Pengamat Sebut Indonesia Perlu Banyak Investasi Global untuk Transisi Energi

Senin, 05 Juni 2023 – 09:46 WIB
Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan Indonesia masih sangat memerlukan investasi global untuk mempercepat transisi energi. Foto: Dok PTVI

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan Indonesia masih sangat memerlukan investasi global untuk mempercepat transisi energi.

Menurutnya, jika hanya mengandalkan kekuatan domestik, hasilnya akan kurang optimal karena masih harus dibagi-bagi ke semua sektoral, sedangkan masalah investasi bukan hanya hanya di sektor pertambangan. Sehingga, dia menilai kolaborasi dengan investor global lebih baik dan lebih optimal dari berbagai aspek.

“Sebetulnya kebutuhan utamanya ada di investasi. Kalau investasi masuk ke dalam negeri, secara otomatis beberapa variabel akan tercipta. Otomatis penyerapan tenaga kerja juga akan dinimati oleh domestik. Kemudian, nilai tambah ekonomi juga akan tercipta di dalam negeri,” terang Komaidi Notonegoro, dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin (5/6).

BACA JUGA: Gus Falah Optimistis Sinergi PLN dan Siemens Bakal Mempercepat Transisi Energi

Kementerian Investasi mencatat kenaikan hingga 25 persen pada investasi bidang energi baru dan terbarukan (EBT) apda 2021.

Lebih lanjut, menurut Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) hingga 2060, Indonesia membutuhkan investasi hingga USD 1 triliun untuk mengembangkan EBT dan transmisi energi.

BACA JUGA: Institut Teknologi PLN Mendukung Transisi Energi Menuju Net Zero Carbon

Di sisi lain, keseriusan pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara yang pertama kali meratifikasi Paris Agreement pada 2016.

Salah satu komitmen transisi energi yang ditargetkan oleh Pemerintah Indonesia adalah pemanfaatan energi bersih hingga 23 persen pada 2025.

Seiring upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan merangkul sumber energi terbarukan, kemitraan strategis dengan investor internasional mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

BACA JUGA: Indonesia Tagih Janji Jepang Membantu Transisi Energi

Komaidi mengakui jika usaha pemerintah Indonesia sudah cukup aktif memfasilitasi lonjakan investasi asing ini dengan menerapkan kebijakan dan kerangka peraturan yang menguntungkan untuk menarik investor internasional.

Termasuk dengan menerapkan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang dinilai akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

Namun, tantangan tetap ada di jalan dalam memastikan investasi yang berkualitas dan berdampak pada proses transisi energi menuju pengembangan ekosistem baterai.

"Investasi yang berkualitas dapat dilihat dari adanya proses transfer teknologi, penguatan kapasitas sumber daya manusia, dan kegiatan industri yang mementingkan aspek keberlanjutan," ungkap Komaidi.

Komaidi menambahkan untuk memaksimalkan peran perusahaan asing terhadap perekonomian di dalam negeri, pemerintah cukup menyesuaikan dengan peta kebijakan Indonesia dalam 5, 10, dan 15 tahun ke depan berdasarkan komoditas yang digarap.

Dia mencontohkan jika dilakukan pada PT Vale Indonesia, berarti pemerintah harus berbicara soal peta kebijakan subsektor mineral dan arahnya pada produksi baterai.

Seperti diketahui, selama ini, produk Vale Indonesia yang dihasilkan di Indonesia diterima di pasar global, antara lain sebagai pemasok baterai pada perusahaan otomotif global, Ford Motor Inc.

Di dalam negeri, aksi bisnis perusahaan juga menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian dan memberikan dampak sosial ke masyarakat. Ke depan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk menghasilkan bahan baterai kendaraan listrik.

“Nah, jika di masa kontrak sebelumya, Vale Indonesia katakanlah orientasinya ekspor, pemerintah bisa melakukan negosiasi ulang agar direalokasi di dalam negeri karena di sini sudah ada smelternya," ungkap Komaidi.

Selain itu, kata Komaidi, PT Vale tentunya memilih ekspor karena biasanya harga di luar lebih tinggi.

"Nah, bagaimana agar mereka mau memasok kebutuhan domestik? Mungkin ada treatment tertentu di aspek perpajakannya. Jadi segala sesuatnya sebetulnya bisa didiskusikan,” jelasnya.

Komaidi menilai semua itu menjadi catatan penting bagi pemerintah Indonesia dalam mengelola investasi yang berkualitas, berorientasi pada lingkungan, dan diterima dalam pasar global.

"Keberhasilan pendekatan kolaboratif Indonesia menyoroti potensi hubungan yang saling menguntungkan antara keahlian lokal dan modal internasional, memupuk masa depan yang lebih hijau sambil mengatasi tantangan global yang mendesak," bebernya.

Komaidi menambahkan dengan percepatan momentum dalam investasi asing, transisi energi Indonesia telah mendapatkan daya tarik yang signifikan.

"Saat negara ini bergerak menuju lanskap energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, negara ini siap menjadi contoh cemerlang dari kerja sama dan inovasi internasional yang berhasil dalam memerangi perubahan iklim," pungkas Komaidi.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler