Berapa penghasilan yang disebut sebagai rata-rata yang didapat oleh warga Australia setiap tahunnya? Kalau anda tinggal di sini dan berpenghasilan sekitar $50 ribu (sekitar Rp 500 juta) per tahun sebelum pajak, maka anda sudah di atas rata-rata warga Australia lainnya.
Menurut angka terbaru yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Australia dari data keuangan di tahun 2016-2017 pendapatan rara-rata warga Australia adalah $48.360 (sekitar Rp 480 juta).
BACA JUGA: Ilmuwan Tiongkok Dihukum Tiga Tahun Penjara Karena Ubah Gen Bayi
Untuk daerah regional (kawasan di luar kota-kota besar), tentu saja angkanya lebih rendah.
Perbedaan pendapatan mereka yang tinggal di ibukota negara bagian dengan yang tinggal di kawasan regional sangat kentara di negara bagian Northern Territory.
BACA JUGA: Kebakaran Hutan Menggila, Warga Australia: Seperti Dunia Akan Kiamat
Di Darwin, pendapatan rata-rata adalah $61.250 (sekitar Rp 600 juta) sementara di bagian lain di negara bagian tersebut pendapatan rata-rata adalah $52.420.
Pendapatan warga tertinggi adalah mereka yang tinggal di ibukota Canberra, yaitu $63.038 dan pendapatan terendah adalah mereka yang tinggal di negara bagian Tasmania yaitu $44.437.
BACA JUGA: Dua Orang Tewas Dan Lima Hilang Akibat Kebakaran Lahan di Australia
Kalau anda memiliki pendapatan di tingkat rata-rata tersebut atau sedikit di bawahnya, bagaimana kehidupan anda sehari-hari?
Inilah cerita beberapa warga yang tinggal di kota Horsham, sekitar 300 km dari ibukota negara bagian Victoria, Melbourne. Hidup dengan uang Rp 5 juta per minggu
Georgia (bukan nama sebenarnya) adalah contoh pekerja di negara bagian Victoria yang berpenghasilan rata-rata $40 ribu (sekitar Rp 400 juta) per tahun.
Dengan itu, penghasilannya seminggu adalah Rp 5 juta untuk membayar sewa rumah, tagihan listrik, cicilan mobil, asuransi, BBM, dan belanja kebutuhan rumah.
Georgia bekerja di sebuah toko retail besar di Horsham selama 18 tahun terakhir namun hanya bisa bekerja rata-rata 25 jam per minggu.
"Kebanyakan toko sekarang cenderung untuk mempekerjakan pegawai tidak tetap. Jadi kalau kita tidak memiliki kontrak, besar kemungkinan tidak akan mendapatkan kontrak kerja permanen." katanya.
"Bila saya mendapat jadwal seperti ini, saya sudah senang, karena untuk pekerja tidak tetap, tidak ada jaminan." katanya. Kerja paruh waktu untuk menambah uang pensiun
Di usia 73 tahun Sonia Matthews masih harus bekerja paruh waktu dengan bekerja di toko bangunan Mitre10.
Sebelumnya terpaksa pensiun ketika dia diketahui memiliki kanker payudara, Sonia menggunakan uang pensiun pribadinya untuk membayar cicilajn rumahnya di Horsham.
Sekarang dia harus menggantungkan diri pada pensiun negara dimana dia mendapatkan $466. 70 per minggu (sekitar Rp 4.7 juta).
"Dari tu, saya harus membayar asuransi rumah, tagihan air, asuransi mobil, listrik, dan gas," katanya.
"Bulan ini saja saya sudah mengeluarkan $ 1300 dan itu belum termasuk tagihan listrik."
Sonia menanam sendiri sayuran di rumahnya dan kemudian membekukan sayuran tersebut sehingga bisa digunakan sepanjang tahun.
Dia sering pergi ke supermarket pagi-pagi untuk membeli daging yang sudah dijual setengah harga.
"Saya bisa makan dengan teratur, karena ada kebun sayuran dan buah, namun keadaan semakin sulit." lanjutnya.
"Tahun ini keadaan lebih sulit, karena pengeluaran meningkat, padahal kenaikan pensiun saya hanya $7 seminggu." Masalah kesehatan berakibat semakin banyak utang
Connie (juga bukan nama sebenarnya) sadar betul mereka yang hidup pas-pasan seperti dia akan mudah sekali terperosok ke jurang utang.
Dia dan suaminya bekerja di supermarket yang sama di Horsham ketika kehamilan yang susah membuatnya tidak bisa bekerja.
Pasangan yang sudah memiliki dua anak tersebut, sekarang harus saling mengatur waktu sehingga salah satu diantara mereka harus berada di rumah.
"Kami harus bergantian, sehingga kami sama-sama bekerja namun juga anak-anak tidak harus dititipkan di tempat penitipan anak." katanya.
Namun kemudian ketika hamil Connie harus pergi ke Melbourne - perjalanan yang memerlukan waktu 4 jam untuk bertemu dengan dokter spesialis.
Dengan itu mereka harus mengandalkan pendapatan dari satu orang saja.
"Kami tidak memiliki asuransi pribadi. Jadi kalau ada keperluan seperti dokter spesialis, kita harus mengandalkan kartu kredit, dan karenanya mudah sekali jatuh ke jurang utang, dan susah sekali untuk keluar lagi."
Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mungkinkah Perjanjian Dagang Amerika-Tiongkok Terjadi di 2020?