Pengembangan Aplikasi Dorong Kemajuan Ekonomi Kreatif

Kamis, 08 Agustus 2019 – 01:42 WIB
Ilustrasi bisnis startup. Foto: Tech Asia

jpnn.com, BALIKPAPAN - Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Balikpapan Doortje Marpaung optimistis pengembangan aplikasi dan permainan akan membantu mempromosikan ekonomi kreatif. 

Balikpapan sendiri dipilih karena dinilai sebagai kota inovasi berkelanjutan (sustainable innovation).

BACA JUGA: Bekraf Bawa 10 Perusahaan Gim Indonesia Gebrak Eropa via Archipelageek

“Mulai tahun ini, untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif akan dikembangkan aplikasi dan pengembang permainan. Aplikasi itu katanya (Bekraf) akan membantu mempromosikan ekonomi kreatif lainnya,” ujarnya, Minggu (4/8).

BACA JUGA: Indef: Investor Asing Bakal Kuasai Startup Lokal

BACA JUGA: Dengar Jawaban Perampok Sadis, Pak Hakim Geleng-geleng Kepala

Dia menambahkan, Balikpapan ditetapkan sebagai salah satu pusat pengembangan aplikasi maupun permainan sebagai sektor unggulan karena dianggap memiliki komitmen yang berkelanjutan pada sektor ekonomi kreatif.

“Itu berdasarkan uji petik yang dilakukan pada 2016,” ucapnya.

BACA JUGA: Usai Ribut dengan Pacar, si Pemuda Lompat dari Jembatan Mahkota

Doortje menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir Pemkot Balikpapan memiliki komitmen tinggi pada pertumbuhan ekonomi kreatif.

Salah satu bukti nyata ialah pembentukan forum ekonomi kreatif dan kegiatan yang mengarah pada aplikasi.

“Saat ini sudah dibentuk forum ekonomi kreatif juga banyak kegiatan yang mengarah pada aplikasi dan game. Bahkan ada dalam visi dan misi pemkot dalam ekonomi kreatif,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, sebenarnya saat dilakukan uji petik, Pemkot Balikpapan juga mengusulkan kuliner dan kerajinan.

Namun, Bekraf tetap memilih sektor unggulan Balikpapan aplikasi dan permainan.

“Kami sempat bilang Balikpapan unggul pada kuliner dan kerajinan batik serta tenun. Tim Bekraf menolak karena apa pun kerajinan batik akan kalah dengan Jawa,” ujarnya.

Head of Digital Lounge Telkom Balikpapan Istia Budi mengatakan, pertumbuhan start-up di Kaltim atau di Balikpapan saat ini masih kecil.

Dikembangkan sejak 2014, baru pada 2017 ini ada perkembangan yang cukup bagus.

“Dari tahun ke tahun memang ada pertumbuhan pelaku start-up. Namun pengembangannya masih by project. Aplikasi yang dibuat belum mengarah ke komersial. Baru tahun ini, sekitar tiga aplikasi sudah dikomersialkan,” ungkapnya.

Dia menilai para start-up rata-rata masih takut gagal jika dikomersialkan. Sebab, banyak sekali kendala yang menghambat berkembangnya start-up di Kaltim.

Mind set masyarakat kebanyakan masih ingin menjadi karyawan kantoran atau bekerja di tambang batu bara dan migas.

Belum banyak yang melihat potensi yang luar biasa di bisnis ini. Ini bisa dilihat dari beberapa aplikasi sudah menghasilkan pundi-pundi uang dan lapangan pekerjaan yang cukup luas.

Apalagi, para orangtua, banyak yang mendorong anaknya untuk jadi pegawai. Mereka masih melihat sebelah mata pekerjaan start-up.

“Kerjanya seperti jin. Diam saja dapat uang,” imbuhnya lantas tertawa.

Dia menambahkan, pelaku industri digital itu tidak harus memakai pakaian rapi layaknya orang kantoran.

Cukup di depan komputer, para pelaku start-up sudah bisa mengembangkan bisnisnya.

Kendala lainnya adalah pemodalan. Minimal investasi start-up ini Rp 50 juta. Dengan modal sebesar itu, pelaku  bertahan hingga enam bulan.

“Jika tidak ada profit, ya, siap-siap saja gagal. Lalu, gaji untuk programmer itu cukup mahal. Bahkan siap-siap mengencangkan ikat pinggang,” pungkasnya. (aji/ndu/k15)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyebab Utama Produk Gadai Pegadaian Menurun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler