jpnn.com, BOGOR - Program Studi Kajian Wilayah Amerika (KWA), Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), Universitas Indonesia (UI), menggelar program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pengmas UI kali ini berupa pelatihan digital marketing untuk para pengrajin dan pengusaha home industry di desa tersebut.
BACA JUGA: Kemnaker Ingatkan Pentingnya Jamsostek Bagi Pekerja Kepada Pengrajin Batik di Solo
Kegiatan tersebut mengambil judul “Peningkatan Kapasitas Kelompok Pengrajin Sepatu Sandal di Desa Sirnagalih dalam Penggunaan Digital Marketplace,” dan berlangsung pada Jumat (6/10/2023) di balai Desa Sirnagalih.
Ketua Program Studi Kajian Wilayah Amerika, Bayu Kristianto, Ph.D., mengatakan bahwa setiap tahun Prodi KWA SKSG-UI selalu terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan Pengmas yang dibiayai dengan dana dari Universitas Indonesia.
BACA JUGA: Bapanas Minta Bulog Pasok Kedelai ke Pengrajin Tahu dan Tempe secara Terorganisasi
Tahun-tahun sebelumnya, Tim Pengmas KWA SKSG-UI mengadakan kegiatan Pengmas di Lombok Barat; daerah Puncak, Jawa Barat; Bandung; dan Lombok Timur. Untuk tahun ini, kegiatan Pengmas UI dipusatkan di wilayah-wilayah di sekitar Jabodetabek, dan Tim Pengmas KWA akhirnya memilih Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan kegiatan Pengmas.
Desa Sirnagalih menjadi target utama kegiatan Pengmas KWA SKSG-UI karena keragaman mata pencaharian penduduknya, mulai dari pemberi jasa bangunan, pedagang pasar, hingga pengrajin atau produsen sepatu. Produk unggulan yang ada di Desa Sirnagalih ini adalah sandal dan sepatu buatan tangan.
BACA JUGA: Jamin Ketersediaan Pangan Lebaran, Kementan Suplai Kedelai untuk Pengrajin Tahu Tempe
Hampir separuh pemuda-pemudi di Desa Sirnagalih menekuni profesi sebagai pembuat sepatu. Pemanfaatan teknologi merupakan hal yang penting dalam melakukan usaha jual beli, khususnya di era digital seperti saat ini.
Namun, sejumlah anggota masyarakat belum sepenuhnya memahami kiat-kiat dalam memanfaatkan perkembangan teknologi, yaitu pasar digital, untuk menjual produk-produk mereka, khususnya masyarakat di desa-desa. Menjadi hal menarik apabila usaha-usaha kerajinan warga Desa Sirnagalih dikembangkan dengan memanfaatkan media sosial dan digital marketplace.
Sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan, Tim Pengmas KWA yang terjun di lapangan, yang terdiri dari Bayu Kristianto, Ph.D. (Ketua Prodi KWA SKSG-UI), Dr. Muhammad Fuad (dosen senior Prodi KWA SKSG-UI), Breda Mukti Lukitasari (mahasiswa Prodi KWA SKSG-UI), dan Rebecca Angeline Davinia (mahasiswa Prodi KWA SKSG-UI), melakukan kunjungan ke kediaman sejumlah pengusaha tanaman hias dan pengrajin sepatu dan sandal di Desa Tamansari dan Desa Sirnagalih.
Tim berkesempatan untuk berdialog dengan Heri Nurdian (biasa dipanggil Boss Endog), seorang pengusaha tanaman hias yang telah mengekspor produk ke luar negeri, untuk mempelajari proses pengembangan tanaman hias sampai berhasil disekspor ke luar negeri.
Kemudian, tim mengunjungi bengkel kerja Bapak Hehe, pengrajin sepatu dan sandal di Desa Sirnagalih, serta berbincang dengan Muhammad Alimudin, anak dari Bapak Hehe, mengenai proses pembuatan dan penjualan sepatu dan sandal dari usaha yang dikembangkannya.
Berikutnya, tim mengunjungi kediaman Iryana, pemuda Desa Sirnagalih yang memiliki bengkel pembuatan sepatu di rumahnya, serta telah menggeluti dunia pemasaran produk sepatu melalui pasar digital.
Tim mendengarkan testimoni Iryana mengenai pengembangan home industry sepatu serta strategi-strategi pemasarannya secara digital.
Pelatihan penggunaan digital marketplace di balai Desa Sirnagalih dipimpin oleh Luky Juniansyah, BA. IR., yang merupakan Associate General Manager dari PT. Mediatics Digital Indonesia, seorang pakar pemasaran digital.
Luky menekankan pentingnya pelaksanaan tiga tahap dalam proses pemasaran produk melalui pasar digital, yaitu get ready (mempelajari kesiapan produk untuk dipasarkan melalui digital marketplace), get noticed (bagaimana calon konsumen menyadari keberadaan produk tersebut di pasar digital), serta get along (bagaimana pengusaha mampu mempertahankan loyalitas konsumen untuk terus berbelanja di toko yang sudah dikembangkan).
Luky memberikan langkah-langkah aplikatif supaya setiap tahap pemasaran tersebut bisa dilaksanakan oleh tiap pengusaha dan pengrajin di Desa Sirnagalih dalam upaya mereka memasuki pasar digital demi meningkatkan pemasaran produk-produk mereka.
Bayu Kristianto, Ketua Tim Pengmas KWA SKSG-UI, sangat berharap bahwa pelatihan ini mampu membuka mata para pengrajin dan pengusaha home industry di Desa Sirnagalih mengenai pentingnya penggunaan digital marketplace untuk pemasaran produk, serta kemudahan dari proses tersebut sejauh mereka berani mencoba strategi-strategi yang diajarkan.
Sudah waktunya produk-produk Desa Sirnagalih dikenal oleh pasar yang lebih luas, dan pasar digital menjadi wadah yang sangat potensial untuk menjangkau konsumen-konsumen baru di berbagai tempat di Indonesia, bahkan konsumen-konsumen internasional.
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean