sering mentraktir Arnold dan kawan-kawan minum kopi dan lainnya

Karena itu, Arnold tidak menyangka bahwa Amit mempunyai tujuan lain dengan modus pengambilan gambar dirinya tersebut.  "Seumur-umur, inilah pengalaman buruk sayaSaya disebut gigolo dalam film itu," tuturnya dengan nada dongkol

Pria 29 tahun yang sudah lima tahun tinggal di Bali itu mengakui bahwa setelah pengambilan gambar tersebut, dirinya diberi uang Rp 50 ribu"Kata Amit untuk beli makan," papar Arnold yang tampil pada adegan awal dan mengucapkan kalimat: I think I know you

Suami wanita bule asal Kanada tersebut berharap agar polisi bisa menemukan Amit dan mendatangkannya di BaliDia ingin mendengar klarifikasi langsung dari sang sutradara ituPasalnya, orang tua dan saudaranya di Banyuwangi terus menanyakan kebenaran film itu

"Di televisi saya malah ditulis sebagai pelakuSaya ini korban, dibohongi AmitKorbannya banyak, sampai ke Candidasa dan Ubud," tutur dia.

Arnold mencontohkan seorang warga Ubud yang diwawancarai seputar HIV/AIDSItu juga direkayasa seolah-olah menjadi gigolo di Pantai Kuta"Kurang ajar benar si Amit," katanya, geram.

Arnold menceritakan, bila dirinya menjadi gigolo, tidak mungkin hidupnya tetap seperti kere seperti saat iniDia pasti sudah memiliki rumah, mobil, dan lainnyaKenyataannya, meski beristri bule, Arnold masih mengontrak rumah di bilangan Jimbaran, BadungPenghasilannya sebagai pengajar surfing dan menyewakan papan selancar tidak seberapa

"Saya usaha dari nolBahkan,  awalnya saya nebeng tinggal di rumah teman," tandas Arnold yang berniat menggugat Amit.

Sementara itu, Argo, pemeran lain dalam film tersebut, sudah berusaha mengontak Amit begitu film yang menampilkan pemandangan di pinggir Pantai Kuta itu jadi pergunjinganPria berkulit hitam legam tersebut juga penasaran dan jengkel terhadap ulah Amit

Tetapi, hingga kemarin, usahanya itu belum berhasilSelain HP-nya tidak diaktifkan, Amit juga belum mau menjawab e-mail yang dikirimkan Argo csBelum diketahui secara pasti posisi Amit saat iniTetapi, sangat mungkin dia sudah berada di kampung halamannya, Singapura. 

"Orang ini (Amit) bikin nama kami jelek ajaKami sangat marah," ujar Argo yang di film itu  terlihat dalam banyak adegan, baik saat main surfing maupun aktivitas di pinggir pantai.

Fendy yang dalam film itu sedang dipijat wanita asing juga membantah bahwa dirinya berprofesi sebagai pemuas nafsu berahiSaat itu, si turis wanita tersebut tengah mempraktikkan cara memijat ala Thailand"Semua adegan itu bullshit," katanya, singkat.

Joko, 40, pelatih surfing freelance,  menilai pembuatan film itu telah menipu anak-anak pantaiSebab, kata pria asal Jember tersebut, bila anak-anak pantai itu berprofesi sebagai gigolo, tidak mungkin hidupnya miskin.

"Kalau benar kami ini gigolo, pasti sudah kayaLihat sendiri, kami masih miskin-miskin," ujarnya.

Lantas, Joko merinci pendapatannya sebagai pelatih surfingUntuk seorang murid, dia hanya mendapatkan Rp 30 ribu per dua jamPemilik surfing Rp 70 ribuItu pun belum tentu setiap hari ada yang menyewa tenaganya untuk melatih berselancar.

"Orang tidak bertanggung jawab itu (Amit) yang membuat semua jadi kacauAnak pantai di sini stres semua karena ulah Amit itu," ucapnya.

Memang, begitu film Cowboys in Paradise itu jadi perbincangan, Pantai Kuta langsung ditertibkanAnak-anak pantai yang umumnya bekerja sebagai pelatih surfing dan menyewakan papan selancar digiring untuk didataMereka jadi resah.

Joko mengakui ada anak pantai yang berpacaran dengan wanita buleTapi, itu tidak berarti mereka berprofesi sebagai gigolo"Kami ini bukan ayam," selorohnya.

Sementara itu, Janet, turis wanita asal New Zealand, mengatakan bahwa para pelatih selancar di Kuta sangat santunTidak pernah terdengar kata nakal dari mulut mereka"Selama saya berlatih surfing di sini,  tidak pernah ada kata ajakan seperti itu," tuturnya.

Made "sebut saja begitu" pria asal Tabanan yang lama menjadi anak pantai di Kuta memberikan perspektif lain tentang gigoloMenurut dia, warga lokal yang berpacaran dengan wanita bule tidak suka disebut gigoloMemang tujuan mereka bukan mencari uang untuk kekayaan"Lebih tepatnya, just for funSetahu saya, sampai sekarang begitu, petualangan lelaki lah," sebutnya.

Made menuturkan, pada 1970-an pernah ada era flower generation di Kuta dan UbudMereka diduga berpraktik sebagai gigoloNamun, semua kembali ke iktikad orang itu, untuk profesi atau  hanya senang-senang

"Tapi, sekarang banyak anak pantai dari luar datang ke KutaTujuan mereka, ke arah jadi gigoloSebab, di Kuta peluang itu ada," jelasnya

Peluang yang dimaksud adalah di antara pelancong yang datang, selain berlibur, ada juga yang pelesir untuk memuaskan petualangan seksual merekaDan, itu sulit dideteksi"Memang, yang terlihat dekil disukai orang asingItu sensual," imbuhnya(*/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Ingin Ceraikan Ketiga Istri, Bermaksud Pensiun Dini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler