Penghasilan Sebulan Rp 45 Juta Plus

Kamis, 03 September 2009 – 08:59 WIB
   
Beberapa acara di televisi memerlukan penontonHampir pasti, penonton selalu ramai, termasuk yang diselenggarakan  dini hari saat sahur

BACA JUGA: Warga Asing Temukan Surga, Warga Lokal Masih Menderita

Jangan heran, mereka memang penonton bayaran yang kadang masuk dalam acara
Mereka hadir berkat jasa para pengerah penonton.

  
  AGUNG SUGENG, Jakarta

 
SALAH satu ruang di Studio Enam RCTI di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, pagi itu ramai

BACA JUGA: Dibangun 1775, Direnovasi Umat Nasrani

Puluhan remaja modis dengan celana pensil dan jaket ber-cappuchon berkumpul
Ada yang rebahan atau ngobrol, ada juga yang tidur

BACA JUGA: APBN Hampir Sama dengan APBD Jatim

Tak sedikit yang membenahi tatanan rambut dan make up-nya.
 
"Barusan selesai acara Dahsyat.  Mereka pada istirahat sekarang," kata Harsono Wahyudi, "bapak" para ABG ituMereka adalah penonton yang didatangkan untuk meramaikan acara tersebut
 
Di antara salah seorang ABG itu ada pria yang biasa dipanggil AngelDia mengenakan celana pensil ketat, kaus putih ketatPipinya putih berselimut bedakLipstik merah muda melapisi  bibirnyaAngel memang figur yang dikenal banyak penggemar DahsyatLelaki sedikit centil itu adalah penonton yang sering digarap Olga, Raffi Ahmad, dan Luna Maya"Ini bintangnya," kata Harsono, meledek
 
Pria berjenggot tipis itu adalah salah seorang pengerah penontonJika perlu penonton untuk acaranya, pengelola televisi biasanya mengontak Harsono agar mengerahkan anak buahnya.  Jumlahnya sesuai dengan pesananBisa 50 sampai 200 orang"Yang paling ramai biasanya acara musik dan lawak," katanya.
 
Harsono memang punya stok ratusan orang yang siap jadi penonton bayaranMereka tersebar di daerah-daerah sekitar studio-studio televisiAntara lain daerah Kedoya, Kebon Jeruk, dan kawasan SenenTempat-tempat itu dengan sengaja dipilih untuk menekan biaya transpor para penonton tersebut.
 
Bapak dua anak tersebut menuturkan, bisnis itu dia tekuni sejak 2003Sebelumnya, dia bekerja sebagai mekanik di sebuah pabrik di kawasan industri PulogadungNamun, saat ada perampingan karyawan, pria 34 tahun itu kena PHK (pemutusan hubungan kerja)
 
Karena nganggur, Harsono mencoba  terjun ke dunia hiburanDia mengawalinya sebagai kru NgelabaDi acara yang melejitkan nama trio Patrio (Parto, Akri, Eko) itu, Harsono mendapat  tugas mengurusi hal-hal teknis pertunjukanMulai perlengkapan artis hingga penyediaan penonton.
 
Ketika menangani Ngelaba, Harsono juga nyambi di acara-acara TV lain  sebagai pengerah penontonNamun, dia lebih fokus pada NgelabaKetika acara lawak itu buyar pada 2006, Harsono sudah paham seluk-beluk jasa pengerahan penonton"Akhirnya ya saya terusin aja," katanya
 
Harsono lantas merekrut sejumlah orang yang dijadikan koordinatorAda sepuluh koordinator penonton yang dia pegangMereka tersebar di daerah-daerah di Jakarta yang dekat dengan studio televisiTiap kali butuh penonton, dia tinggal mengontak mereka
 
Tentu, dia memberikan syarat-syayat tertentu bagi penontonSebab, setiap acara punya segmentasi sendiriMisalnya, untuk acara musik, penonton harus berasal dari kalangan anak SMA hingga remaja usia 24 tahunUntuk acara debat, penonton lebih seniorAda juga yang dari kalangan mahasiswa
 
Pria asal Kuningan, Jawa Barat, itu mengatakan, saat ini dia mendapat order pengerahan penonton dari sepuluh acara televisiAntara lain, Untung Ada Budi,  Dahsyat, Dahsyatnya Sahur, Mantap, Begadang, dan On the SpotAcara tersebut membutuhkan 50 hingga 250 penonton"Yang paling banyak Dahsyatnya SahurPaling tidak butuh 250 orang," katanya
 
Honor untuk penonton itu bervariasi,  berdasar jenis acaraUntuk acara musik dan lawak, honor per penonton Rp 25 ribuAcara debat lebih mahal, Rp 35 ribuDari bayaran setiap penonton itu, Harsono mengutip Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribuKalau penontonnya kurang dari seratus, tiap penonton bakal dipotong Rp 5 ribuKalau lebih dari seratus, honor dipotong Rp 3 ribu
 
Namun, kata Harsono, honor tersebut tidak semata untuk dirinyaTapi, juga untuk "maintenance" anak buahnyaMisalnya, rekreasi dan acara-acara khususDua pekan lalu, mereka rekreasi ke Anyer"Kegiatannya seperti acara outbound perusahaan-perusahaanUntuk menjaga kebersamaan dan kekompakan," katanya, lantas tersenyum.
 
Harsono juga menerima honor sendiri dari televisiTiap acara dia menerima Rp 150 ribuPadahal, dia tiap hari melayani sepuluh acara"Ya, tiap hari dapat Rp 1,5 jutaJadi sebulan Rp 45 juta," ungkapnya.
 
Dia menjamin penonton yang dia bawa berbeda dengan penonton biasa yang sekadar menikmati pertunjukan.  Penontonnya bisa menjadi bagian dari acaraMereka tidak sekadar menonton,  tapi ikut memeriahkan tontonanPara penonton di bawah Kapur Barus Agency,  agen milik Harsono, tidak boleh diam.  Mereka harus aktif, termasuk ikut berjoget dan bernyanyiKalau MC-nya ngocol, mereka juga harus tertawa   meski tidak lucu.
 
Ada kiat tersendiri untuk membuat suasana acara meriahDi setiap acara Harsono selalu menyebar lima orang yang khusus mengarahkan gaya penonton"Kami biasanya menyebut point star," katanya.
 
Para point star itulah, yang mengarahkan penonton berjoget hingga respons terhadap situasi"Kalau saatnya diam, mereka yang menyuruh diam.  Kalau pas ketawa, mereka yang ngarahinBegitu juga kalau joget,"   ujar Harsono
 
Untuk berjoget, para point star yang menentukan gerakannyaMereka seperti koreografer dadakan"Biasanya setelah acara, mereka ngumpul, terus ngobrolEh, ada gerakan ini lhoKayaknya bagus kalau dicoba," kata Harsono, menirukan salah seorang point star
 
Dari obrolan-obrolan kecil itulah, gerakan-gerakan di acara Dahsyat dan musik sejenisnya dimeriahkanKalau gerakannya monoton, Harsono memarahi mereka"Saat break iklan, saya akan masuk dan bilang, "Eh, ini acara entertainment, jangan diam aja dongAyo gerakannya yang lebih rame?," ujarnyaDia kadang harus kejam seperti ituSebab, kalau penonton tidak meriah,  dia yang dikomplain produser acara
 
Untuk menyiasati kemeriahan itu, Harsono sering melakukan rollingPenonton yang sudah beberapa kali ikut acara lawak tidak diikutkan lagi di acara serupa"Soalnya, kalau keseringan ikut acara lawak, tertawanya nggak lepas lagiMereka memang ketawa, tapi ekspresi wajahnya datar," paparnya
 
Bukan hanya soal kemeriahan, etos kerja penonton pun menjadi tanggung jawab HarsonoSaat masih merintis jasa ini pada 2004, Harsono di-order menggarap acara siaran langsung sahur di sebuah stasiun televisiPenonton harus hadir tepat waktuTernyata, ketika Harsono datang di studio, banyak penonton yang belum hadir"GawatMereka ketiduranPadahal, acara sudah mau mulai," tuturnya.
 
Terpaksa, acara berlangsung dengan hanya beberapa gelintir penontonHarsono jadi sasaran kemarahan produser"Saya dimarahi habis-habisanBagaimana lagi, acara langsung tidak bisa diputar ulangAkhirnya, saya tidak dipakai lagi sejak saat itu," katanya sambil menghela napas
 
Yang paling susah mengatur penonton adalah jika terjadi hal-hal tak terduga di lapanganSering penonton bayaran bercampur-baur dengan penonton biasaMereka biasanya para fans band yang tampilKadang, ada penonton biasa yang membuat resekPernah, salah seorang anak buah Harsono terlibat baku hantam"Saya harus ngurusin dia sampai di kantor polisiYa bagaimana lagi, anak buah anak-anak muda semuaHarus bisa mengasuh," ujarnya(bersambung/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkunjung di Pesantren Jibril di Lotim


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler