jpnn.com, JAKARTA - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menyoroti peletakan alat detektor polusi udara yang dipasang oleh IQAir, produsen air purifier dari Swiss.
Menurutnya, detektor polutan tersebut rata-rata terpasang pada air purifier yang dibeli oleh masyarakat atau pabrik.
BACA JUGA: MS Instruments, Produk Anak Negeri jadi Andalan Pantau Kualitas Udara
“Air purifier itu nggak mungkin dong diletakkan di ruangan yang sudah sehat. Alat itu diletakkan pada ruangan seperti gudang yang tertutup, berdebu serta dengan kualitas udara ruangan yang buruk," sebutnya.
Dari pemasangan alat detektor yang terpasang pada air purifier yang diletakkan di gudang itu, detektor mengirim data secara online ke dashboard yang dimiliki oleh IQAir.
BACA JUGA: CREA Sebut Banyak Sektor yang jadi Penyumbang Polutan di Jakarta
“Jadi yang tertera udara tidak sehat itu ya antara lain di gudang yang sebenarnya sudah terpasang air purifiernya. Produsen beranggapan bahwa masyarakat akan membeli produknya jika ingin kualitas udaranya baik," serunya.
Sementara, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan peletakan dan pemasangan alat pendeteksi polutan harus sesuai dengan aturan dan standar nasional dan internasional.
BACA JUGA: Soroti Hasil Kajian CREA Tentang Polusi Udara, Peneliti Untirta: Kok Beda?
Pasalnya, jika tidak sesuai dengan aturan tersebut mengakibatkan hasil pengukuran kualitas udara tidak akurat.
“Untuk di ruang publik seperti taman kota, trotoar jalan protokol, serta persimpangan jalur padat itu ada aturannya. Pemasangan alat monitoring polusi udara itu seharusnya ditempatkan berapa meter di atas tanah,” ujar Agus.
Agus menjelaskan, jika salah meletakkan sensor pendeteksi polusi, maka hasil pengukuran kualitas udara yang akan muncul juga salah.
“Pasti hasilnya kualitas udara buruk, karena alatnya diletakkan sejajar dengan sumber polusi," sebutnya.(chi/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Yessy Artada