Pengamat Prediksi Presiden Jokowi Reshuffle Kabinet Tahun Depan

Kamis, 31 Oktober 2019 – 00:05 WIB
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari lembaga CSIS Arya Fernandez memprediksi reshuffle Kabinet Indonesia Maju kemungkinan terjadi di tahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi – Wapres Ma’ruf Amin.

Ia menjelaskan pada periode pertama pemerintahannya (2014-2019), Jokowi melakukan tiga kali reshuffle. Pertama, 2015 saat Partai Golkar masuk ke dalam pemerintahan, kemudian reshuffle juga dilakukan pada 2016 dan 2018.

BACA JUGA: Ingat ya, Periode I Jokowi, Belum Setahun 5 Menteri Kena Reshuffle

"Jadi, tiga kali seingat saya," tegas Arya dalam diskusi "Kabinet Indonesia Maju dan PR Bangsa" di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (30/10).

Dia memprediksi reshuffle akan terjadi karena presiden sebetulnya tidak happy dengan kabinet yang dirancangnya sekarang ini. "Kenapa seperti itu, karena presiden berada dalam posisi di mana dia harus mengakomodasi banyak kepentingan partai," ujar Arya.

BACA JUGA: Melawan Jokowi? Prabowo Subianto Bisa Kena Reshuffle

Selain itu, kata Arya, the dream team yang diinginkan Jokowi terkendala karena presiden harus melakukan akomodasi yang sangat besar ke partai-partai. Tidak hanya ke pendukung pemerintah tetapi juga kepada partai-partai yang menjadi rivalnya.

"Belum lagi akomodasi kepada partai-partai nonparlemen. Jadi the dream team kabinet itu menjadi sulit dilaksanakan karena ada akomodasi yang berlebihan," ungkapnya.

BACA JUGA: Hendri: Kabinet Jokowi Terkesan Coba-Coba

Ia mengatakan presiden tidak sepenuhnya membentuk kabinet yang ideal karena harus menerima masukan dari partai terkait nama-nama yang diajukan.

Arya menambahkan reshuffle juga mungkin terjadi karena presiden ingin memaksimalkan tantangan-tantangan kabinetnya di periode pertama.

"Sehingga tantangan-tantangan pembentukan kabinet sudah selesai dengan presiden mengakomodasi semua kepentingan. Di tahun kedua dia akan benahi betul soal kabinet," katanya.

Karena itu, ia menegaskan, reshuffle juga mungkin terjadi karena kepentingan melakukan evaluasi. Menurut dia, dibutuhkan satu lembaga kepresidenan yang kuat sehingga bisa memberikan masukan kepada presiden.

"Sehingga evaluasi presiden terkait kabinet ini menjadi terukur," ujar Arya. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler