Pengikut Ahmadiyah Sempat Melawan

Senin, 07 Februari 2011 – 09:37 WIB
Korban yang diduga dari pengikut aliran Ahmadiyah tengah menjalani perawatan di RSU Sari Asih, Serang, usai mengalami penganiayaan di daerah Cikeusik, Pandeglang. Fot: Yan Cikal/Radar Banten

PANDEGLANG–Di tengah pencanangan Pekan Kerukunan Antarumat Beragama Sedunia di Istora Senayan, Jakarta, kekerasan atas nama agama terjadi di Banten, kemarinLebih dari seribu warga Cikeusik, Pandeglang, menyerang puluhan pengikut aliran Ahmadiyah kemarin (6/2)

BACA JUGA: Sempat Negosiasi Sebelum Bentrok

Tiga orang dilaporkan tewas dalam insiden di rumah Suparman, pimpinan jamaah Ahmadiyah, sekitar pukul 10.45 tersebut
Selain itu, delapan orang luka parah dan luka ringan

BACA JUGA: Tiga Jenderal Ramaikan Bursa Calon Wakapolri

Dua mobil (Innova dan Suzuki APV), dua motor, dan sebuah rumah di Desa Umbulan itu pun hangus dibakar massa


Kericuhan tersebut bermula dari keresahan warga setempat atas aktivitas jamaah Ahmadiyah yang dianggap menyebarkan ajaran sesat di wilayah itu

BACA JUGA: Priyo Sebut Reshuffle Terjadi Dalam Waktu Dekat

Sebab, sejak Minggu pagi (6/2), jamaah Ahmadiyah dari berbagai daerah tersebut datang dan berkumpul di rumah SuparmanSaat itu beberapa tokoh setempat secara baik-baik meminta Suparman dan pengikutnya menghentikan aktivitas tersebut

Warga memperingatkan agar jamaah Ahmadiyah tidak menghelat pengajianSebab, menurut mereka, aktivitas Ahmadiyah itu bertentangan dengan akidah Islam yang selama ini diyakini wargaNamun, permintaan tersebut direspons keras oleh kubu Suparman

Sekitar 21 pengikut Ahmadiyah malah mengucapkan kalimat bernada menantang”Daripada menghentikan dan membubarkan diri, lebih baik mati,” sebut Saepudin, 39, warga Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, menirukan ucapan Suparman dan pengikutnya saat didatangi warga dan tokoh masyarakat CikeusikJawaban itu sontak memancing emosi wargaRibuan warga dari berbagai daerah di Kecamatan Cibaliung dan Cikeusik (Kabupaten Pandeglang) serta Kecamatan Malingpung (Kabupaten Lebak) berkumpul Minggu pagiMereka bersiap menyerang rumah pimpinan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang tersebut.

Di pihak lain, Suparman dan pengikutnya juga sudah bersiap-siap dengan senjata tajamSuparman pun telah meminta keluarganya meninggalkan rumah dan mengungsi ke Pandeglang”Setelah itu, bentrokan antara warga dan jamaah Ahmadiyah tidak bisa dihindarkan,” tutur Saepudin seraya menyatakan bahwa warga Cikeusik sudah lama resah dengan aktivitas pengikut Ahmadiyah di kawasan tersebut

Ribuan orang yang mengatasnamakan Gerakan Muslim Cikeusik itu langsung menyerang secara brutal 21 anggota jamaah Ahmadiyah yang berkumpul di rumah SuparmanAkibatnya, tiga pengikut ajaran itu tewas secara mengenaskanVersi lain menyebutkan, korban tewas empat orang dan tujuh anggota jamaah terluka parah.

Tiga anggota jamaah tersebut meninggal setelah dianiaya dengan menggunakan senjata tajamMereka adalah Toni, 20, warga Jakarta, yang mengalami luka bacok; Parno, 35; dan Mulyadi, 35, warga Kampung Pendeuy, Desa UmbulanParno merupakan pemuda asal Cikeusik yang belum lama ini menjadi anggota jamaah AhmadiyahPara korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Pandeglang

Ketika 21 pengikut Ahmadiyah itu berkumpul, sebenarnya polisi setempat sudah mengabarkan bahwa rumah tersebut akan didatangi massa pada Minggu pagiSaat mendengar informasi itu, jamaah minta polisi menjaga keselamatan merekaBenar saja, sekitar pukul 10.30, massa berdatangan

Salah seorang anggota jamaah Ahmadiyah, Abdul, melihat polisi yang berjaga-jaga di sekitar rumah kewalahan”Polisi sudah berjaga-jaga, tapi tidak seimbang dan terdesakSaya kaget, kami panikMereka langsung menyerbuMereka bawa golok,” tutur Abdul.

Jamaah Ahmadiyah sempat melawan dengan melemparkan senjata seadanyaSebagian lain pasrah dan hanya berdoaTetapi, upaya mereka tidak meredakan kemarahan penyerangWarga semakin membabi butaJamaah Ahmadiyah tak berdaya”Saya sempat mengevakuasi teman sayaSaya sempat menghadang mereka (penyerang, Red),” ucap Abdul

’’Umat Islam dilarang menganiaya orang yang sudah teraniaya!’’ teriak Abdul kepada penyerang’’Saya berupaya meredakan semampu saya,’’ jelasnya
Tetapi, upaya Abdul itu sia-sia sajaMassa terus mengamuk’’Akhirnya kami terdesak ke belakang, ke sawahDi situlah kami dihajarTidak manusiawi,’’ tuturnyaAbdul tidak mampu berbuat apa-apa lagiDia juga terlukaJamaah kocar-kacir.

Tak lama setelah penyerangan berhenti, jamaah Ahmadiyah yang terluka segera dibawa ke rumah sakit’’Hingga sekarang, yang belum ketemu sekitar 10 orangMereka kocar-kacir semuaNgeri melihat kejadian itu,’’ kata Abdul

Selain mengakibatkan tiga orang warga Ahmadiyah tewas, enam pengikut lainnya dilarikan ke RSUD Malingping dalam keadaan kritisMereka adalah Apip, 22, warga Cilegon; Feradias, warga Bogor; Deden Remawan, 48; beralamat di Bekasi; Ahmad M., 22, warga Paninggilan, Bogor; dan Bedi, warga Jakarta BaratYaya Hadiwijaya asal Desa Cisereh, Cisata, Pandeglang, terluka ringanDari pihak warga, yang mengalami luka serius adalah Sarta, asal Kampung Pendeuy, Umbulan, Cikeusik

Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Alex Fauzi mengatakan, bentrok antara warga Ahmadiyah dan warga tidak hanya melibatkan warga setempat.

’’Ada juga warga dari beberapa wilayah terdekat, seperti Munjul dan Malingping,’’ ujarnyaDia membenarkan bahwa korban tewas akibat bentrok tersebut tiga orang.    ’’Ada empat orang yang luka bacok, berasal dari jamaah Ahmadiyah,’’ kata Alex saat dikonfirmasi pada Minggu (6/2)Dia mengatakan sudah mengamankan tiga orang pimpinan AhmadiyahYakni, Ketua Ahmadiyah Suparman dan istrinya warga Filipina, serta seorang pengurus Ahmadiyah Atep

’’Tiga orang ini diamankan saat meminta pengamanan ke Polsek Cikeusik karena ketakutan,’’ terang AlexDia lantas menceritakan, banyaknya massa yang menyerang kediaman Parman sempat membuat petugas kepolisian kewalahanNamun, hingga kini, situasi berangsur-angsur bisa diatasiKondisi mulai bisa dikendalikan sekitar pukul 12.30Sejumlah korban juga dievakuasi petugas

’’Kami menurunkan dua kompi, baik dari Polri maupun TNIHingga kini, aktivitas warga sudah seperti biasaSementara TKP (kediaman Parman, Red) sudah dipasangi police line (garis polisi, Red),’’ tuturnya

Juru Bicara Ahmadiyah Zafrullah APontoh meminta peristiwa tersebut diusut setuntas-tuntasnya dan pelaku segera ditangkap’’Di Pandeglang sendiri baru kali ini peristiwa kekerasan terjadi yang melibatkan jamaah Ahmadiyah,’’ ujar Zafrullah.

Berbagai aksi kekerasan terhadap jamaah Ahmadiyah bermunculan setelah Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah telah menyimpang dari akidah dan menimbulkan keresahan, perpecahan, serta berbahaya bagi ketertiban dan keamanan negara

Menurut MUI, Ahmadiyah menganut paham bahwa Nabi Muhammad bukan nabi terakhir dan menganggap Ghulam Mirza Ahmad sebagai nabiMajelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa itu dalam Musyawarah Nasional II yang diselenggarakan pada 26 Mei–1 Juni 1980 di Jakarta.

Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Said Aqil Siradj mengutuk keras aksi penyerangan terhadap anggota Ahmadiyah tersebutSaid mengatakansecara akidah, kalangan Islam, termasuk NU, tidak membenarkan ajaran Ahmadiyah karena menyimpangNamun, tidak berarti tindakan semena-mena boleh dilakukan terhadap anggota Ahmadiyah’’Tidak ada kekerasan yang dibenarkanKalau dicaci maki, dipukuli, dibunuh, diusir, dan rumahnya dirusak, mereka akan semakin fanatik,’’ jelas dia

Said mengatakan, solusinya ialah mengajak jamaah Ahmadiyah kembali ke Islam yang benar melalui dialogSaid optimistis, anggota Ahmadiyah bisa menerima dengan baik ajakan untuk kembali ke ajaran Islam jika pemahaman mereka diluruskan’’Jika nabi palsu Mushaddeq saja bertobat mengakui kekeliruannya, mereka pasti bisa,’’ jelas dia.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) H Amidhan menambahkan, kekerasan yang terjadi itu disebabkan pemerintah tidak tegas memberlakukan surat keputusan bersama (SKB) tentang pembubaran AhmadiyahMenteri Agama tidak kunjung membubarkan Ahmadiyah dan tidak melakukan pengawasan terhadap aktivitas AhmadiyahPadahal, seharusnya jamaah Ahmadiyah mematuhi SKB pemerintah dan membubarkan diri dengan legawaTentunya, pemerintah harus menindak mereka yang menolak membubarkan diri

’’Telah ditetapkan bahwa Ahmadiyah tidak boleh mengajarkan ajarannyaNamun, kenyataannya, Ahmadiyah tetap mengajarkan ajarannya,’’ kritik diaMenurut Amidhan, SKB yang tidak dilaksanakan dengan tegas memicu keresahan wargaApalagi, aktivitas Ahmadiyah terus dilakukan dan ketika beraktivitas mereka kerap dilindungi polisi

Hal itu yang justru memicu kesalahpahaman dan terjadilah bentrokan fisikKarena itu, Amidhan meminta pemerintah tegas membubarkan Ahmadiyah’’Atau Ahmadiyah dijadikan agama tersendiri dan tidak masuk bagian agama Islam,’’ katanya(bud/zul/jpnn/c11/c4/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Infotainmen Picu 200 Ribu Perceraian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler