MENURUT sebuah laporan, sekelompok kecil "pengemis profesional" di Melbourne mampu menghasilkan uang hingga 400 dolar (atau setara Rp 4 juta) per hari dan mengintimidasi perempuan serta wisatawan internasional di pusat kota itu.

Studi tersebut juga menemukan, beberapa pengemis itu tak  terorganisir dan tak tergolong tunawisma.

BACA JUGA: Gara-Gara Anjing Tanpa Izin, Pacar Johnny Depp Dipanggil Kejaksaan Australia

Laporan itu disusun oleh layanan masyarakat di lembaga ‘Salvation Army’ Melbourne, awal tahun ini.


‘Pengemis profesional’ di Melbourne menghasilkan uang hingga Rp 4 juta per hari. (Foto: AFP)

BACA JUGA: Ketua Parlemen Australia Habiskan Rp 50 Juta Untuk Sewa Helikopter

Mereka mewawancarai 135 pengemis dan sementara mayoritas pengemis ditemukan dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan, 9 di antaranya ternyata tergolong sebagai pengemis profesional.

"Kami memiliki satu orang yang menunjukkan kepada kami bahwa ia berpenghasilan sekitar 300-400 dolar (atau setara Ro 3-4 juta) sehari atau semalam, dan ia melakukan hal itu secara rutin," ungkap Mayor Brendan Nottle dari Salvation Army.

BACA JUGA: Idealnya Jumlah Parpol di Indonesia Tidak Lebih dari Enam

Ia menambahkan, "Itu sekitar enam hari seminggu, dan akhirnya pengemis itu memandang bahwa kegiatan tersebut adalah cara yang sangat menguntungkan untuk mendapatkan penghasilan."

Mayor Brendan mengatakan, pengemis itu memiliki tempat tinggal permanen dan pendapatan lain selain dari mengemis.

"Ia mengatakan kepada staf yang bekerja bersamanya bahwa ia terlibat dengan narkoba, sehingga uang itu digunakan untuk mendukung kebiasaannya," jelas sang Mayor.

Pengemis professional gunakan kekerasan dan intimidasi

Mayor Brendan mengatakan, beberapa pengemis professional menarget para perempuan dan wisatawan internasional, dan segelintir di antara mereka terlihat menyakiti orang-orang yang tak mau memberi mereka uang.

"Kami melihat satu orang di antaranya meludah, kami melihat orang lain ditarik ketika mereka menolak untuk memberi uang kepada pengemis," ungkapnya.

Sang Mayor menyebut, pengemis profesional sebenarnya cukup aman secara financial sehingga mereka tak perlu bantuan makanan atau tempat tinggal.

"Mereka menunjukkan kepada kami bahwa mereka tak tertarik dengan layanan apapun yang kami tawarkan," tuturnya.

Lembaga Salvation Army percaya, kekerasan fisik yang dilakukan beberapa pengemis bisa menjadi tindak pidana dan polisi harus terlibat.

"Di masa lalu mereka telah menjalankan serangkaian operasi," kata Mayor Brendan.

Ia menerangkan, "Ada sebuah operasi yang dijalankan tahun lalu, yang disebut Operasi Minto, dan mereka menargetkan kelompok khusus ini, dan dalam operasi itu mereka benar-benar terhubung dengan beberapa orang yang kami sebut sebagai pengemis profesional dan mereka dihukum."

Mayor Brendan mengatakan, sementara layanan kesehatan mental berjalan sangat baik, kapasitas mereka dituntut untuk meluas.

"Apa yang kami ingin lihat adalah respon pemerintah di mana ada layanan tambahan yang disediakan untuk menangani orang-orang yang ada di jalanan, yang menderita masalah kesehatan mental sangat serius," utaranya.(admin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Operasi Plastik di Australia Dilakukan Tanpa Peralatan Lengkap

Berita Terkait