Pengakuan Si Ayah yang Tega Gorok Putrinya, Sadis Banget!

Soal Pembunuhan Sadis di Tapanuli Tengah

Sabtu, 30 September 2017 – 17:53 WIB
Pelaku (berbaju kuning) berhasil ditangkap sekaligus mengungkapkan misteri pembunuhan putrinya. Foto : New Tapanuli/JPG

jpnn.com, TAPTENG - Polres Tapanuli Tengah (Tapteng) telah menangkap Antonius Bete, ayah yang tega menghabisi nyawa putrinya, Safrida Batee, 22, pada April 2017.

Dia ditangkap di rumahnya di puncak bukit Danau Pandan, Kamis (28/9) pukul 14.30 WIB. Tepatnya di Dusun Aek Lobu, Desa Danau Pandan, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapteng, Sumut.

BACA JUGA: Ayah Gorok Leher Putrinya Lalu Dikubur di Samping Rumah

Polisi harus menempuh perjalanan naik turun bukit selama 4 jam agar tiba di rumah pelaku.

“Pelaku ditangkap tanpa perlawanan,” ujarnya Paur Subbag Humas Polres Tapteng Aiptu Hasanuddin Hasibuan seperti dilansir pojoksatu hari ini.

BACA JUGA: Motif Pembantaian Pasutri di Tapsel Ternyata Cinta Segitiga

Pelaku adalah petani nilam, dan menjadi satu-satunya sumber penghasilan bagi keluarga tersebut. Sedangkan istri pelaku, sudah lama tiada.

Kepala polisi, pelaku mengaku bahwa pembunuhan sadis itu terjadi karena korban menolak diajak ayahnya memanen daun nilam.

BACA JUGA: Ribut dengan Ponakan, Jleb, Paman Tewas Mandi Darah

Awalnya korban baru pulang jalan-jalan, Senin (17/4). Sampai di rumah, Antonius bertanya pada putrinya dari mana saja dia. Korban menjawab dia baru pulang jalan-jalan.

Kemudian, Antonius mengajak putrinya ke kebun untuk mengambil daun nilam. Namun korban menolak.

“Malas aku, Pak. Jangan paksa aku,” ujar korban seperti yang ditirukan Antonius kepada polisi.

Ayah Gorok Leher Putrinya Lalu Dikubur di Samping Rumah

“Kalau kau tidak mau, kugorok nanti lehermu,” ujar pelaku membalas perkataan putrinya.

Namun korban menjawab, “Bunuhlah, kalau berani”.

Dan, tak berapa lama usai percakapan itu, Antonius mendatangi kamar putrinya dengan membawa sebilah pisau lalu menggorok leher korban.

Hingga esok harinya, Selasa (18/4) sekira pukul 06.00 WIB, Antonius menyuruh anaknya, RB, yang masih berumur 14 tahun, untuk mengangkat jasad korban untuk dikuburkan di samping rumah mereka.

Namun RB mengatakan tidak mampu mengangkat jasad kakaknya dengan alasan terlalu berat.

Dan akhirnya Antonius yang mengangkat jasad putrinya itu dengan cara dipundak.

“Selanjutnya pelaku mengubur korban di samping kanan rumahnya. Jaraknya sekitar seratus meter,” ujar Aiptu Hasanuddin Hasibuan.

Takut dibunuh ayahnya, akhirnya tiga minggu kemudian sejak peristiwa itu, RB merantau ke Pulau Nias.

Sementara, dua adik RB yang masih berumur 13 tahun dan 6 tahun, tetap tinggal bersama ayahnya di rumah mereka.(dh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasutri Dibantai di Tapsel, Suami Tewas, Istri Kritis


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler