jpnn.com, BALIKPAPAN - Tren gadai di PT Pegadaian (Persero) Wilayah IV Kalimantan mengalami penurunan sepanjang semester I 2019 karena perekonomian yang belum membaik.
Deputi Bisnis Pegadaian Area Balikpapan Asror Maskuri mengatakan, dari seluruh produk Pegadaian, porsi gadai yang mengalami penurunan.
BACA JUGA: Lakukan Perbuatan Terlarang, Janda Muda Ngaku Jarang Mengisap
Tren penurunan bukan hanya terjadi pada tahun ini, melainkan sejak dua tahun lalu.
BACA JUGA: Penurunan Harga Tiket Pesawat Belum Tingkatkan Kunjungan Wisatawan
BACA JUGA: Pemko Putuskan Angkat Guru Honorer
“Selama dua tahun ke belakang kinerja portofolio produk fidusia dan haji membuahkan hasil baik dari pada gadai. Selain itu, produk yang belum lama diperkenalkan, leasing kinerjanya baik. Namun, tetap belum cukup menopang penurunan,” katanya beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, sektor lain yang lebih baik dari gadai tidak lepas dari kondisi ekonomi yang cenderung melambat dan bergantung pada sumber daya alam (SDA).
BACA JUGA: Lewat Kowajasa, Perum Jamkrindo Gandeng Pegadaian
Dia menilai masyarakat sedang wait and see SEHINGGA lebih memilih berinvestasi. Tidak heran produk emas pertumbuhannya cukup baik.
Berdasarkan data PT Pegadaian (persero) kantor wilayah IV Kalimantan, penurunan tajam portofolio gadai terjadi di Balikpapan.
Tak hanya itu, perlambatan terbesar juga dialami di Samarinda. Dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Borneo, Kaltim menjadi satu-satunya daerah yang mengalami tren perlambatan tersebut.
Secara year-to-date per 13 Juli 2019, porsi outstanding loan (OSL) gadai mengalami penurunan sebesar 1,93 persen di Balikpapan dari posisi akhir tahun senilai Rp 462 miliar menjadi Rp 453,72 miliar.
Sementara itu, di Samarinda hanya tumbuh 1,34 persen menjadi Rp 535,79 miliar dari posisi akhir tahun senilai Rp 528,69 miliar.
Banjarmasin dan Pontianak justru masih melanjutkan tren pertumbuhan masing-masing sebesar 3,41 persen dan 5,76 persen.
Asror mengungkapkan, Balikpapan menjadi wilayah yang paling terdampak dari perlambatan lantaran hanya menjadi lokasi kantor pendukung perusahaan pertambangan.
Di sisi lain, pelabuhan laut untuk dermaga barang juga telah dipindahkan ke Samarinda. Kondisi ini mengakibatkan merosotnya aktivitas bisnis di kawasan ini.
Selain itu, sambung dia, penertiban kontraktor kecil dari pertambangan ilegal juga telah membuat penurunan jumlah nasabah di kawasan ini dengan kembalinya mereka ke daerah asal.
Menurutnya, sebagai wilayah yang mengandalkan SDA, Kaltim memang berbeda dengan Pontianak dan Banjarmasin yang dikenal sebagai kota perdagangan.
Ramainya aktivitas bisnis di kedua kawasan ini masih terus berlanjut terutama dengan banyaknya pengusaha asal Pontianak yang berekspansi ke Jakarta.
Tahun ini, Pegadaian mengejar target OSL untuk kawasan Kalimantan senilai Rp 3,68 triliun.
Perinciannya, Balikpapan senilai Rp 766 miliar dengan realisasi sebesar 84,18 persen (year-to-date) dan Rp 785,90 miliar untuk Samarinda yang telah merealisasikan 89,11 persen.
Wilayah lainnya seperti Tarakan senilai Rp 602 miliar dan merealisasikan 87,86 persen, Pontianak senilai Rp 861 miliar dengan realisasi hingga 87,35 persen, dan Banjarmasin senilai Rp 670 miliar dan telah merealisasikan 90,74 persen dari target.
Sementara itu, untuk nasabah aktif, tahun ini ditargetkan sebesar 504.893 nasabah dengan perincian 197.276 untuk Balikpapan, 213.217 untuk Samarinda, 194.004 untuk Banjarmasin, 252.424 untuk Pontianak, dan 158.211 untuk Tarakan.
“Tahun ini diharapkan dengan perbaikan ekonomi provinsi, setidaknya akan lebih baik dibandingkan tahun lalu terhadap pencapaian target,” pungkasnya. (aji/ndu/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garap Pemasaran Produk Bersama, Pegadaian Gandeng 7 BUMN
Redaktur : Tim Redaksi