Pengebom Dipimpin 'Panglima' Upik

Kamis, 17 Maret 2011 – 08:25 WIB
Korban bom Utan Kayu 68H. Foto: Istimewa/JPPhoto

JAKARTA---Jejak bom buku di ibukota mulai terangPenyidik mulai menemukan petunjuk dari sisa rangkaian, sisa bahan, teknik mebuatan dan strategi serangan bom

BACA JUGA: Hakim Kembalikan Anak ke Ortu

Saat ini, indikasi terkuat, bom buku di tiga tempat Selasa (15/03) lalu dilakukan oleh sisa-sisa kelompok alumni konflikPoso yang dipimpin oleh Upik Lawanga


"Bom signature sejak awal sudah mengarah kesana

BACA JUGA: 50 Kabupaten dan Kota Siapkan Lahan Rumah Murah

Kami semakin yakin setelah mengurai bom ketiga di rumah pak Yapto," kata sumber Jawa Pos di lingkungan anti teror kemarin
Bom di rumah Yapto Soerjosoemarno, Ketua Umum ormas Pemuda Pancasila  dijinakkan oleh Satuan Gegana Mabes Polri pada Selasa (15/03) menjelang tengah malam di rumah Yapto, jalan Benda, Ciganjur, Jakarta Selatan.

"Rangkaiannya tiga kabel, sumber arusnya  sama dengan bom utan kayu yakni  baterai handphone Nokia 3315 sekitar 3,7 volt," tambahnya

BACA JUGA: LPSK Lindungi Agus Condro

Seperti diketahui, ada tiga bom meneror ibukota Selasa laluJika bom di jalan Utan Kayu 68 H meledak karena kecerobohan, bom di BNN harus segera diledakkan di basementNah, bom di rumah Yapto sempat diurai sebelum dilakukan peledakan

Bom di rumah Yapto semakin menguatkan keterlibatan kelompok Upik Lawanga"Foto rangkaian kami tunjukkan ke Eko (salah seorang tahanan kasus terorisme, anak buah Upik) dan dia mengangguk," katanyaEko Budi Wardoyo adalah tahanan kasus terorisme yang tertangkap di Sidoarjo, Januari 2010.  Pria berumur 32 tahun itu kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur terlibat peledakan bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, 28 Mei 2005Akibat aksi terorisme itu, 22 orang meninggal dan 93 luka-luka.

Selain peledakan di Pasar Tentena, Eko diduga terlibat penembakan terhadap Pendeta Susiyanti di Tinulele serta perampokan toko emas di Pasar Tua, PosoEko adalah salah satu pelapis Taufik Bulaga alias Upik LawangaAhli bom termos (rangkaian bom yang diletakkan di bawah termos, sehingga bom meledak jika termos diangkat) itu diburu sejak 2006Upik diduga sempat datang ke Jatiasih, Bekasi, untuk bertemu Noordin MTop pada Februari 2009

Upik pernah beraksi pada 28 Mei 2005, dua bom meledak berurutan pukul 08.00 WitaSekitar 15 menit kemudian, satu bom lagi meledak 20 meter dari lokasi bom pertama di tengah pasar ketika dipenuhi penjual dan pembeliBerdasar catatan polisi, bom di Pasar Tentena merupakan bom terbesar di antara bom yang meledak di Poso sebelumnya.

Beberapa tersangka, sebelum Eko, sudah divonisMisalnya, Muhammad Basri alias Bagong yang tersangkut lima kasus terorisme pada 18 Juli 2004 hingga 22 Januari 2007Dia divonis 19 tahun penjaraSelain itu, ada Ridwan alias Duan, Ardin Djantu alias Rojak, dan Tugiran alias IranMasing-masing divonis 14 tahun penjara.

Setelah para pimpinan kelompok teror tertangkap satu-persatu, Upik yang berada di lapangan"Noordin tewas, Dulmatin tewas, Mustaqim di tahanan, Sonata di tahanan, operator lapangannya yang belum (ditangkap) Upik," kata sumber Jawa Pos yang pernah kursus anti teror di Manila, Filipina itu

Kelompok Upik ini juga jago membuat berbagai bomSelain bom termos yang dibuat dengan casing termos ada juga bom senterJika tombol on pada senter ditekan, akan meledak

Lalu, bom kardusJika tutup kardus dibuka, tali picu detonator terangkat dan meledakJuga yang menjadi standar baku kelompok ini adalah bom pipaTekniknya dibuat dengan pipa besi yang dimampatkan dengan mesiuDigunakan dengan cara dilempar atau disulut seperti petasanAneka macam bom itu digunakan untuk melawan aparat di Poso dalam durasi 2006-2007Dalam penggerebegan Tanah Runtuh tahun 2007, puluhan bom model itu disita Satgas Poso yang waktu itu dipimpin Tito Karnavian (sekarang deputi di  BNPT)

Dua kakak beradik dalang bom JW Marriott dan Ritz Carlton yakni Muhamad Syahrir dan Syaifuddin Zuhri juga "sangu" bom pipa dalam pelariannyaSaat digerebeg di Ciputat pada  2009, Syaifuddin sempat melawan dengan melempar bom ini ke aparat

Secara terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irjen (purn) Ansyad Mbai pada wartawan di Jakarta menjelaskan, pelaku bom buku diduga kuat kelompok lama"Saya belum mau sebut namaTapi, ini bukan baruRangkaian seperti ini pernah dilakukan di Poso dengan bom termos dan bom senter," katanya.

Menurut Ansyad, kelompok lama ini hanya merubah kemasan"Diganti buku, meniru teroris di EropaTapi, rangkaiannya sama dengan yang lalu-lalu," kata mantan Kapolda Sumatera Utara ituDia optimistis para pelaku segera tertangkap"Masyarakat yang punya informasi segera laporkan ke polisi terdekatKita jangan kalah oleh teror," kata Ansyad

Di bagian lain, Mabes Polri menyatakan, tindakan Kompol Dodi Rahmawan yang menangani bom tanpa prosedur telah menyalahi aturan.  "Ya sementara kesimpulannya menyalahi prosedur, karena masalah bahan peledak ditangani oleh jihandak," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komjen Pol Ito Sumardi di Mabes Polri kemarin

Sebagaimana diketahui, Kompol Dodi membuka paket buku berisi bom yang dikirim untuk Ulil Abshar Abdalla di Utan KayuDodi membuka buku itu tanpa menggunakan alat pelindung maupu prosedur yang telah ditetapkanNamun demikian, lanjut Ito, peristiwa itu terlanjur terjadiUntuk mengantisipasi terulangnya peristiwa itu, Polri memberi peringatan kepada seluruh jajarannya"Itu jadi introspeksi kami, sudah disampaikan melalui telegram bagi seluruh kepolisian supaya mentaati prosedur yang berlaku," katanya.

Menurut Ito, meledaknya bom di tangan Dodi bukan disebabkan terlambatnya tim gegana yang biasa bertugas menjinakkan bomMenurut dia, bom itu meledak karena Dodi tak mengikuti prosedur"(Dodi) tidak" sabar," kata mantan Kapolwil Surabaya itu.

Di Markas Marinir Cilandak, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, jajarannya siap membantu menangani kasus teror yang baru terjadi di wilayah Utan Kayu, Jakarta Timur"Salah satu tugas TNI adalah menangani terorisme, tapi harus melalui keputusan politikKami siapkan semuanya manakala dibutuhkan," kata Agus.

Menurut Panglima TNI, intelijen TNI selalu bertugas mengumpulkan data-data dalam rangka mendukung tugas TNI"Intelijen kami selalu bertugas dalam operasi militer perang dan selain perang," katanya.

Ketika ditanya apakah ada koordinasi dengan Mabes Polri, Panglima TNI menjawab TNI selalu berkoordinasi dengan kepolisian, tetapi kewenangannya tetap ada di kepolisian"Kami serahkan kepada kepolisian untuk menindaklanjuti situasi tersebutTentunya kami menunggu dari kepolisianJika diperlukan, kami siap membantu," katanya.(rdl/kuh/mos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harifin Promosi Wisata Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler