jpnn.com, JAKARTA - Pengangkatan honorer menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja atau PPPK paruh waktu dinilai lemah dasar hukumnya.
Tidak ada penjabaran detail tentang PPPK paruh waktu ini di dalam KepmenPANRB 347 Tahun 2024 tentang Mekanisme Seleksi PPPK 2024.
BACA JUGA: Pemprov Memecat Guru Honorer karena Gagal Memahami UU ASN
"KepmenPANRB 347/2024 hanya mencantumkan satu diktum tentang PPPK paruh waktu. Itu pun hanya dibilang honorer yang tidak ada formasinya bisa dipertimbangkan menjadi PPPK paruh waktu," terang Ajun, pengurus Forum Honorer K2 Kabupaten Ponorogo kepada JPNN, Senin (2/9).
Bunyi diktum tersebut menurut Ajun, sangat lemah dan kemungkinan besar diabaikan pemerintah daerah. Aturan yang sudah jelas dan terang benderang saja masih diabaikan pemerintah, apalagi abu-abu begitu.
BACA JUGA: Penyelesaian Honorer Dipastikan Molor, UU ASN 2023 Harus Direvisi Lagi
Ajun juga heran mengapa Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Abdullah Azwar Anas menerbitkan PermenPANRB 6 Tahun 2024 dan tiga KepmenPANRB terkait pengadaan PPPK 2024. Padahal, PP Manajemen ASN belum diterbitkan.
"Baik PermenPANRB dan KepmenPANRB tidak menjelaskan secara terperinci mengenai penyelesaian honorer melalui PPPK full time maupun part time," terangnya.
BACA JUGA: UU ASN Menyamaratakan PNS & PPPK, Kok Mendagri Bikin Aturan Berbeda?
Ajun menegaskan Menteri Anas sudah melanggar aturan UU ASN. Sebab, aturan ini telah mendahului PP Manajemen ASN terbit.
Parahnya, PermenPANRB dan KepmenPANRB tidak dijelaskan detail soal hak pensiun bagi PPPK, jenjang karier, dan lainnya.
"Saya tidak yakin pemerintah mampu menyelesaikan masalah honorer sampai batas waktu yang ditentukan sebagaimana amanah UU 20 Tahun 2023, yaitu Desember 2024," tegasnya.
Dia menambahkan, antara kebijakan pusat dan daerah tidak pernah sinkron, sehingga yang akan dikorbankan honorer lagi.
Sebab, tidak semua pemda akan mengangkat honorer menjadi PPPK paruh waktu dan penuh waktu karena masalah anggaran. (esy/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad