jpnn.com - JAKARTA--Aksi Superdamai 212 di kawasan Monas bukan merupakan akhir dari tuntutan masyarakat untuk mendapatkan keadilan.
Pengamat politik yang juga Ketua Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi, memprediksi, jika setelah aksi 212 ternyata Basuki Tjahaja Purnama tidak juga ditahan, maka gejolak politik tetap akan muncul.
BACA JUGA: Yusril: Yang Dilakukan Pak Dahlan Sudah Sesuai Prosedur
"Hanya panggilan hati yang bisa mendorong jutaan umat ikut 212 dan dipimpin oleh ulama. Bila aksi yang menuntut Ahok dipenjara karena dinilai menistakan Alquran tidak berhasil, umat tidak akan percaya lagi kepada pemerintah," beber Muchtar, Minggu (4/12).
Jika muncul kekecewaan massal, lanjutnya, maka bisa timbul gejolak di berbagai daerah.
BACA JUGA: Polisi Tak Bertindak Terkait Banyaknya Atribut Partai di CFD
Penggeraknya adalah golongan yang merasa tidak puas dengan pemerintahan saat ini lantaran kehidupan ekonominya makin sulit.
Belum lagi dengan keberadaan warga negara asing (WNA) asal Tiongkok yang mulai menguasai lapangan pekerjaan di sejumlah daerah.
BACA JUGA: Pak Gubernur, Dengarlah Keluhan Inisiator Car Free Day Ini
"Masyarakat akan marah karena pekerjaan yang harusnya untuk mereka kini diambil alih warga Tiongkok. Ironisnya, warga pribumi dibayar murah, Tiongkok mahal," tuturnya.
Muchtar mengingatkan, potensi gerakan-gerakan massa justru akan terjadi di daerah.
Jika tidak disikapi secara hati-hati, demo di daerah bisa memicu kerusuhan. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PNS Harus Netral, Jangan Ditarik ke Pusaran Politik
Redaktur : Tim Redaksi