Pengamat: Masa Depan Tak Bisa Diprediksi, Jangan Bikin Kurikulum Tetap

Selasa, 07 Juli 2020 – 20:05 WIB
Pengamat dan Praktisi Pendidikan Muhammad Nur Rizal saat webinar Blended Learning. Foto: tangkapan layar/mesya

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan Praktisi Pendidikan Muhammad Nur Rizal menyarankan pemerintah tidak membuat kurikulum pendidikan yang tetap.

Menurutnya, kurikulum harus dibuat fleksibel dan dinamis karena gambaran masa depan 10-20 tahun ke depan belum jelas.

BACA JUGA: Nadiem Makarim Punya Wewenang Penuh Mengubah Kurikulum Pendidikan

"Dulu masa depan digambarkan masuk sekolah favorit, lulus dengan nilai terbaik kemudian masuk perguruan tinggi ternama, dapat IP 4.00, pasti dapat pekerjaan yang bagus dan digaji tinggi. Itu gambaran 20-30 tahun lalu," kata Nur Rizal dalam webinar dengan topik blended learning menuju tatanan baru pendidikan Indonesia, Selasa (7/7).

"Namun, 10-20 tahun nanti, masa depan seperti apa kita tidak tahu," imbuhnya.

BACA JUGA: Sahroni: Kurikulum Pendidikan Harus Selaras Perkembangan Zaman

Bahkan, pekerjaan-pekerjaan yang dianggap luar biasa mewah akan hilang 10-20 ke depan.

Itu sebabnya strategi pendidikan harus dibuat kurikulum yang fleksibel sehingga guru dan murid belajar dengan metode berbeda-beda.

BACA JUGA: Kurikulum Pendidikan tak Sesuai Jenis Pekerjaan Baru

Bisa lewat online learning, belajar dari alam, industri, atau metode lainnya.

"Flexible learning ini adalah ruh dari pendidikan di era tatanan baru," ujar dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini.

Contoh flexible learning ini adalah perubahan metode belajar. Dahulu, anak-anak ke sekolah belajar pengetahuan, guru kemudian memberikan tugas dan dikerjakan di rumah. Ke depan, siswa datang ke sekolah untuk mengerjakan tugas sedangkan belajar pengetahuan di rumah.

"Inilah yang disebut konsep flipped learning yaitu materi dipelajari di rumah, sementara di kelas dapat berlangsung pengerjaan tugas/project, diskusi dengan guru maupun melatih skill," terangnya.

Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini menambahkan, konsep flipped learning harus dikenalkan kepada guru dan siswa.

Sebab, pemenang masa depan adalah orang-orang adaptif, yang bisa beradaptasi dengan ketidakpastian. Bukan yang paling kuat atau terfavorit. Selain itu daerah minim akses dapat mengadopsi konsep flipped learning misalnya dengan metode guru kunjung.

"Sistem pendidikan di Indonesia seharusnya yang bisa memfasilitasi perubahan karena yang konstan adalah perubahan. Oleh karena itu strategi pembelajaran perlu adaptif," ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan, konsep flipped learning juga bisa dilaksanakan dengan metode blended learning yang menggabungkan tatap muka dan belajar online. Metode blended learning memberikan fleksibilitas bagi anak untuk mencari potensinya sendiri dalam belajar.

"Yang utama buat target belajar agar mencapai tujuan utamanya sama. Jadi misalnya dalam kelas ada 30 anak. Mereka tujuan sama, tugas sama, kualitas yang sama tetapi dengan cara yang berbeda," terangnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler