Pengamat Apresiasi Menteri ESDM Bahlil Konsisten Menggenjot Hilirisasi Tambang Lewat Pembangunan Smelter

Selasa, 15 Oktober 2024 – 18:07 WIB
Bahlil Lahadalia. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengapresiasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang konsisten menggenjot hilirisasi tambang melalui pembangunan smelter.

Menurut Fahmy, pembangunan lebih dari 108 smelter di Indonesia mempercepat proses hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

BACA JUGA: Sidang Kasus Korupsi Timah, eks Direksi Sebut Operasional Smelternya Lebih Mahal

“Menurut saya, itu cukup bagus karena memang dibutuhkan smelter untuk tambang. Kita memiliki banyak sumber tambang, bukan hanya nikel yang saat ini sedang dikembangkan,” ungkap Fahmy, Selasa (15/10/2024).

Fahmy menambahkan baru di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kebijakan pengolahan hasil tambang di dalam negeri dapat dijalankan secara konkret.

BACA JUGA: Bos Smelter Ungkap Fakta Soal Kerja Sama dengan PT Timah Hingga Setoran CSR

Oleh karena itu, Fahmy juga mendorong pembangunan smelter tidak hanya terbatas pada tambang nikel, tetapi juga untuk hasil tambang lainnya, sebagaimana diamanatkan undang-undang.

“Nah, tambang-tambang yang lain itu sesungguhnya menurut undang-undang harus dimurnikan dan diolah di dalam negeri melalui smelter. Baru sekarang jadi, Saya apresiasi itu akan memperlancar proses hilirisasi dari hasil tambang itu satu,” ujar Fahmy.

Fahmy juga bersyukur para investor smelter sebagian besar berasal dari kalangan pengusaha lokal sehingga tidak lagi didominasi oleh investor asing.

Dengan demikian, kata dia, akan tercipta keseimbangan dalam penentuan mekanisme harga pasar.

“Kemudian yang kedua dengan dibangunnya smelter tadi yang sebagian besar dari investor dalam negeri, saya kira ini juga cukup bagus untuk mengurangi dominasi dari smelter asing China khususnya,” ujar Fahmy.

Dia menilai banyaknya pilihan akan tercipta keseimbangan mekanisme pasar dalam menentukan harga misalnya itu positifnya.

Lebih lanjut, Fahmy meminta peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berhenti hanya pada pembangunan smelter atau hilirisasi, tetapi juga perlu dibentuk ekosistem industri hilirisasi yang menghasilkan produk jadi untuk diekspor.

Menurut Fahmy, hal tersebut akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi Indonesia.

“Hanya membangun smelter saja tidak cukup. Misalnya, hilirisasi nikel mentah yang diolah di smelter menjadi produk pertama atau kedua untuk diekspor, nilai tambahnya masih rendah. Yang harus dilakukan adalah membangun smelter sebagai tahap awal, kemudian mendorong terbentuknya ekosistem industri yang mengolah bahan dari hulu sampai hilir,” paparnya.

Fahmy mencontohkan terbentuknya ekosistem industri hilirisasi dapat mendorong Indonesia menciptakan mobil listrik nasional.

“Misalnya nikel dari biji nikel sampai ke mobil listrik misalnya nah kalau itu terbentuk dengan baik dan saling terkait maka itu akan menampilkan tidak hanya nilai tambah tetapi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat besar,” urainya.

“Saya kira yang dilakukan Bahlil selaku menteri ESDM itu mendorong tadi terbentuknya ekosistem dari sejumlah industri yang saling terkait, jadi misalnya smelter itu bahan bakunya adalah biji nikel kemudian dirubah menjadi bahan baku stainless misalnya atau misalnya jadi bahan baku mobil listrik atau kemudian baterai misalnya,” imbuh Fahmy.

Lebih jauh, Fahmy menegaskan bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, pertumbuhan ekonomi harus didorong oleh sektor industri, tidak lagi bertumpu pada konsumsi rumah tangga.

“Pertumbuhan ekonomi di masa depan tidak boleh lagi didominasi oleh konsumsi rumah tangga seperti sekarang ini, melainkan oleh industri. Itu adalah syarat untuk menjadi negara maju,” tutupnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi upaya Kementerian ESDM yang berhasil mendorong pembangunan lebih dari 108 smelter di Indonesia.

Hal ini dianggap sebagai hasil kerja keras yang konsisten dalam mengharuskan perusahaan-perusahaan besar membangun industri pengolahan di dalam negeri.

“Saya mengapresiasi Kementerian ESDM yang telah berhasil mendorong pembangunan lebih dari 108 smelter di Indonesia,” ungkap Presiden Jokowi.

Menurutnya, Kementerian ESDM harus terus melanjutkan program hilirisasi, karena program ini menunjang nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

“Hilirisasi di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah strategi utama untuk meningkatkan nilai tambah,” tegas Fahmy.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler